Chapter XVII: Mine

285 47 3
                                    

Taeyong akhirnya menarik diri sedikit, tatapan matanya masih menghujam dalam dan tak teralihkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Taeyong akhirnya menarik diri sedikit, tatapan matanya masih menghujam dalam dan tak teralihkan. “Apa benar-benar tidak ada laki-laki yang kau suka, Nona Baek?” tanyanya sekali lagi.

Jisoo merasakan dirinya semakin terjepit. Dia mengepalkan tangan erat, kuku-kukunya hampir mencengkeram telapak tangannya sendiri dalam upaya menenangkan diri. Tidak ada pilihan lain, tidak ada jalan keluar dari situasi ini. Dengan suara yang hampir patah, dia menjawab, “Tidak ada... Tuan.”

Kata-kata itu keluar dengan susah payah, seperti memaksanya untuk mengakui sesuatu yang tidak pernah dia pikirkan sebelumnya. Hatinya berdenyut penuh dengan campuran perasaan yang sulit dijelaskan—kebingungan, kemarahan, rasa malu, dan sesuatu yang lain, yang bahkan tidak ingin dia akui.

Taeyong perlahan menarik tangannya dari wajah Jisoo, tetapi tatapan matanya tetap tajam, memantau setiap reaksi kecil dari tubuhnya. Ruangan yang tadi terasa begitu sempit oleh keintiman kini mengembang sedikit, meski ketegangan tetap menggantung di udara, lebih berat dari sebelumnya.

Jisoo merasa napasnya kembali sedikit normal, tetapi hatinya masih berdebar kencang. Sentuhan lembut tapi tegas dari jari-jari Taeyong di bibirnya, serta gesekan ringan bibir mereka, meninggalkan bekas yang tak hanya di kulitnya, tapi juga di pikirannya. Ada sesuatu yang terus menekan di dalam dirinya, sebuah ketidakpastian dan rasa malu yang terus bercampur dengan kebingungan, menciptakan pusaran emosi yang tak bisa dia kendalikan.

Taeyong, yang masih berdiri dekat dengannya, mendadak tertawa kecil lagi, kali ini lebih pelan, hampir seperti tawa yang tidak memiliki niat untuk menghibur. “Kau benar-benar tidak punya siapa pun, ya?” tanyanya lagi, kali ini ada nada yang berubah, terdengar ada keingintahuan yang tersembunyi di balik ejekan halus.

Jisoo hanya bisa mengangguk pelan, tak mampu menemukan kata-kata yang tepat untuk menjawab. Pikirannya terus berputar, mencoba mengolah kejadian yang baru saja terjadi, tapi tidak juga menemukan penjelasan yang memadai. Perasaannya bercampur aduk, antara bingung, marah, dan sedikit ketakutan.

“Kenapa begitu?” Taeyong bertanya lagi, kali ini dengan suara yang pelan tapi sangat jelas, seakan setiap kata yang ia ucapkan memiliki tujuan untuk menyusup masuk ke dalam pikiran Jisoo. “Apa kau tidak pernah berpikir untuk menemukan seseorang? Seseorang yang bisa kau cintai ... atau bahkan hanya sekadar bermain-main?”

Pertanyaan itu menggantung di udara, membuat suasana semakin berat. Jisoo menggigit bibir bawahnya, merasa tak nyaman. Sentuhan lembut bibirnya sendiri mengingatkannya pada jari-jari Taeyong yang tadi menyentuhnya, sebuah perasaan yang tak bisa ia singkirkan dari pikirannya.

“Saya tidak .…” Jisoo mencoba berbicara, namun suaranya terdengar goyah. Ia menghela napas pelan, berusaha meredakan getaran di dadanya. “Saya tidak pernah punya waktu untuk itu, Tuan.”

Taeyong menyunggingkan senyum samar, wajahnya sedikit melunak, meski tetap menyimpan intensitas yang membuat Jisoo sulit bernapas lega. “Waktu?” Dia mendekat lagi, memperkecil jarak yang sudah cukup sempit di antara mereka.  “Atau ... kau tidak pernah diizinkan untuk merasakan itu?”

Breaking Her | taesoo [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang