Chapter XII: Identitasnya

200 51 4
                                    

Jisoo berjalan cepat meninggalkan taman belakang Kediaman Han, tubuhnya terasa ringan namun pikiran di kepalanya semakin berat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jisoo berjalan cepat meninggalkan taman belakang Kediaman Han, tubuhnya terasa ringan namun pikiran di kepalanya semakin berat. Tatapan Taeyong yang menusuk dan senyumnya yang licik masih terasa menggantung di udara. Setiap kali pria itu menyebut namanya, dia merasakan dinding-dinding kebohongan yang dia bangun mulai retak. Seolah-olah pria itu tahu semua tentang dirinya, tapi menahan diri untuk tidak langsung mengungkapnya, menunggu waktu yang tepat untuk membuatnya jatuh.

Sore itu di taman meski terlihat seperti percakapan ringan antara keluarga, ada sesuatu yang lebih besar dan lebih berbahaya di balik interaksi tersebut. Permainan Taeyong semakin halus dan Jisoo semakin terperangkap di dalamnya. Walau merasa terpojok, dia tak punya pilihan selain terus melangkah. Dia tidak bisa mundur. Jika dia berhenti sekarang, semuanya akan sia-sia—terutama dendamnya pada kematian Daisy.

Setelah beberapa menit berjalan, Jisoo sampai di kamarnya yang terletak di bagian pelayan di sisi belakang mansion. Kamar itu kecil dan sederhana, tapi untuknya, ini adalah satu-satunya tempat di mansion yang terasa sedikit lebih aman walaupun tahu bahwa tak ada tempat yang benar-benar aman di sini.

Dia duduk di tepi tempat tidur, mencoba menenangkan pikirannya yang bergejolak.

Kenapa Taeyong selalu mendekatinya? Kenapa pria itu selalu muncul di saat-saat tertentu, seolah-olah dia sengaja memilih momen ketika Jisoo paling tidak siap? Apakah dia sudah tahu semuanya?

Jisoo memejamkan mata, mengingat setiap detail kecil dari pertemuan mereka hari ini. Sentuhan Taeyong di pinggangnya, bisikannya yang penuh ancaman, serta tatapan liciknya yang menembus sampai ke dalam jiwanya. Semua itu menambah ketegangan yang sulit dia kendalikan. Jisoo tahu Taeyong bukanlah pria yang bertindak tanpa tujuan. Setiap langkahnya pasti sudah diperhitungkan dengan cermat.

Di balik semua itu pasti ada sesuatu yang aneh dalam cara Taeyong memperlakukannya. Seperti ada permainan yang lebih pribadi yang sedang dimainkan di antara mereka. Tidak sekadar hubungan majikan dan pelayan, tapi sesuatu yang lebih dalam dan lebih rumit. Sesuatu yang tidak bisa Jisoo pahami sepenuhnya.

Jisoo membuka matanya lagi, lalu menatap jendela kecil di kamarnya. Bayangan Daisy kembali menghantuinya. Senyuman lembut gadis itu, canda tawanya, dan ketulusan yang selalu dia tunjukkan padanya. Taeyong telah menghancurkan itu semua dan sekarang dia berada di sini, berhadapan dengan pria yang sama, mencoba bertahan dalam permainan yang dia sendiri tidak sepenuhnya pahami.

Oke, mari tenang karena rencananya belum sepenuhnya gagal. Jisoo menyakini bahwa Taeyong hanya menggertaknya saja. Lagi pula, dia masih punya kesempatan dan kesempatan berharga ini harus dia gunakan di waktu yang tepat. Ada baiknya dia harus segera menuntaskan semua rencananya, lalu pergi meninggalkan wilayah Selatan dan mengubur dalam-dalam identitasnya sebagai Jisoo Lyudmila Baek.

Oke, Jisoo, mari kita tenang dan pikirkan semuanya matang-matang. Kau pasti bisa membalaskan dendam Daisy! pikirnya penuh tekad kuat.

━━━━━━ ◦ breaking her ◦ ━━━━━━

Breaking Her | taesoo [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang