Ruangan duduk Nyonya Laura terasa jauh lebih dingin dari biasanya. Cahaya matahari sore yang seharusnya memberikan kehangatan justru memudar di balik tirai tebal, menyisakan cahaya temaram yang samar-samar di ruangan yang dipenuhi dengan aroma teh dan kayu tua. Jisoo duduk tegak di kursi empuk berlapis sutra, tangannya yang terlipat di pangkuan terasa kaku. Tatapannya tertuju pada Nyonya Laura, wanita anggun yang duduk di seberangnya dengan wajah tenang, seolah tidak menyadari badai kecemasan yang berputar di dalam pikiran Jisoo.
“Apakah saya melakukan kesalahan, Nyonya?” Matanya menatap Nyonya Laura penuh kebingungan, mencari jawaban atas keputusan mendadak yang terasa seperti pukulan. Dia merasa cemas, tak ada pertanda sebelumnya, tak ada peringatan atau teguran yang diterima. Mengapa tiba-tiba Nyonya Laura memindah tugaskannya?
Selama ini dia menjalankan tugasnya dengan baik, tanpa cela, tanpa satu pun kesalahan yang mencoreng reputasinya sebagai pelayan. Dia mengurus semua yang diminta Nyonya Laura dengan teliti, tidak pernah lalai dan tidak pernah teledor. Lalu mengapa?
“Tidak, Jisoo, kau tidak melakukan kesalahan.” Nyonya Laura menatapnya sejenak sebelum tersenyum tipis. “Sebaliknya, kau bekerja dengan sangat baik. Itu sebabnya aku memutuskan untuk memindahkanmu.”
Kepala Jisoo terasa berputar. Kata-kata Nyonya Laura semakin menambah kebingungannya. Dia bekerja dengan baik, tapi justru dipindahkan? Bukankah itu terdengar sangat aneh? Lebih dari itu, yang paling mengganggu pikirannya adalah fakta bahwa dia akan dipindahkan ke Taeyong—putra sulung Nyonya Laura, seseorang yang sangat ingin dihindari.
“Kenapa saya, Nyonya?” tanyanya pelan, berusaha mengumpulkan keberanian untuk mendapatkan penjelasan lebih. “Dari semua pelayan yang ada, mengapa harus saya yang dipilih?”
Nyonya Laura tidak langsung menjawab, hanya menatap Jisoo dengan tatapan yang sulit diartikan, seolah-olah dia sedang mengukur sejauh mana Jisoo bisa bertahan di bawah beban yang akan dia hadapi. “Putraku yang memintamu secara langsung,” jawabnya dengan tenang. “Dia membutuhkan seseorang yang bisa dia percayai. Dan aku percaya, kau adalah orang yang tepat untuk tugas itu. Selain itu, pelayan pribadiku yang sebelumnya sudah kembali, jadi tugasmu denganku sudah selesai.”
Jisoo tak tahu harus berkata apa. Permintaan putranya? Kenapa pria itu tiba-tiba menginginkannya menjadi pelayan pribadinya? Apa dia ingin mengawasinya dari dekat? Apa dia masih belum puas memojokkannya di setiap kesempatan? Ada sesuatu yang terasa salah, tapi dia tak bisa mengungkapkannya di depan Nyonya Laura. Perasaan campur aduk melanda dirinya.
Taeyong selalu membuatnya tegang dengan setiap langkah dan kata yang penuh dengan maksud tersembunyi, laly sekarang dia harus berhadapan dengannya setiap hari?
“Apakah ... apakah saya bisa menolak?” Pertanyaan itu terlepas dari bibir Jisoo tanpa dia sadari. Ketika menyadarinya, dia terlambat menghentikan dirinya sendiri.
Nyonya Laura tersenyum lagi. Senjatanya adalah ketenangan. “Aku tidak berpikir itu perlu. Kau sudah melakukan pekerjaanmu dengan baik di sini, dan aku yakin kau akan melakukan hal yang sama dengan Taeyong. Percayalah, ini untuk kebaikanmu juga.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Breaking Her | taesoo [✔️]
FanfictionDikhianati oleh saudara kembarnya, Putri Kedelapan dari keluarga assassin hidup dengan identitas baru sebagai Jisoo Lyudmila Baek, setelah diselamatkan dari kematian oleh seorang bangsawan muda, Daisy Lavinia. Demi membalas budi, Jisoo bersumpah mel...