Jisoo terbangun dengan kepala yang terasa berat dan perasaan yang bercampur aduk. Cahaya lembut dari lampu meja di sudut kamar menciptakan bayangan yang melukis dinding-dinding megah dengan kilauan emas. Kamar itu begitu sunyi hingga dia bisa mendengar suara detak jarum jam yang tergantung di dinding seberang. Dia mengedarkan pandangan ke sekitar, memastikan bahwa tidak ada orang lain di sana selain dirinya. Menyadari bahwa Taeyong mungkin sudah pergi, dia pun duduk di tepi ranjang, berniat untuk berdiri.
Namun, baru saja kakinya menyentuh lantai, tiba-tiba suara keras bergema, mengejutkannya.
“Apa yang kau lakukan?” seru suara itu dengan tegas.
Jisoo hampir melompat karena terkejut. Dengan gerakan refleks, dia menoleh ke sumber suara tersebut dan di sana, dari sudut ruangan yang remang-remang, Taeyong berdiri. Matanya menatapnya tajam dan cemas.
“Ta-Taeyong?” Dia benar-benar tidak menyangka pria itu ternyata masih ada di dalam kamar.
Sebelum Jisoo sempat mengatakan apa pun lagi, Taeyong sudah bergegas menghampirinya dengan langkah cepat, seolah-olah dia adalah sosok yang hendak jatuh dari tebing.
“Sudah kubilang, panggil aku kalau kau butuh sesuatu!” ujarnya dengan nada serius sambil meraih bahunya dan menuntunnya untuk duduk kembali ke tepi ranjang.
Jisoo masih linglung, pikirannya terasa kabur, seperti kabut tipis yang belum sepenuhnya hilang setelah bangun tidur. Dia mengerjapkan mata beberapa kali, memandang Taeyong dengan alis mengerut, merasa bingung sekaligus frustasi.
“Aku baru saja berdiri. Kenapa kau langsung marah-marah?” gumamnya sambil mengerutkan bibir, merasa tak nyaman dengan perlakuan berlebihan Taeyong.
Taeyong yang berdiri di hadapannya, menyilangkan tangan di dada. “Karena aku sudah melarangmu berjalan dengan kedua kakimu, apa kau lupa itu?”
Jisoo menatapnya tak percaya, mencoba mencerna maksud perkataannya. “Aku hanya ingin pergi ke kamar mandi. Apa itu juga dilarang?”
“Kalau kau butuh ke kamar mandi, panggil aku. Aku akan membawamu.”
Mendengar hal itu, Jisoo memutar matanya dengan gerakan jelas, seolah mengekspresikan rasa frustrasinya tanpa menahannya lagi. Dia memandangnya dengan tatapan tak percaya. “Ini sudah berlebihan, kau tahu?” tukasnya, mencoba mengendalikan amarah, tapi tetap sulit untuk menahan emosi yang membuncah. “Aku bukan anak kecil yang tidak bisa menjaga diri. Kau tidak perlu mengawasi setiap langkahku!”
“Tidak, Jisoo.” Suara Taeyong terdengar dingin, setiap kata seolah dipahat dengan presisi tajam. “Selama kondisimu belum sepenuhnya pulih, kau akan mengikuti peraturan ini. Aku tidak akan mengambil risiko yang bisa membahayakanmu.”
“Aku sudah merasa lebih baik!” Jisoo mengepalkan tangannya, perasaan frustrasi mulai menguasainya. “Aku bahkan sudah bisa berdiri sendiri tanpa merasa pusing.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Breaking Her | taesoo [✔️]
FanfictionDikhianati oleh saudara kembarnya, Putri Kedelapan dari keluarga assassin hidup dengan identitas baru sebagai Jisoo Lyudmila Baek, setelah diselamatkan dari kematian oleh seorang bangsawan muda, Daisy Lavinia. Demi membalas budi, Jisoo bersumpah mel...