Angin malam berembus menusuk, membawa dingin yang terasa seperti menggigit hingga ke tulang. Suara gemeretak roda kereta kuda terdengar samar di kejauhan, bercampur dengan jeritan pilu Jisoo. Langit malam yang gelap dihiasi bintang-bintang tampak kontras dengan situasi kacau yang terjadi di tanah di bawahnya.
Di depan mansion megah yang kini terasa bagai tempat terkutuk, Leah berdiri tegak dengan kedua tangan tersilang di dada. Wajahnya yang biasanya dingin dan tampak tenang kini dipenuhi kemurkaan yang nyaris tak terbendung. Matanya tajam mengawasi Nilo yang berjalan mendekat sambil membawa Jisoo di bahunya seperti barang jarahan. Gadis itu masih terisak, wajahnya basah oleh air mata, dan napasnya tersengal setelah berteriak histeris.
“Apa yang kau lakukan, Nilo?!” Leah berteriak begitu Nilo mendekat. Amarahnya seperti gelombang besar yang menghantam Nilo tanpa ampun.
Nilo berhenti dengan wajah terlihat setenang mungkin, meski matanya terus melirik Leah dengan gugup. “Oh, ayolah, Leah,” jawabnya dengan nada santai yang jelas dibuat-buat. “Aku tidak punya pilihan lain. Dia tidak akan membiarkan kita pergi dengan mudah.”
“Kau menyebabkan kekacauan besar setelah aku menyuruhmu untuk tidak melakukannya! Kau sadar apa yang baru saja kau perbuat?!” seru Leah sambil melangkah maju.
“Lihatlah sekelilingmu,” balas Nilo sambil sedikit mengangkat Jisoo yang masih berada di atas bahunya. “Dia berteriak, dia melawan, dan pria itu tidak akan menyerah tanpa perlawanan. Aku hanya melakukan apa yang perlu dilakukan.”
“Apa yang perlu dilakukan? Kau menyerang pria itu di dalam rumahnya sendiri! Kau menculik gadis ini di depan matanya! Kau baru saja membuat kita menjadi musuh orang yang tidak seharusnya kita sentuh!”
Jisoo yang masih berada di bahu Nilo mencoba mengangkat wajahnya yang basah oleh air mata untuk melihat sosok Leah. Dalam benaknya, satu pertanyaan besar kemudian muncul, siapa sebenarnya wanita ini? Apakah dia pemimpinnya? Apa hubungannya dengan semua ini?
Sementara itu, Nilo mendesah kasar. “Pria itu sudah menjadi musuh sejak awal, Leah. Kau tahu itu. Dia tidak akan pernah bekerja sama dan dia pasti tidak akan menyerahkan gadis ini begitu saja. Kita harus bergerak sebelum dia kembali.”
“Kau tidak memahami situasinya, Nilo. Dengan tindakanmu ini, kau bukan hanya menghadapi kemarahan Keluarga Han, tapi juga membahayakan seluruh operasi kita!” Leah lalu menunjuk Nilo dengan telunjuk yang gemetar karena marah. “Dan kau bahkan menembaknya! Kau gila?!”
Nilo yang sejak awal terlihat tak peduli langsung mendorong tubuh Jisoo masuk ke dalam kereta kuda dengan kasar. Dorongan itu membuat Jisoo kehilangan keseimbangan. Tubuhnya terhuyung sebelum akhirnya jatuh tersungkur di atas lantai kayu kereta yang keras dan dingin. Suara kayu berderak pelan di bawah bobot tubuhnya, sementara permukaannya yang kasar terasa menusuk kulitnya menambah rasa sakit pada tubuhnya yang sudah lemah dan lelah.
Jisoo menggertakkan giginya, tidak ingin menyerah meski rasa sakit menjalar di sekujur tubuhnya. Dengan kedua tangan yang gemetar, dia mencoba bangkit perlahan. Meskipun matanya dipenuhi air mata, tapi mata itu masih memancarkan tekad yang kuat. Tidak ada ruang untuk menyerah dalam pikirannya. Dia harus keluar dari sini!
KAMU SEDANG MEMBACA
Breaking Her | taesoo [✔️]
FanfictionDikhianati oleh saudara kembarnya, Putri Kedelapan dari keluarga assassin hidup dengan identitas baru sebagai Jisoo Lyudmila Baek, setelah diselamatkan dari kematian oleh seorang bangsawan muda, Daisy Lavinia. Demi membalas budi, Jisoo bersumpah mel...