Jisoo merasa lega melihat kondisi Sunhee yang semakin membaik. Ramuan obat yang dia buat semalam terbukti bagus untuk kesehatan gadis itu. Sekarang dengan kondisinya yang telah membaik, Sunhee tidak perlu terlihat kesakitan dan Nyonya Laura tidak terlihat sedih lagi.
Meninggalkan ibu dan anak di dalam kamar itu, Jisoo melangkah dengan hati-hati menuju dapur. Ruang itu terasa lebih sunyi daripada sebelumnya, meski kesibukan kediaman Han biasanya tidak pernah benar-benar berhenti. Dapur yang digunakan semalam untuk meracik ramuan bukan dapur utama, sehingga dia tidak perlu berurusan dengan para juru masak yang biasanya sibuk menyiapkan hidangan mewah untuk keluarga.
Dapur ini lebih kecil, digunakan untuk keperluan pribadi atau kecil seperti menyiapkan teh atau ramuan obat. Udara di dalam ruangan itu masih mengandung aroma sisa rempah-rempah dari semalam ketika Jisoo menyiapkan obat untuk Sunhee. Cahaya remang-remang dari lilin yang menyala di sudut ruangan membuat suasana semakin tenang.
Dia berdiri di depan meja, jari-jarinya dengan hati-hati merapikan bahan-bahan yang semalam digunakan. Saat dia sedang membereskan peralatan yang digunakan semalam untuk meracik obat, suara langkah kaki yang sudah sangat dia kenal terdengar semakin mendekat. Jantungnya berdegup cepat, instingnya langsung memperingatkan bahaya. Dia tahu siapa itu tanpa perlu menoleh—Taeyong.
Kenapa dia selalu tahu ke mana aku pergi? Apakah dia diam-diam mengawasiku? Atau mungkinkah dia diam-diam memasang pelacak padaku?
Napas Jisoo mendadak terasa lebih berat, seperti seluruh ruangan sedang menahan napas bersamanya.
Ya Tuhan! Dia bahkan belum sempat menenangkan dirinya sejak kejadian di dapur semalam dan sekarang pria itu datang lagi. Suasana hati Taeyong selalu sulit ditebak dan itu membuat situasi ini jauh lebih mencekam.Jisoo bisa merasakan setiap langkah yang diambil Taeyong meskipun dia tidak berani menoleh. Kehadirannya semakin dekat, seperti bayangan gelap yang siap menyergap dari belakang. Langkah kakinya lambat namun mantap, seperti predator yang sedang menilai mangsanya, menunggu momen yang tepat untuk menyerang. Udara di dapur terasa lebih berat, seolah-olah ruangan itu perlahan mengecil, menekan seluruh tubuh Jisoo di bawah berat intensitas yang tak terlihat.
Hingga akhirnya, Taeyong berdiri di sampingnya, begitu dekat hingga Jisoo bisa merasakan kehangatan tubuhnya menyelinap melalui lapisan pakaian yang dia kenakan. Aroma rempah kayu yang khas dari tubuh Taeyong menyeruak di udara, sebuah perpaduan antara sesuatu yang menenangkan namun sekaligus mendominasi, menguasai ruang pribadi Jisoo tanpa perlu sentuhan.
“Bagaimana keadaan Sunhee?” tanyanya dengan nada datar, tapi Jisoo bisa merasakan adanya kepedulian yang tersembunyi di balik suaranya.
“Demamnya sudah turun,” jawabnya singkat sementara tangannya terus bekerja, membereskan peralatan di mwja. “Dia sudah bisa makan sedikit dan tidur lebih nyenyak.”
Taeyong tidak langsung merespons. Dia hanya berdiri di sana, tatapannya yang tajam tak pernah lepas dari Jisoo, memerhatikannya dengan sangat cermat. Pria itu sedang menunggu sesuatu atau mungkin sedang memikirkan langkah berikutnya dalam permainan yang hanya dia yang tahu aturannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Breaking Her | taesoo [✔️]
FanfictionDikhianati oleh saudara kembarnya, Putri Kedelapan dari keluarga assassin hidup dengan identitas baru sebagai Jisoo Lyudmila Baek, setelah diselamatkan dari kematian oleh seorang bangsawan muda, Daisy Lavinia. Demi membalas budi, Jisoo bersumpah mel...