Chapter XLII: Run 4.0

223 58 12
                                    

Fajar baru saja menyingsing ketika Jisoo bangkit dengan hati-hati

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Fajar baru saja menyingsing ketika Jisoo bangkit dengan hati-hati. Diam-diam dia melangkah mengendap-endap, tak ingin membangunkan Zaheer yang masih terlelap. Kekhawatiran mengusik batinnya saat melihat wajah polos anak itu memerah karena demam. Suhu tubuh Zaheer yang tinggi mendesak Jisoo untuk bergegas mencari ramuan obat penurun panas. Tentu saja, di tempat seperti kawasan kumuh ini, tak ada pertolongan medis atau obat-obatan yang bisa dia dapatkan dengan mudah.

Dengan langkah pelan, Jisoo meninggalkan Zaheer yang masih tergolek lemah. Matahari pagi belum terlalu tinggi, cahayanya masih lembut menyelimuti lorong-lorong sempit kawasan kumuh Tarrin. Jalanan berdebu dengan bau apak yang khas mengiringi setiap langkahnya, tapi dia tak memedulikannya. Fokusnya hanya satu, menemukan tanaman obat dan bunga-bungaan yang bisa dia gunakan untuk meramu penurun demam.

Jisoo bergerak cepat, menyusuri pinggiran Kota Tarrin yang penuh dengan tumbuhan liar. Tangannya dengan cekatan memetik daun-daun kecil dan beberapa bunga berwarna-warni yang dia tahu bisa meredakan panas. Setiap kali dia menemukan tanaman yang tepat, perasaan lega sedikit demi sedikit merayap di hatinya.

Namun, ketika akhirnya dia kembali dengan genggaman penuh bahan ramuan, hatinya seketika mencelos saat melihat ruangan kosong. Zaheer tak ada di sana. Anak laki-laki itu menghilang!

Napasnya terhenti sesaat, perasaan cemas serta panik langsung menyergapnya. “Zaheer?” panggilnya dengan cepat memeriksa setiap sudut ruangan, berharap anak itu sedang bersembunyi untuk mengerjainya.

Sayangnya, tidak ada tanda-tanda anak laki-laki itu. Jisoo mulai merasakan dinginnya ketakutan menyusup ke dalam hatinya. Pikirannya kacau, berbagai skenario buruk melintas di benaknya. Ya Tuhan, dia sedang demam tinggi! Bagaimana jika anak itu jatuh tak sadarkan diri di jalanan? Lalu bagaimana jika dia bertemu ketiga pria kemarin?

Jisoo bergegas keluar, matanya dengan liar memindai setiap sudut jalanan. Dia menyusuri setiap gang-gang sempit dan lorong kumuh yang penuh sampah, dengan harapan melihat sekilas sosok kecil Zaheer.

“Zaheer!”

Kakinya bergerak tanpa henti, berkeliling dari satu lorong ke lorong lain, menyusuri jalan-jalan kecil yang hampir dia hafal semalaman.

“Zaheer! Di mana kamu?” teriaknya lagi, berharap ada jawaban kecil dari bocah itu.

Setelah beberapa waktu mencari, Jisoo tiba di jalan utama yang memisahkan pinggiran dan pusat Kota Tarrin. Di sini jalanan lebih lebar dan padat, dipenuhi kereta kuda dan alat transportasi lain yang melaju cepat, serta pedagang kaki lima yang baru menata dagangan mereka. Di tengah hiruk-pikuk itu, matanya tiba-tiba menangkap sosok kecil Zaheer yang sedang berlari dengan langkah terseok-seok. Tubuhnya tampak lemah dan wajahnya pucat.

Jisoo menarik napas lega sejenak, merasa sedikit tenang karena berhasil menemukannya. Namun, perasaan itu tak bertahan lama ketika dia melihat Zaheer tersandung dan jatuh tepat di tengah jalan yang ramai.

Breaking Her | taesoo [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang