Jisoo berdiri kaku di antara para wanita yang mengenakan kostum kelinci, tubuhnya diselimuti rasa malu dan takut yang terus bergejolak di dalam dirinya. Kostum yang melekat erat pada kulitnya memperlihatkan setiap lekuk tubuhnya, membuatnya merasa semakin terpapar. Tatapan dari wanita-wanita di sekitarnya terasa seperti jarum halus yang menusuk; beberapa penuh rasa kasihan, beberapa acuh tak acuh, sementara lainnya sinis, dingin, dan tanpa emosi. Meski mereka semua berbagi nasib sama, Jisoo merasa terasingkan, seolah-olah dia berada di dunia berbeda. Dia hanya bisa menunduk sambil berusaha mengendalikan ketakutannya.
Sekelompok penjaga berdiri tak jauh dari mereka, tubuh kekar mereka dilengkapi senjata yang berkilau di bawah sinar matahari. Tatapan para penjaga selalu waspada dan tajam, seperti menunggu setiap gerakan yang mencurigakan. Setiap kali salah satu wanita dalam barisan tampak bergerak sedikit saja, seorang penjaga akan memelototi mereka, memberikan ancaman tanpa kata. Keringat dingin mengalir di punggung Jisoo. Apa yang sebenarnya akan terjadi di sini? pikirnya, putus asa.
Di tengah ketegangan itu, seorang wanita di sebelahnya bergerak mendekat. Dia mengenalkan dirinya dengan suara pelan, takut didengar oleh para penjaga. “Namaku Hanna,” katanya lirih, mencoba tersenyum meskipun rasa takut tampak jelas di matanya.
Jisoo menoleh, berusaha menjawab dengan tenang walaupun hatinya masih berdebar kencang. “Aku Jisoo. Jisoo Baek,” ucapnya singkat, sesekali melirik ke arah penjaga untuk memastikan mereka tidak mendengar percakapan itu.
“Kau orang baru. Pasti bingung dengan situasi di sini.”
Lebih daripada bingung. Dia juga tidak tahu apa yang harus dilakukannya di situasi serba membingungkan ini. Dia sendirian, tidak memiliki pendukung, dan tidak tahu petunjuk untuk melarikan di sini.
“Begitulah orang-orang itu. Selalu menjebak yang lemah.” Hanna terus berbicara tanpa memedulikan ekspresi kebingungan di wajah Jisoo, si pendatang. “Aku salah satu ... ‘teman’ Gray,” lanjutnya dengan suara getir saat menyebut nama pria yang telah menjebaknya. “Aku terjebak di sini karena punya hutang besar padanya. Ini cara dia membuatku membayar utangku.”
Jisoo menatap Hanna dengan bingung. “Tapi aku tidak punya hutang apa pun padanya,” katanya, suaranya sedikit bergetar. “Kenapa aku ada di sini?”
Hanna menatap Jisoo lama, seperti sedang menilai kebingungannya lalu tersenyum pahit. “Kau mungkin tidak punya hutang, tapi dia sudah memilihmu. Itu sudah cukup. Di sini, kita tidak punya pilihan.”
Rasa kekosongan menjalari perut Jisoo. Tidak ada pilihan? Ya Tuhan, seberapa buruk hidupnya ini? Dia hanya ingin balas dendam demi penyelamatnya, tapi kenapa dia justru terjebak dalam skenario mengerikan. Pertanyaan itu menghantam dirinya dengan keras. Dia ingin berteriak, ingin melawan, tetapi sadar bahwa melawan hanya akan memperburuk keadaan.
“Dengar, Jisoo,” lanjut Hanna dengan nada serius. “Kau harus hati-hati dengan Johnny dan Frans. Mereka sangat menyukai permainan ini, terutama ketika Taeyong membawa kelinci baru seperti dirimu.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Breaking Her | taesoo [✔️]
FanfictionDikhianati oleh saudara kembarnya, Putri Kedelapan dari keluarga assassin hidup dengan identitas baru sebagai Jisoo Lyudmila Baek, setelah diselamatkan dari kematian oleh seorang bangsawan muda, Daisy Lavinia. Demi membalas budi, Jisoo bersumpah mel...