Kamar mandi dipenuhi dengan suasana yang begitu tenang, seolah waktu berhenti di dalam ruangan itu. Sinar hangat dari satu lilin di sudut bak mandi menari lembut di dinding marmer yang berkilau, mewujudkan bayangan samar yang terus bergerak mengikuti irama kecil nyala api. Aroma lavender bercampur dengan uap air hangat yang melingkupi ruangan, memberikan perasaan nyaman dan menenangkan. Suara gemericik air yang menetes pelan dari keran menambah harmoni keheningan, seperti sebuah melodi yang berulang-ulang tanpa akhir.
Jisoo mengerjap perlahan, kesadarannya kembali seiring dengan tubuhnya yang mulai terasa kaku setelah terlalu lama berendam. Matanya menatap sekeliling, mencoba memahami situasi, lalu dengan cepat wajahnya memucat saat dia menyadari sesuatu. Tadi dia sempat tertidur di dalam bak mandi.
“Ya Tuhan, apa yang kupikirkan sebenarnya?” Jisoo menggigit bibir bawahnya, hatinya dipenuhi dengan rasa malu sekaligus heran pada dirinya sendiri. Dia mulai menghitung dalam hati, berapa kali dia sudah tertidur hari ini? Belum lagi tadi sore di taman saat bersama Zaheer, lalu di ranjang, dan sekarang di dalam bak mandi. Perasaan gelisah itu menyeruak, membuatnya semakin menyadari bahwa belakangan ini tubuhnya terasa lebih lemah dari biasanya.
Dia memijat pelipisnya dengan lembut sambil memarahi dirinya sendiri dalam hati. Aku harus berhenti melakukan ini, gerutunya pelan, seperti memberikan peringatan pada dirinya. Ini sudah keterlaluan! Tapi perasaan kantuk yang datang tanpa diduga-duga terus menghantuinya, seolah menjadi bagian tak terhindarkan dari dirinya akhir-akhir ini.
Helaan napasnya terasa panjang ketika dia merilekskan tubuhnya yang tegang. Air hangat di dalam bak mandi perlahan menyelimuti tubuh rampingnya, membuatnya sedikit lebih nyaman meski rasa heran dan cemas tadi belum sepenuhnya hilang. Tubuhnya setengah terendam dalam air beruap, hanya bahunya yang sedikit mencuat ke atas permukaan. Rambutnya yang diikat mulai terasa lembap oleh uap yang memenuhi udara di sekitarnya.
Dengan gerakan pelan, Jisoo meraih botol busa mandi yang terletak di tepi bak. Tangannya yang basah dengan uap air hangat mulai menuangkan cairan bening itu ke dalam air. Cairan tersebut seketika berubah menjadi busa putih lembut yang meluas perlahan, memenuhi permukaan air dengan tekstur seperti awan yang terapung. Busa itu bergerak mengikuti riak kecil di air, menyentuh kulitnya seperti belaian halus.
Dia menghela napas panjang sekali lagi, membiarkan aroma lavender dari sabun itu menenangkan pikirannya. Dia kemudian meraih spons yang tergantung di sisi bak mandi, meneteskan sedikit sabun ke atasnya sebelum mulai menggosok bahunya. Sentuhan spons lembut di kulitnya memberikan sensasi relaksasi yang menyenangkan, seolah menghapus semua beban yang menempel di tubuhnya.
Saat dia hendak memindahkan spons ke dadanya, sudut matanya menangkap sesuatu—siluet seseorang. Matanya langsung terbuka lebar, tubuhnya menegang, dan dia menoleh cepat ke arah bayangan itu. Di sana di sudut kamar mandi, Taeyong duduk bersandar santai di sebuah kursi kecil, seperti sosok yang sama sekali tidak merasa bersalah.
“Taeyong!” Tangannya refleks bergerak menutupi tubuhnya yang tenggelam di dalam air berbusa. Pipinya langsung memerah seperti kelopak mawar, mencerminkan rasa terkejut dan malu yang bercampur menjadi satu. Matanya yang melebar menatap tajam ke arah pria itu. “Apa yang kau lakukan di sini?!” serunya setengah marah, setengahnya lagi malu. “Dan sejak kapan kau ada di situ?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Breaking Her | taesoo [✔️]
FanfictionDikhianati oleh saudara kembarnya, Putri Kedelapan dari keluarga assassin hidup dengan identitas baru sebagai Jisoo Lyudmila Baek, setelah diselamatkan dari kematian oleh seorang bangsawan muda, Daisy Lavinia. Demi membalas budi, Jisoo bersumpah mel...