Chapter XXV: Why me?

245 58 15
                                    

Tangan Taeyong yang mencengkeram rambut Jisoo bergetar, menandakan ketegangan yang hampir meledak di dalam dirinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tangan Taeyong yang mencengkeram rambut Jisoo bergetar, menandakan ketegangan yang hampir meledak di dalam dirinya. Matanya menyipit, menyiratkan kemarahan yang membara. Dalam sekejap dia menarik paksa kepala Jisoo, mengabaikan segala batas yang seharusnya ada di antara mereka.

Lantai di bawah tubuh Jisoo terasa dingin dan keras, tetapi tidak ada yang bisa mendinginkan panas dari amarah Taeyong. Lalu tanpa peringatan, bibir Taeyong menghantam bibirnya dengan kekuatan yang membuat kepalanya berputar keras. Jisoo tersentak, sedang tubuhnya membeku dalam sekejap. Tidak ada kelembutan dalam di bibirnya, apalagi kehangatan. Dia mengubah ciuman itu menjadi sebuah senjata—senjata mematikan sebagai hukumannya.

Ruangan terasa semakin dingin, menciptakan suasana suram yang menekan setiap sudut, menolak kehadiran sedikit pun kehangatan. Cahaya lampu kuning pucat dari langit-langit kamar mandi memancarkan bayangan tajam di dinding yang lembab, menambah kesan suram yang mengancam. Lantai dingin di bawah tubuh Jisoo seakan mengisap setiap sisa kekuatannya, membekukan perlawanan yang tersisa dalam tubuhnya.

Suara napas terengah-engah mereka terdengar nyaring dalam keheningan ruangan itu, memantul dari dinding-dinding keramik dan menyatu dengan aura mencekam yang menggantung berat di udara. Setiap hembusan napas terasa seperti mempersempit ruang, menambah intensitas yang membuat suasana semakin tegang.

Tangan Taeyong mencengkeram rambut Jisoo dengan kekuatan brutal, seakan tidak memberinya ruang sedikit pun untuk bergerak. Tarikannya yang begitu kasar menciptakan denyutan tajam di kepala Jisoo. Pusing pun merayap dalam kesadarannya, membuat pandangannya kabur perlahan. Kemudian dunia di sekitar terasa berputar, seolah menyempit dengan cepat, berubah menjadi penjara tanpa celah pelarian.

Ciuman Taeyong lebih menyerupai serangan brutal daripada ungkapan perasaan. Bibirnya yang kasar menghantam bibir Jisoo, sementara lidahnya bergerak liar, menjelajahi setiap sudut mulut gadis itu dengan rakus, seolah-olah dia harus mendominasi setiap bagian dari dirinya. Jisoo berusaha keras menarik napas, tapi setiap ciuman hanya memperburuk keadaan sehingga menghentikan oksigen yang seharusnya masuk ke paru-parunya. Tubuhnya mulai bergetar hebat, gemetar karena campuran ketakutan dan keputusasaan.

Dengan keberanian yang tersisa, Jisoo menggerakkan rahangnya untuk menggigit bibir Taeyong. Dia berharap gigitan itu akan menghentikan semua kegilaannya atau mungkin rasa sakit itu akan menyadarkan pria kejam ini. Namun, ketika Taeyong melepaskan bibirnya sejenak, bukan rasa sakit yang terlihat di wajahnya, melainkan kesenangan yang aneh dan berbahaya.

“Kau terus saja membuatku terkejut, Jisoo. Semakin kau keras kepala, semakin aku menginginkanmu,” ucapnya sinis, menikmati setiap detik penderitaan yang dia ciptakan.

Tanpa banyak kata lagi, Taeyong menunduk dan bibirnya kembali menyerang dengan lebih ganas dan lebih rakus dari sebelumnya. Bibir Jisoo seketika terasa panas dan bengkak, setiap sentuhan terasa seperti pukulan keras yang mengikis tenaganya sedikit demi sedikit. Setiap kali dia mencoba menarik napas, ciuman itu datang lagi, lebih dalam dan mendesak, membuat tubuhnya semakin lemah.

Breaking Her | taesoo [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang