ᅠᅠ
ᅠᅠ
ᅠᅠ
ᅠᅠ
ᅠᅠ
Ketika Ara keluar dari kelas setelah mabar bersama teman-temannya, suasana sekolah sudah lumayan sepi. Ia melihat sebuah mobil yang sangat ia kenali-mobil Chika.
"Ra, lo belum dijemput?" tanya Mira sambil melihat ke arah gerbang.
"Belum" jawab Ara berbohong, karena ia malas pulang bersama Chika.
"Yaudah, kita duduk dulu sambil nunggu"" ucap Zee.
Mereka berenam duduk di bangku dekat gerbang sekolah. Sementara itu, dari dalam mobil, Chika memperhatikan mereka.
"Lah, malah duduk aja bocahnya. Sengaja banget" gumam Chika, mulai kesal. Akhirnya, ia keluar dari mobil.
"Eh, liat tuh" ucap Adel, menunjuk seseorang.
"Apaan?" tanya Zee penasaran.
"Cantik banget, gila!" lanjut Adel kagum.
Mereka pun serempak menoleh ke arah yang dimaksud Adel.
"Eh iya, anjir!" ucap Olla.
"Itu siapa ya?" tanya Oniel.
"Gak tau, tapi cantik banget. Kalau gue pacarin dia mau gak ya?" canda Zee.
"Gak usah ngaco, deh! Jangan belok, anjir" sahut Ara, cemberut.
"Gapapa lah, sekali-kali" balas Zee sambil terkekeh.
"Lagian, kalau lo ngajak dia pacaran, dia gak bakal mau" ucap Ara santai.
"Kenapa?" tanya Zee penasaran.
"Karena dia lagi fokus kuliah dulu" jawab Ara tanpa ragu.
Teman-temannya langsung menoleh ke Ara, menatap penuh tanda tanya.
"Kenapa? Gue salah ngomong?" tanya Ara, bingung melihat tatapan mereka.
"Lo tau dari mana?" tanya Oniel curiga.
"Jangan bilang dia sepupu lo" ujar Olla, menebak.
"Emang" jawab Ara santai.
"Anjay!" serempak teman-temannya berseru.
Sementara itu, Chika sudah berdiri di depan mereka. "Ayo pulang," ucapnya lembut pada Ara.
"Gak mau, gue pulang nya nanti" jawab Ara tegas.
"Pulang yuk" bujuk Chika lagi, suaranya tetap lembut.
"Gak mau! Gue mau main dulu" sahut Ara dengan nada keras.
"Pulang dulu baru main" kata Chika mencoba bernegosiasi.
"Gak mau! Ribet kalau harus pulang dulu!" protes Ara.
"Nanti bajunya kotor kalau main di luar, ayo pulang" Chika mulai agak tegas.
"Gue gak bakal kotor, gue gak main tanah kok!" Ara semakin keras kepala.
Chika menghela napas panjang, "Lama banget, cepet pulang" katanya sambil memegang pergelangan tangan Ara.
"Gue gak mau, Ka Chikaaaa!" teriak Ara sambil memberontak.
Teman-teman Ara hanya bisa menyaksikan interaksi mereka dengan penuh rasa ingin tahu.
"Pulang dulu yuk, ganti baju sama makan dulu, baru nanti main" bujuk Chika lagi, kali ini dengan suara lebih lembut.
"Gak mau! Gue mau langsung main. Iya kan, Del?" Ara mencari dukungan.
"Lama!" gumam Chika, merasa sudah cukup.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Older Cousin
Подростковая литератураCerita yang mengisahkan hubungan kompleks antara dua sepupu, Ara dan Chika. Dimulai dengan ikatan keluarga yang erat, hubungan mereka perlahan berkembang menjadi sesuatu yang lebih dalam dan rumit. Cerita ini mengeksplorasi emosi yang penuh intensit...