MOC 29

567 70 1
                                    

ᅠᅠ

ᅠᅠ

ᅠᅠ

ᅠᅠ

ᅠᅠ

Ara menghela napas pelan, "Gue maafin"

Chika tersenyum tipis, suaranya hampir tak terdengar saat ia berkata, "Makasih"

Beberapa detik hening menyelimuti mereka sebelum Ara berdiri dari tempat duduknya. "Mau kemana?" tanya Chika, sedikit khawatir.

"Tidur" jawab Ara singkat sambil berjalan menuju kamar.

Chika langsung bangkit dan mengikuti Ara. "Mau gue buatin susu Ra?" tawarnya dengan nada lembut, masih berusaha membuat suasana lebih baik.

"Nggak usah" sahut Ara tanpa menoleh.

"Oh, oke" gumam Chika pelan, menahan diri untuk tidak mendesak lebih jauh.

Setelah sampai di kamar, Ara langsung merebahkan tubuhnya di atas kasur, memunggungi Chika yang kemudian ikut berbaring di sampingnya.

"Ra, besok gue ada acara reuni di Bandung-" Chika mulai bicara, tapi Ara cepat memotongnya.

"Ikut" jawab Ara tanpa menoleh.

Chika mengernyitkan dahi. "Lo kan sekolah Ra"

"Ikut" ulang Ara dengan nada yang sama.

Chika menghela napas. "Tapi-"

"Gue mau ikut" potong Ara tegas.

Chika menatap langit-langit, mencoba mencari solusi. "Terus, sekolah lo gimana?"

"Dia gak bakal lari Ka. Jadi biarin gue ikut" jawab Ara santai.

"Bukan gitu maksud gue Ra" Chika mengelus pelipisnya, frustasi.

"Yaudah, kan bisa izin" Ara menanggapi seolah itu hal yang sepele.

Chika mendesah. "Masa lo izin sih Ra"

"Yaudah, gak usah ikut" jawab Ara ketus, mulai terdengar kesal.

"Hufft, oke, besok lo ikut gue" Chika akhirnya menyerah, suaranya sedikit melembut.

Mendengar itu, Ara langsung membalikkan badan dengan senyum lebar dan memeluk Chika erat. Chika pun balas memeluk, merasa hangat dengan kelegaan Ara.

"Gitu dong, dari tadi" ujar Ara puas, suaranya lebih ceria.

"Sekarang tidur ya" Chika berusaha menenangkan.

Ara hendak melepaskan pelukannya, tapi Chika menahan, merapatkan pelukan itu lagi. "Gini aja terus napa sih Ra?" Chika berbisik lembut.

"Enggak mau" jawab Ara dengan nada manja.

Chika menghela napas panjang, setengah bercanda. "Ya udah, besok gak usah ikut"

"Dia mah ngancem" gerutu Ara, namun terdengar gemas.

"Biarin" sahut Chika dengan senyum kecil yang tak terlihat oleh Ara, menikmati kehangatan momen itu.

"Gue sayang sama lo Ra" ucap Chika, suaranya lembut namun penuh perasaan.

Ara hanya mengangkat bahu, terlihat santai. "Gue engga," jawabnya dengan tenang.

Chika langsung mencubit perut Ara, membuat Ara terkejut dan melepaskan pelukannya.

"Sakit kaa!" keluh Ara sambil memegangi perutnya.

"Lo mah, mainnya nyubit terus" ucap Ara sambil mengerutkan dahi.

Chika pun kembali memeluk Ara dengan pelan, "Maaf ya" ucapnya sambil mengelus perut Ara. Namun, Ara menepis tangan Chika dengan cepat.

My Older CousinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang