MOC 19

1.3K 112 3
                                    

ᅠᅠ

ᅠᅠ

ᅠᅠ

ᅠᅠ

ᅠᅠ

Dalam perjalanan pulang, Chika duduk di kursi kemudi sambil menghela napas panjang.

"Kalau diinget-inget, kok gue tadi salah terus ya di mata Mami" ucap Chika sambil mengerutkan kening.

"Ya kan emang lo yang salah" jawab Ara santai, sambil menatap keluar jendela.

"Lo terus yang dibela sama Mami" keluh Chika.

"Iri bilang bos!" Ara menjawab dengan senyum tengil yang khas.

"Selama yang ngelakuin lo, gue gak iri" balas Chika, melirik sekilas ke Ara.

"Oh, berarti kalau yang ngelakuin Cepio, Kitty, atau Muthe, lo iri?" tanya Ara penasaran.

"Yap, betul" jawab Chika tanpa ragu.

"Kenapa?" tanya Ara lagi, kini menatap Chika dengan tatapan penuh rasa ingin tahu.

Tapi Chika hanya diam, tidak menjawab. Pandangannya lurus ke jalan, seolah-olah tidak mendengar pertanyaan Ara.

"Malah diem. Jawab dong pertanyaan gue" desak Ara, tidak puas dengan keheningan Chika.

"Nanti juga lo tau" jawab Chika sambil tersenyum tipis, masih tetap menatap ke depan.

"Kapan?" tanya Ara lagi, kini mulai sedikit kesal.

"Suatu hari nanti" jawab Chika penuh misteri.

Setelah beberapa menit, mereka akhirnya sampai di rumah. Chika mematikan mesin mobil dan melirik ke samping, hanya untuk mendapati Ara sudah tertidur lelap di kursi penumpang. Senyum tipis muncul di wajah Chika.

"Dasar bocah" gumamnya pelan.

Chika keluar dari mobil, lalu berjalan mengitari mobil untuk membuka pintu di sisi Ara. Dengan lembut, ia menggendong Ara, mencoba agar Ara tetap tidur. Sesampainya di kamar, Chika menaruh Ara di kasur dengan hati-hati, memastikan agar Ara tidak terbangun. Ia kemudian merapikan rambut Ara yang menutupi wajahnya, menatapnya sejenak dengan senyum lembut yang jarang terlihat.

Setelah itu, Chika menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Tidak lama kemudian, ia keluar dan melihat Ara tampak tidak nyaman dengan pakaian yang dikenakannya. Ara mengerutkan dahi, menggeliat sedikit dalam tidurnya.

"Apa gue bangunin aja ya..." gumam Chika ragu.

Tapi kemudian, Chika menggeleng pelan, "Tapi kasian"

Ia berpikir sejenak sebelum akhirnya berkata pada dirinya sendiri, "Udahlah gue gantiin aja. Lagian sama-sama cewek kok, jadi aman"

Chika pun mengambil baju tidur ara dan mulai membuka baju ara. Saat ia membuka baju Ara, jantungnya berdegup kencang

"Ternyata salah, ini gak aman ini buat jantung gue" gumam Chika sambil menatap tubuh Ara yang putih bersih dan mulus.

Chika pun menggelengkan kepalanya keras, "Sadar Chika sadar. Ara sepupu lo sendiri, lo gak boleh ngelakuin itu" ucap Chika berusaha menyadarkan dirinya.

Chika pun lanjut memakaikan baju tidur ara, walaupun jantungnya berdegup kencang dan tangannya sedikit gemetar. Setelah itu Chika pun mematikan lampu. Dikamar itu hanya ada cahaya dari lampu tidur.

Chika pun tidur di samping Ara. Malam itu, gelisah melanda Chika. Ia terus menatap Ara, hingga tak lama kemudian, matanya tertuju pada bibir tipis Ara yang merah. Tanpa sadar Chika mencium bibir Ara dan melumat nya dengan lembut dan penuh nafsu. Tangannya tak tinggal diam, ia memasukkan tangannya ke baju Ara.

Tak lama, Chika berhenti, napasnya mulai berat. Ia menatap Ara yang sudah setengah terlelap, lalu berbaring di sampingnya. Beberapa saat kemudian, Chika duduk kembali, matanya tidak bisa terpejam. Merasa gelisah, ia pun memutuskan untuk menonton drakor di laptopnya.

"Ka Chika" panggil Ara dengan suara serak, memecah keheningan.

"Hmm?" Chika menoleh, berusaha tampak tenang.

"Laper" jawab Ara pelan, tangannya meraba perutnya.

Chika menghela napas ringan. "Mau makan apa? Beli nasi goreng mau?" tawarnya.

Ara mengangguk lemah. "Mau"

"Yaudah, tunggu sini ya, gue keluar bentar beli" ucap Chika sambil berdiri.

Tapi tangan Ara tiba-tiba menariknya. "Ikut" katanya, terdengar memaksa.

"Tunggu sini aja, gue cepet kok" kata Chika, mencoba menenangkan.

Ara menggeleng. "Takut"

Chika menatapnya sebentar sebelum menyerah. "Yaudah, tapi pakai jaket, jangan lupa, diluar dingin" Ara mengangguk lagi, lalu mengambil jaketnya.

Mereka turun bersama, mencari tukang nasi goreng yang berkeliling. Setelah beberapa menit, mereka berhasil membeli dua porsi nasi goreng dan kembali ke rumah, lalu makan bersama di ruang tamu.

"Ka, tadi gue mimpi, tapi aneh banget. Kayak nyata" ucap Ara tiba-tiba, memecah kesunyian saat mereka makan.

"Mimpi apa?" tanya Chika, sedikit penasaran.

Ara menggigit bibirnya sebentar sebelum bicara. "Gue mimpi lo cipok gue di kamar."

Chika tersedak sedikit mendengar pengakuan Ara. "Itu cuma mimpi Ra" ucapnya datar, berusaha menutupi kegugupannya.

"Tapi rasanya kayak nyata Ka" kata Ara bingung, tatapannya mencari jawaban di wajah Chika.

"Makan. Jangan dibahas lagi," tegas Chika, suaranya dingin.

Ara mengangguk pelan. "Iya" gumamnya, meski masih terbayang jelas di benaknya.

"Itu bukan mimpi, Ra. Itu nyata... Besok gue kasih tau semuanya. Mau dia marah atau enggak, gue nggak peduli" batin Chika.

Setelah selesai makan, mereka kembali ke kamar. Chika tetap diam, tak ingin melanjutkan pembicaraan tadi. Namun, malam itu, pikirannya tak bisa lepas dari apa yang telah terjadi-dan apa yang akan terjadi.

ᅠᅠ

ᅠᅠ

ᅠᅠ

ᅠᅠ

ᅠᅠ

ᅠᅠ

ᅠᅠ

ᅠᅠ

ᅠᅠ

ᅠᅠ



Tbc

tiap maljum double up, biar masuk surga 😊

My Older CousinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang