MOC 22

651 69 1
                                    

ᅠᅠ

ᅠᅠ

ᅠᅠ

ᅠᅠ

ᅠᅠ

Beberapa menit setelah temannya pulang, Chika langsung menuju kamar untuk melihat Ara. Saat membuka pintu, ia melihat Ara sedang tiduran sambil bermain HP.

Chika mendekat, duduk di atas pinggul Ara, lalu memegang kedua tangannya erat.

"Apa sih Ka? Minggir gak lo!" keluh Ara, merasa risih.

"Maksud lo apaan ngomong kayak gitu tadi?" tanya Chika dengan nada dingin.

"Ngomong apa sih?" Ara bingung.

"Lo bilang gue pacaran sama temen gue" Chika menatap tajam, nada suaranya tetap dingin.

"Yah, cuma bercanda Ka" jawab Ara sambil menghela napas, santai.

"Gak lucu Ra. Nanti kalau dia beneran suka gimana?" Chika masih serius.

"Yaudah, pacarin aja lah, simple kan" jawab Ara tanpa beban.

"Sialan lo" Chika menggeram pelan.

"Minggir! Sakit anjing!" Ara mulai kesal.

Tapi bukannya minggir, Chika malah menggerakkan badannya maju mundur di atas pinggul Ara.

"Desah lagi sayang" ucap Chika sambil tersenyum kecil hampir tak terlihat, dan menatap Ara dengan tatapan sayu.

"Chikaaa, sialan lo! Minggir gak anjing!" teriak Ara, mencoba mendorong Chika.

"Desah sayang" ucap Chika.

"Enggak! Gue laporin ke Mama, Papa, Mami, sama Papi nih!" kata Ara kesal sambil melotot ke arah Chika.

"Hehe, bercanda sayang" jawab Chika dengan senyum jail.

"Minggir anjing!" Ara berteriak lagi, semakin marah.

"Gak mau" jawab Chika tegas.

Chika menatap Ara lekat-lekat, Lalu tanpa peringatan, Chika mulai menciumi wajah Ara dengan cepat dan acak.

"Chikaaaaa, bangsat lo!" Ara menjerit, mencoba melepaskan genggaman Chika, tapi sia-sia tenaga Chika jauh lebih kuat.

"Minggir ngapa Ka, berat tau" keluh Ara sambil mencoba melepaskan diri.

Alih-alih minggir, Chika malah menidurkan dirinya di atas tubuh Ara dan memeluk erat.

"Anjing! Gue bilang minggir bukan malah meluk!" Ara semakin kesal.

"Ck! Diem lo! Gue kangen sama lo" jawab Chika santai, tak peduli protes Ara.

"Ka, gue tau kok gue emang ngangenin" ucap Ara dengan nada percaya diri.

"Tapi kita baru ketemu tadi anjing!" Ara melanjutkan, tak habis pikir.

"Biarin aja" jawab Chika tanpa peduli.

"Berat banget Ka, gue susah napas serius" kata Ara, mulai kehabisan tenaga.

Akhirnya, Chika memutar posisi mereka, membuat Ara yang berada di atas dan dirinya di bawah.

"Diem, udah lama banget gue gak peluk dedek bayinya aku" ucap Chika sambil tetap memeluk erat.

"Lebay anjing! Lepasin gak jamet! Jamet kampungan!" teriak Ara sambil berusaha berdiri, tapi tak bisa karena Chika menahannya dengan kuat.

"Lo ngelawan? Gue bisa tahan lo seharian tau" Chika terkekeh, menikmati rasa sebal Ara.

"Ka, gue belum makan. Lo lupa gue gak bisa telat makan?" tanya Ara, mulai lemas.

My Older CousinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang