ᅠᅠ
ᅠᅠ
ᅠᅠ
ᅠᅠ
ᅠᅠ
"Ya gimana... orang gue gak bisa kabur" balas Ara dengan tenang, meski di dalam dadanya sedikit berdebar.
Chika terus mengecup leher Ara tanpa henti, sampai tanpa sengaja, ia meninggalkan jejak di sana. Sebuah kiss mark terbentuk di kulit leher Ara yang putih.
"Ka..." panggil Ara pelan, suaranya terdengar canggung.
"Hmm?" Chika menjawab tanpa terlalu memperhatikan, masih sibuk dengan pikirannya sendiri.
"Lo bikin kiss mark di leher gue kan?" tanya Ara pelan, suaranya seperti berusaha menyembunyikan kekhawatiran.
Chika yang mendengar itu langsung terdiam sejenak, lalu menjawab, "Enggak... Eh, gue nggak nyadar Ra, sumpah" ucapnya buru-buru.
Ara menatap Chika dengan tatapan curiga. "Jadi beneran ada?"
Chika menghela napas pelan, tahu tak bisa mengelak lagi. "Iya, sorry"
"Ck! Lepas Ka!" Ara berbisik pelan sambil melepas tangan Chika yang melingkar erat di pinggangnya.
Tapi Chika tidak tinggal diam. la menarik Ara sedikit lebih dekat dan berbisik lembut di telinganya, "Lo mau diem atau gue bikin lebih banyak?"
Ara langsung terdiam, tak berani melawan lagi. la tahu Chika serius.
"Good baby" bisik Chika, suaranya rendah dan menggoda, tepat di samping telinga Ara. Lalu, tanpa peringatan, Chika menggigit pelan daun telinga Ara, membuat gadis itu tertegun sejenak.
Ara hanya bisa pasrah, tak banyak yang bisa ia lakukan. Wajahnya memerah, namun ia tetap memilih untuk diam dalam pelukan Chika, mencoba menenangkan diri dari sensasi yang tiba-tiba muncul.
Di dalam kereta itu, keduanya tetap dalam posisi yang sama, dan Ara diam saja meskipun hatinya berkecamuk.
Setelah beberapa saat, kereta berhenti dan mereka pun tiba di tempat tujuan. Ara berdiri perlahan dari pangkuan Chika, merapikan rambutnya yang langsung ia gerai untuk menutupi lehernya yang masih ada tanda kiss mark. Ketika mereka keluar dari kereta, tangan Chika dengan cepat melingkar di pinggang Ara. Ara berusaha melepasnya, tetapi Chika dengan santai menaruh tangannya di sana lagi, sambil mengelus lembut.
Ara sedikit mendongak, menatap Chika dengan tatapan penuh makna, berharap ada perubahan. Tapi Chika hanya membalas dengan senyuman licik, lalu mengalihkan pandangannya ke depan, seolah tak terjadi apa-apa.
"KONTOLL!" batin Ara kesal.
Mereka berjalan menuju sebuah kafe kecil yang terletak tak jauh dari stasiun. Setibanya di sana, Chika dan Ara duduk berdampingan di salah satu meja yang kosong.
"Lo mau pesen apa Ra?" tanya Chika sambil melirik daftar menu.
"Lo yang bayar kan?" tanya Ara memastikan.
"Iya, gue yang bayar" jawab Chika santai.
Ara menghela napas pendek. "Dalgona coffee sama kentang goreng aja Ka"
"Cuma itu?" tanya Chika, sedikit heran dengan pesanan Ara yang sederhana.
"Iya" jawab Ara cepat.
Chika pun langsung memesan sesuai permintaan Ara. Sementara menunggu, Ara mengambil ponselnya dan membuka aplikasi kamera. Ia menyibakkan rambut yang menutupi lehernya, lalu mengarahkan kamera ke bekas kiss mark yang dibuat Chika tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Older Cousin
Novela JuvenilCerita yang mengisahkan hubungan kompleks antara dua sepupu, Ara dan Chika. Dimulai dengan ikatan keluarga yang erat, hubungan mereka perlahan berkembang menjadi sesuatu yang lebih dalam dan rumit. Cerita ini mengeksplorasi emosi yang penuh intensit...