ᅠᅠ
ᅠᅠ
ᅠᅠ
ᅠᅠ
ᅠᅠ
Chika pun memeluk Ara erat, berusaha memberikan rasa nyaman. "Maaf ya," ucap Chika, suara lembutnya berusaha menenangkan.
Namun, tangis Ara tetap berlanjut. Di tengah kebingungan Chika, tiba-tiba pintu terbuka, dan Mami Aya masuk sambil membawa piring berisi camilan. Dia meletakkannya di meja samping kasur, lalu mendekat ke arah Ara yang masih terisak.
"Ara kenapa sayang?" tanya Aya lembut, menatap penuh kasih.
"Hiks, kaki Ara disenggol sama Kak Chika," ucap Ara dengan suara serak.
Mendengar itu, Aya langsung melirik tajam ke arah Chika, lalu mencubit lengan Chika beberapa kali.
"Aduh Mi, sakit," keluh Chika sambil berusaha menghindar.
"Udah tahu kaki Ara lagi sakit, masih aja disenggol," ucap Aya dengan tatapan tajam.
"Kan Chika nggak sengaja Mi, serius," bela Chika, memasang wajah menyesal.
"Ara ke kamar Mami aja ya?" ucap Aya sambil menatap lembut ke arah Ara. Ara pun mengangguk pelan, setuju.
"Nggak! Ara di sini aja," sahut Chika cepat, terlihat enggan berpisah.
"Sayang, Ara mau di kamar Chika atau di kamar Mami?" tanya Aya lembut, memberikan pilihan pada Ara.
Ara melirik Chika sebentar lalu menggeleng. "Dikamar Mami aja," jawabnya pelan.
"Nah, lihat tuh, Ara milihnya di kamar Mami. Jadi, kamu nggak usah protes lagi," ucap Aya dengan nada tegas.
"Yaudah, kalau gitu Chika ikut ke kamar Mami," ucap Chika tanpa ragu.
Aya pun menoleh pada Ara, "Gimana Ra?"
Ara hanya menatap Chika sejenak, lalu menggeleng pelan, memberikan jawaban yang jelas.
"Lihat kan? Ara nggak mau kamu ikut," ucap Aya sambil tersenyum tipis ke arah Chika.
"Ihh, masa Chika sendiri di sini," keluh Chika, tampak sedikit cemberut.
"Jangan lebay, kamu biasanya juga sendiri," jawab Aya sambil menggeleng.
Saat Aya hendak menggendong Ara, Ara menahannya. "Ara jalan aja Mi," ucapnya pelan.
"Bisa?" tanya Aya memastikan.
"Tapi pelan-pelan," jawab Ara sambil tersenyum tipis.
"Ya udah yuk," sahut Aya.
Aya kemudian mengambil piring camilan yang ia bawa tadi, lalu menuntun Ara pelan-pelan keluar kamar Chika dan menuju kamarnya sendiri. Mereka berjalan perlahan, menghindari langkah yang terlalu cepat agar kaki Ara tidak terasa sakit lagi.
Mereka berdua sampai di kamar Aya, dan Ara langsung duduk di tepi kasur dengan perlahan. Aya meletakkan piring camilan di meja kecil di samping kasur, lalu duduk di samping Ara.
Aya mengusap lembut kepala Ara, mencoba memberikan rasa tenang. "Ara, kalau ada yang mau diceritakan ke Mami, jangan ragu ya," ucapnya dengan senyum lembut.
Ara hanya mengangguk pelan, masih belum ingin bicara banyak. Aya memahaminya, lalu mengambil camilan di piring dan menyodorkannya pada Ara. "Nih makan dulu, biar agak tenangan ya."
Ara menerima camilan itu dan mulai mengunyah perlahan, sementara Aya terus duduk di sampingnya, memberinya kehangatan yang ia butuhkan. Sesekali, Aya menepuk-nepuk bahu Ara lembut, seolah ingin mengatakan bahwa ia ada di sana untuknya, kapan pun ia butuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Older Cousin
Genç KurguCerita yang mengisahkan hubungan kompleks antara dua sepupu, Ara dan Chika. Dimulai dengan ikatan keluarga yang erat, hubungan mereka perlahan berkembang menjadi sesuatu yang lebih dalam dan rumit. Cerita ini mengeksplorasi emosi yang penuh intensit...