MOC 42

841 74 16
                                    

ᅠᅠ

ᅠᅠ

ᅠᅠ

ᅠᅠ

ᅠᅠ

Suasana hening, keduanya tenggelam dalam pikiran masing-masing. Sesekali, bunyi camilan yang dimakan Mira menjadi satu-satunya suara yang terdengar di ruangan itu. Ara duduk dengan tatapan kosong, merasakan campuran antara kekhawatiran dan kelegaan setelah semua yang telah diungkapkan.

"Mir..." panggil Ara dengan suara pelan, hampir tak terdengar.

Mira menoleh, langsung menatap sahabatnya dengan penuh perhatian. "Iya Ra?"

Ara terdiam sejenak, lalu berkata dengan suara lemah, "Hug me."

Tanpa perlu kata-kata lebih, Mira langsung bergerak. Dia merangkul Ara erat, memberikan pelukan yang hangat dan penuh dukungan. Ara membalas pelukan itu, merasakan sedikit beban di hatinya terangkat, setidaknya untuk sementara.

"Lo nggak sendiri Ra. Gue di sini," bisik Mira pelan di telinga Ara, memberikan penguatan.

Ara hanya mengangguk kecil, matanya mulai berkaca-kaca, tapi dia menahan agar tidak menangis. Pelukan Mira memberinya rasa aman yang sudah lama tak dia rasakan.

Setelah beberapa saat, mereka melepaskan pelukan itu. Mira menatap Ara dengan serius, tapi penuh kasih sayang. "Lo bisa lewatin ini. Gue yakin."

Ara mengangguk, mencoba tersenyum meski terasa berat. "Makasih Mir... bener-bener makasih."

"Jangan mikirin itu sekarang, oke?" ucap Mira, mencoba membuat suasana lebih ringan. "Gue ada di sini buat lo, dan kita bakal cari cara buat nyelesain semua ini."

Ara mengangguk lagi, kali ini dengan sedikit lebih tenang. Meskipun masalah belum selesai, setidaknya dia tahu ada orang yang peduli padanya.

"Mir, kalau gue..." ucap Ara. (gak boleh dikasih tau dulu, perjalanannya masih panjang)

Mira menjawab dengan tenang, "Kalau itu buat lo ngerasa lebih aman, gue setuju aja Ra. Itu kan buat kebaikan lo juga."

Ara menghela napas lega mendengar dukungan Mira, meski pikirannya masih berat. "Mungkin nanti gue bakal pikirin lebih lanjut."

"Nggak usah sekarang Ra. Mending kita ke mall aja, makan dulu biar lo lebih rileks," ucap Mira sambil tersenyum, mencoba mengalihkan suasana.

Ara melihat ke arah seragam sekolahnya dan meringis. "Masa gue pake baju sekolah Mir?"

Mira mengingat sesuatu. "Heh! Lo lupa? Beberapa baju lo masih ada di gue. Setiap lo nginep, lo nggak pernah bawa pulang baju-baju lo!"

Ara memandang Mira dengan heran. "Lo bawa ke sini semua?"

"Iya lah! Bentar, gue ambilin," jawab Mira sambil berjalan menuju lemari.

Setelah membuka lemari, Mira mengeluarkan beberapa pakaian dan menyerahkannya kepada Ara. "Nih, lo pilih deh mau yang mana."

Ara melihat baju-baju itu sejenak dan memilih hoodie. "Gue pake hoodie aja."

Mira mengangguk. "Yaudah, nih sekalian bawa semuanya balik ke rumah lo."

Ara menggeleng sambil tersenyum tipis. "Taro di sini aja, gue males bawanya."

"Monyet!" ucap Mira.

Ara ikut tertawa kecil. "Hehe. Ini kita cuma berdua aja?"

Mira mengangkat bahu. "Kalau mau ramean, ya chat aja yang lain."

"Okay, gue chat sekarang," jawab Ara sambil mengambil ponselnya.

My Older CousinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang