ᅠᅠ
ᅠᅠ
ᅠᅠ
ᅠᅠ
ᅠᅠ
Tak lama kemudian, mereka tiba di mall.
"Ayo turun, Ra" ajak Chika sambil melepaskan seatbeltnya.
"Sumpah, Ka, gue capek banget. Gendong dong" ucap Ara dengan wajah memelas, menatap Chika penuh harap.
"Ribet banget, lo. Tinggal jalan doang, apa susahnya sih" balas Chika ketus.
Ara mengalihkan pandangannya ke luar jendela, memasang tampang cemberut. "Ya udah, gue di sini aja. Kalau gue diculik, lo yang disalahin"
Chika mendesah panjang. Dia tahu, menghadapi Ara memang butuh kesabaran ekstra. Akhirnya, Chika keluar dari mobil dan membuka pintu di sebelah Ara.
"Ayo, gue gendong" kata Chika sambil membungkuk sedikit.
"Gak mau. Udah, lo pergi aja sendiri" balas Ara ngambek.
Chika tersenyum kecil, mencoba cara lain. "Ayo sayang, gue gendong"
"Gak usah panggil gue sayang, jijik" jawab Ara cepat.
"Ya udah, ayo baby" Chika mengubah nada bicaranya lebih manis.
Ara menatapnya sinis. "Gak usah panggil gue baby. Gue punya nama"
"Lama, temen gue udah nungguin" ucap Chika sambil langsung mengangkat Ara ala koala tanpa menunggu persetujuan.
Ara terkejut tapi tak melawan. "Berat gak?"
"Berat banget, Ra. Kayak ngangkat lima galon" balas Chika bercanda.
"Ya udah, turunin aja kalau berat" jawab Ara.
"Bercanda sayang" Chika berkata lembut.
"Udah dibilang, jangan panggil gue sayang! Panggil gue Ara!" protes Ara.
"Iya iya dedek bayi" Chika menyahut jahil.
"Anjing" Ara bergumam kesal.
"Mulut lo!" tegur Chika tegas.
Ara hanya mendengus. "Ya, lagian lo ngeselin banget. Kenapa coba gue punya sepupu kayak lo, pepek"
"Mulutnya, Ara!" Chika kini menegurnya lebih keras.
"Iya-iya" balas Ara, meski nada bicaranya masih penuh keluhan.
"Coba kalau Cepio di Indo, pasti dia lebih baik dari lo. Lo mah marah-marah mulu sama gue, kalau Cepio mah baik" ucap Ara sambil menatap Chika dengan tatapan menantang.
Chika menghela napas panjang. "Ya lo kalau nggak mau gue marahin, jangan bikin masalah"
"Tapi gue dulu sering bikin masalah ke Cepio, tapi dia nggak marah tuh" balas Ara, seakan membandingkan keduanya.
"Terserah lo deh, Ra. Harus ekstra sabar gue ngadepin lo" ucap Chika dengan nada capek tapi tetap berusaha menahan kesal.
Ara hanya mendengus, merasa menang dalam argumennya.
Sesampainya mereka di kamar mandi, Chika menyerahkan baju ganti yang sudah ia bawa.
"Nih, cepet ya. Jangan lama-lama" ucap Chika sambil memberikan baju itu kepada Ara.
"Iya, iya" jawab Ara sambil mengambil baju tersebut.
Ara pun masuk ke salah satu bilik kamar mandi. Sementara menunggu, Chika berdiri di depan cermin, merapikan rambutnya. Tak lama kemudian, Ara keluar dari bilik.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Older Cousin
Teen FictionCerita yang mengisahkan hubungan kompleks antara dua sepupu, Ara dan Chika. Dimulai dengan ikatan keluarga yang erat, hubungan mereka perlahan berkembang menjadi sesuatu yang lebih dalam dan rumit. Cerita ini mengeksplorasi emosi yang penuh intensit...