ᅠᅠ
ᅠᅠ
ᅠᅠ
ᅠᅠ
ᅠᅠ
Sepulang sekolah, Ara berjalan santai bersama Mira menuju parkiran.
"Mir, gue langsung ke rumah lo aja ya," kata Ara sambil melirik Mira.
"Terserah lo Ra," jawab Mira santai.
Setibanya di parkiran, Mira tiba-tiba menunjuk ke arah gerbang. "Itu mobil sepupu lo kan?"
Ara mengikuti arah pandangan Mira, melihat mobil Chika terparkir di depan gerbang sekolah. "Lo duluan aja ke mobil lo, gue nyusul," kata Ara sambil menepuk bahu Mira.
"Oke," jawab Mira, lalu berjalan menuju mobilnya.
Ara pun berjalan mendekati mobil Chika dan mengetuk kaca. Chika langsung menurunkan kaca jendelanya.
"Masuk," kata Chika tegas.
"Gue mau ke rumah temen dulu," jawab Ara cepat, menghindari tatapan tajam Chika.
"Pulang dulu. Makan, ganti baju, baru ke rumah temen lo," ujar Chika tanpa kompromi.
Ara mendesah. "Gak bisa Ka."
"Kenapa gak bisa?" Chika menatap Ara lebih dalam, mencoba mencari alasan yang lebih kuat.
"Gue harus langsung ke rumah temen gue, ini penting banget. Lebih penting dari apapun."
Chika mendengus, nadanya tak berubah. "Lebih penting makan daripada apapun. Kalau lo gak makan, lo bisa sakit."
"Yaudah, gue makan di rumah temen gue, beres," ucap Ara dengan nada memohon.
"Di rumah ada makanan. Gak usah nyusahin orang lain," Chika membalas, tetap keras kepala.
"Ka, kali ini aja ya, please," bujuk Ara. Tanpa menunggu jawaban, dia menyerahkan tasnya lewat jendela mobil. "Ini tas gue, bawain sekalian."
Chika menatap tas itu sejenak sebelum berkata singkat, "Terserah lo Ra." Dia menutup kaca mobil dengan cepat, lalu melaju pergi tanpa menoleh lagi.
Ara menghela napas, melihat mobil Chika menjauh. "Dia marah?" gumamnya pada diri sendiri, sedikit merasa bersalah.
Namun, sesaat kemudian dia mengangkat bahu. "Bodo amat, lo pikir gue peduli," ucapnya, lalu bergegas ke mobil Mira yang sudah menunggu.
"Ra, lama banget!" keluh Mira begitu Ara masuk ke mobil.
"Biasa, gue harus bujuk dulu si orang gila itu," jawab Ara sambil menghempaskan diri ke kursi.
"Terus, dibolehin?" tanya Mira penasaran.
Ara menghela napas. "Gak tau, kayaknya sih dia marah."
Mira tertawa kecil. "Gitu doang marah?"
"Iya, emang gak jelas banget deh," Ara menggeleng sambil menatap keluar jendela.
"Betah lo, Ra, tinggal sama sepupu lo?" tanya Mira sambil mulai menjalankan mobilnya.
"Enggak sama sekali," jawab Ara tegas.
Beberapa menit kemudian, mereka tiba di sebuah kosan yang cukup besar.
"Eh, kok ke sini Mir?" tanya Ara, sedikit bingung.
"Kan gue sekarang ngekos Ra," jawab Mira santai sambil mematikan mesin mobil.
"Serius? Sejak kapan?" tanya Ara dengan alis terangkat.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Older Cousin
Teen FictionCerita yang mengisahkan hubungan kompleks antara dua sepupu, Ara dan Chika. Dimulai dengan ikatan keluarga yang erat, hubungan mereka perlahan berkembang menjadi sesuatu yang lebih dalam dan rumit. Cerita ini mengeksplorasi emosi yang penuh intensit...