MOC 10

1.4K 119 1
                                    

ᅠᅠ

ᅠᅠ

ᅠᅠ

ᅠᅠ

ᅠᅠ

Sesampainya di rumah, Chika langsung mengarahkan Ara, "Ra, langsung mandi ya, habis itu kita makan"

"Iya" jawab Ara singkat sambil berjalan ke kamarnya. Sementara itu, Chika mulai menyiapkan makanan di dapur.

Di kamarnya, Ara merebahkan tubuhnya di kasur, bergumam sendiri, "Jujur, gue masih kesel banget sama si jamet itu" Dia menatap langit-langit, berpikir keras. "Tapi gue harus cari cara biar bisa keluar malam. Tapi gimana ya?"

Tiba-tiba, matanya berbinar. "Oh, gue ada ide!" katanya sambil segera bangun dan menuju kamar mandi.

Setelah selesai mandi, Ara turun ke bawah untuk makan. "Wah, enak-enak banget makanannya" ucap Ara ketika mencium aroma masakan.

"Iya lah, kan gue yang masak" jawab Chika sambil tersenyum kecil.

"Hah? Bukannya bibi yang biasa masak?" tanya Ara curiga.

"Iya, tapi kali ini gue mau bikin yang spesial buat lo"

"Emang lo bisa masak?" Ara menatapnya penuh ragu.

"Bisa lah, lo jangan remehin gue!" Chika menjawab dengan nada sedikit tersinggung.

"Gue gak yakin kalo ini bakal enak"

"Coba dulu deh, pasti lo ketagihan" tantang Chika.

Ara mencicipi masakan itu dengan sedikit ragu. Ketika rasanya masuk ke lidahnya, ternyata lebih enak dari yang dia bayangkan. Namun, gengsi membuatnya tidak ingin memuji.

"Gimana? Enak kan?" tanya Chika penuh percaya diri.

Ara memasang ekspresi datar. "Biasa aja"

Chika tertawa kecil. "Ya udah, lanjut makan aja deh"

Setelah beberapa saat, mereka selesai makan dan pindah ke sofa untuk bermain ponsel masing-masing. Suasana hening menyelimuti mereka hingga beberapa jam.

"Ka, lo gak tidur?" tanya Ara tiba-tiba.

"Nanti lah, masih jam 11" jawab Chika tanpa mengalihkan pandangannya dari ponsel.

"Temenin tidur dong. Gue ngantuk"

"Tumben lo mau tidur cepet" kata Chika sedikit heran.

"Gak tau, gue udah ngantuk banget. Ayo temenin" rengek Ara.

Chika menyerah. "Yaudah, ayo"

Mereka pun berjalan ke kamar. Di sana, Ara langsung berbaring di kasur, sementara Chika duduk di sampingnya.

"Ka, guling gue kemana sih?" tanya Ara dengan nada malas.

"Mana gue tau, tadi pagi perasaan masih di sini"

"Ka, gue gak bisa tidur kalo gak ada guling"

Chika menatap Ara dengan heran. "Terus gimana?"

"Gak tau" jawab Ara.

"Ka, boleh gak gue pinjem lo buat jadi guling?" tanyanya sambil tersenyum licik, matanya berkilat jahil.

Chika menoleh dan tersenyum geli. "Boleh sayang" jawabnya lembut, nadanya penuh menggoda.

Ara langsung meringis mendengar kata "sayang" itu. "Geli gue dengernya" ujarnya dengan ekspresi campuran antara jengkel dan malu.

Chika malah makin tersenyum lebar, merasa puas dengan reaksinya. "Atau lo mau gue tidurin sampe puas?" tanya Chika, tak berhenti menggoda.

My Older Cousin √ {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang