MOC 12

902 85 1
                                    

ᅠᅠ



ᅠᅠ



ᅠᅠ



ᅠᅠ



ᅠᅠ





Ara dan Angkasa pun keluar rumah dan masuk ke dalam mobil.

"Kita mau kemana?" tanya Angkasa sambil menyalakan mesin.

"Terserah lo aja" jawab Ara santai.

"Kalau nonton gimana?" tawar Angkasa.

"Boleh" balas Ara singkat.

Mereka pun menuju mall terdekat. Sepanjang perjalanan, mereka ngobrol santai diselingi tawa ringan. Sesampainya di mall, Angkasa langsung memesan tiket untuk mereka. Sekitar jam setengah tujuh, film yang mereka tonton pun selesai.

"Lo mau kemana lagi?" tanya Ara sambil berjalan keluar bioskop.

"Pulang aja, ini udah jam setengah tujuh. Nanti sepupu lo marah" jawab Angkasa sambil tersenyum.

"Ah, nggak usah dengerin dia" balas Ara sambil melirik jam tangan.

"Lagian besok kan sekolah" Angkasa mengingatkan.

Ara menghela napas. "Yaudah, terserah lo aja"

Sebetulnya, Ara malas pulang karena harus bertemu dengan Chika lagi, tapi dia tak punya pilihan lain. Beberapa menit kemudian, mereka sudah sampai di depan rumah Ara.

"Gue masuk dulu ya" ucap Ara sambil membuka pintu mobil.

"Iya. Besok dateng nya jangan terlambat ya, besok upacara" ucap Angkasa.

"Iya. Hati-hati ya, jangan ngebut bawanya" pesan Ara sebelum menutup pintu.

"Siap, bos!" sahut Angkasa dengan nada bercanda.

Ara tertawa kecil, lalu masuk ke rumah. Sesampainya di kamarnya, dia melihat Chika duduk di kasur sambil main HP.

"Lama banget, Ra. Ini udah jam tujuh lewat" tegur Chika tanpa mengalihkan pandangannya dari layar HP.

"Tadi macet" jawab Ara malas.

"Yaudah, sana bersih-bersih dulu" kata Chika sambil melirik Ara.

"Ya" balas Ara cuek, lalu berjalan menuju kamar mandi.

Beberapa menit kemudian, Ara keluar dengan mengenakan kaos oversize dan celana pendek. Dia langsung merebahkan diri di samping Chika, yang masih asik dengan HP-nya. Ara mengambil ponselnya dan mulai menelpon mamanya, Shani.

"Mamaaa, Ara kangen. Mama kapan pulang?" tanya Ara dengan nada manja.

"Nanti ya, sayang. Papa kamu masih banyak urusan di sini" jawab Shani dari seberang telepon.

"Hmm, mama cepet pulang ya. Ara kangen banget sama mama" ucap Ara sambil memasang wajah lucu, meski tak terlihat di telepon.

"Iya, nanti papa usahain cepet selesai. Ara udah makan belum?" tanya Shani lembut.

"Udah, kok. Mama udah makan belum?" Ara balik bertanya.

"Udah, tadi mama makan bareng papa" jawab Shani.

"Ih, Ara juga mau ikut makan bareng" keluh Ara.

"Sabar ya, sayang" ucap Shani lembut menenangkan.

"Kalau gitu udah dulu ya Ma. Ara mau main game" kata Ara.

"Iya, tapi jangan begadang ya. Besok kan sekolah" pesan Shani.

"Iya Mama. Dadah Mamaku sayang. Muah!" ucap Ara manja sebelum menutup telepon.

Tanpa Ara sadari, sedari tadi Chika memperhatikannya dengan senyum di wajah. Ara yang menyadari tatapan Chika langsung melotot.

"Apa lo liat-liat?" tanya Ara dengan nada sinis.

Tiba-tiba Chika mencubit kedua pipi Ara dengan gemas. "Aaa, lucu banget sih pipinya!"

"Aaa, Ka lepasin!" teriak Ara sambil mencoba menghindar.

Chika malah mencium pipi Ara berkali-kali sebelum akhirnya melepaskannya.

"Eww, lo kenapa cium pipi gue sih? Anjing!" teriak Ara, menjauhkan wajahnya.

Chika langsung mencubit bibir Ara pelan. "Ini mulut lancar banget ngomong kasarnya" tegur Chika sambil tersenyum.

"Udah ah, mendingan lo ambilin gue susu. Gue mau tidur" perintah Ara tanpa basa-basi.

"Katanya mau main game?" tanya Chika.

"Nggak jadi. Udah sana buatin" balas Ara santai.

"Ih, nyebelin banget sih lo. Untung gue sayang sama lo. Kalau nggak, udah gue bunuh lo" Chika menggerutu sambil melangkah keluar kamar.

Beberapa menit kemudian, Chika kembali dengan membawa botol dot berisi susu.

"Ini susu buat dedek bayi aku" ucap Chika sambil menyerahkan botolnya.

"Apaan sih lo, aneh banget" gumam Ara sambil menerima botol itu, lalu mulai meminumnya.

Chika mematikan lampu kamar dan berbaring di samping Ara. Dia mengusap lembut kepala Ara.

"Tidur yang nyenyak ya, anak mommy" ucap Chika lembut.

"Iya Mommy" jawab Ara, menirukan gaya bicara anak kecil.

"Ihh, geli banget gue" Ara menambahkan sambil tertawa kecil.

Chika pun ikut tertawa sebelum akhirnya mereka berdua tertidur dalam keheningan malam.




ᅠᅠ





ᅠᅠ





ᅠᅠ





ᅠᅠ





ᅠᅠ





ᅠᅠ





ᅠᅠ





ᅠᅠ





ᅠᅠ





ᅠᅠ





ᅠᅠ





ᅠᅠ





ᅠᅠ





ᅠᅠ





ᅠᅠ





ᅠᅠ





ᅠᅠ





ᅠᅠ





Tbc

My Older CousinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang