Saat fajar menyingsing, hanya ada bulan seperti taring serigala yang menggantung di langit dengan warna yang tampak merah tua.
Di jalan yang sepi di wilayah Timur, sesosok yang kelelahan melarikan diri dari gang. Dia mengenakan jaket kulit hitam, dengan dalaman dan celana hitam ketat,menggambarkan lekuk tubuhnya yang sempurna. Pada saat ini ada beberapa luka di lengannya, dengan darah merah tua merembes keluar.
Dia memegang erat belati hitam yang dingin di tangannya, yang terlihat suram namun cerah di bawah sinar bulan, sisa darah di atas belati adalah bukti bahwa itu baru saja menusuk ke dalam daging seseorang.
"Nona, sebaiknya kau tidak perlu berlari lagi...."suara yang dalam terdengar dari gang lain tepat di depan gadis itu.
Pada saat yang sama,gadis itu menghentikan langkahnya dan dengan waspada menatap banyak bayangan yang berjalan keluar, setidaknya ada sekitar sepuluh bayangan.
Kepala pemimpin di balut dengan wajah yang sangat kasar, mengenakan mantel hitam besar. Dia memainkan pistol Glock 37 buatan lokal di tangannya, kemudian memblokir jalan gadis itu tanpa terburu-buru.
"Nona, keahlianmu memang mengerikan, tanpa melewatkan satu pelurupun, kau membunuh tiga puluh saudara kami sendirian, bahkan hebatnya...kau masih bisa melarikan diri sampai disini."Pria itu berkata tanpa emosi."Tapi Nona, penyergapan kami di persiapkan secara khusus untukmu, kami telah lama mengantisipasi hal ini. Jadi kami menunggumu kehabisan peluru, dan setelah itu baru kami akan muncul untuk menangkapmu."
"Daiki, di masa lalu aku selalu memperlakukanmu dengan baik, lalu kenapa kau harus berkolusi dengan Kakak ku untuk melawanku sekarang?"Gadis itu terengah-engah, dan juga kehabisan tenaga akibat membunuh puluhan musuh. Disisilain bawahannya sudah terluka dan bahkan ada beberapa yang mati.
Daiki tertawa terbahak-bahak,"Nona, tidak peduli apa perselisihan yang terjadi diantara kau dan Bos. Yang jelas, nyawaku adalah milik Bos, oleh karena itu, tentu saja aku akan dengan setia melakukan perintahnya. Mungkin Nona memang telah baik padaku di masa lalu, tapi sejak Nona meninggalkan Western Devil Society untuk mendirikan Red Crow Society, Nona telah menjadi musuh Bos. Oleh karena itu, mulai sekarang Nona akan menjadi musuhku."
"Kakakku otokratis, dia menjalankan bisnis tanpa hati nurani, bahkan dunia bawah tanah pun malu karenanya. Juga, dia tidak pernah memperlakukan kalian semua dengan baik, di matanya kalian semua hanyalah sekelompok anjing yang dia pelihara. Asal kau tahu, begitu banyak orang yang bersedia berhenti untuk ikut bersamaku, tapi kenapa kau begitu gigih dan keras kepala Daiki?"Gadis itu tahu bahwa dia sudah tidak memiliki lagi kekuatan untuk menahan tembakan lebih dari sepuluh orang pria di depannya. Jadi, dia hanya bisa melakukan upaya terakhirnya untuk membujuk Daiki.
Masih dengan ekspresi dingin sebelumnya, Daiki menggelengkan kepalanya."Nona, sebelum aku mengirimmu pergi, aku akan memberimu satu kalimat, meskipun kau baik tapi aku tetap harus setia pada Tuanku..."
Setelah kata-kata itu di ucapkan, Daiki mengulurkan satu jarinya ke depan. Kemudian banyak pria di belakangnya mengangkat senjata api mereka, mengarahkan moncong pistol masing-masing ke arah gadis yang berjarak sepuluh meter di depan.
Dalam momen hidup dan mati itu, pada saat semua penembak siap untuk menarik pelatuknya, sebuah suara magnetis seperti hantu terdengar di telinga semua orang...
"Anyeong Paman, sebenarnya tidak apa-apa jika kalian semua menggangguku untuk melihat bulan. Tapi, saat melihat kau berniat membuat sepuluh pria menembak seorang gadis, aku tidak bisa diam saja...."
"Siapa kau!!"Daiki dengan waspada melihat sekeliling, namun dia bahkan tidak dapat menemukan bayangan orang itu.
Gadis yang semula menunggu kematiannya tiba-tiba membelalakkan matanya, dan melihat ke atas dengan tidak percaya.
Sesosok gadis jatuh dari langit seperti hantu di depan puluhan pria bersenjata di bawah sinar bulan yang mempesona.
Ini adalah sesosok gadis muda dengan wajah menawan yang tampak sedikit malas. Rambut blonde, poni yang tersusun rapi, serta setelan sederhana yang kekanak-kanakan.
Daiki tidak menyukai tatapan gadis yang tampak masih kecil itu, namun meskipun begitu, dia tidak bisa menyembunyikan ketakutannya."Siapa kau?!!"
Gadis itu tidak menjawab, sebaliknya dia malah menoleh untuk bertanya pada gadis di belakangnya."Unnie, jika aku membantumu untuk menangani mereka, bisakah kau menjanjikan satu hal padaku?"
"Aku bisa, apapun itu..."wajah pucat karena kehilangan banyak darah berubah menjadi sedikit merah pada saat ini. Dia bisa membayangkan apa yang diinginkan orang asing setelah menyelamatkan orang lain, termasuk mengorbankan tubuhnya sendiri, mengesampingkan bahwa orang yang telah menolongnya adalah anak kecil, di zaman modern ini hal seperti itu memang sering terjadi. Jujur dia tidak mengerti, kenapa dia bisa mempercayai seorang anak kecil yang tak bersenjata ini untuk menyelamatkan nyawanya dari puluhan pria bersenjata.
"Tidak peduli siapa kau, yang jelas kau harus mati!!!"Daiki marah, dia benci di abaikan, kemudian dia menjadi orang pertama yang mengarahkan senjatanya pada anak itu.
Bam!
Pada saat tembakan itu keluar dari moncongnya, dengan mengejutkan anak kecil itu menghilang. Saat gadis kecil itu muncul kembali, salah satu tangannya sudah mencengkram kepala Daiki, kemudian dengan ringan dia memutarnya....
Crack!!!
"Ka...kau!!"
Daiki dengan lemah jatuh ke tanah, dengan mata marah yang terbuka, penuh ketidakpercayaan dan ketidakpuasan... Dia bahkan tidak punya waktu untuk bereaksi saat lehernya tiba-tiba patah!!
Semua pria bersenjata berpakaian hitam lainnya ketakutan, Daiki yang muncul dari dunia tinju bawah tanah terbunuh secara misterius saat menarik pelatuknya!
"Bagaimana Paman, ayo berkata dengan sombong lagi."
Saat gadis kecil itu selesai berbicara, tubuhnya sekali lagi berubah menjadi kabur, selanjutnya dia menyerbu ke lusinan pria dalam kegelapan.
Setiap dia mendekati satu, dia akan memukulnya, entah itu memukul kepala, atau mematahkan leher, atau bahkan meninju dada sebelum akhirnya mereka jatuh ke tanah.
Gadis yang menyaksikan adegan ini tampak penuh perjuangan untuk memahami semuanya. Dia bisa melihat luka para penjahat, bahkan ada beberapa orang yang mati seketika oleh kematian yang tidak manusiawi, entah itu dengan kepala hancur, leher patah atau dada hancur!
Setelah mengakhiri pertempuran, gadis kecil itu membersihkan tangannya, lalu perlahan berjalan menuju gadis yang terluka. Di bawah sinar bulan dia menyeringai, seolah tidak merasakan apapun dari pembataian yang baru saja dia lakukan."Namaku Chiquita, siapa namamu Unnie?"
"Ruka..."Ruka berkata dengan linglung.
"Ruka...nama yang bagus."Chiquita tertawa kecil, menggaruk bagian belakang kepalanya dengan ekspresi malu."Ah...Ruka Unnie, aku akan menyatakan permintaanku..."
"Ye..kau...kau bisa mengatakannya."Ruka menundukkan kepalanya, mempersiapkan dirinya untuk di bantai, dengan jantung yang berdetak lebih cepat tanpa sadar.
Chiquita dengan serius berkata."Ruka Unnie, aku harap...kau tidak akan berbicara pada siapapun tentang apa yang terjadi hari ini, karena bagaimanapun aku masih anak sekolah menengah atas, dan tidak mau terlibat masalah dengan Geng, aku mohon..."
Memohon? Dia memohon padaku?
Ruka mengangkat kepalanya dengan kaget, pada saat ini seolah dunia membeku, orang di depannya tengah tersenyum canggung, dengan sedikit kejujuran dan kehangatan....
*****