Ahyeon menghela nafas lega saat dia menepuk dadanya, payudaranya itu sedikit bergetar, menyebabkan Chiquita menatapnya kosong.
Ahyeon melihat itu, lalu dengan tidak senang dia memutar matanya ke arah Chiquita."Yakh, berhentilah menatap! Apa kau tidak sadar bahwa bola matamu hampir keluar."
"Aigo, bentuknya benar-benar bagus."Chiquita dengan jujur memuji.
Wajah Ahyeon yang cantik memerah, dan dia dengan bercanda berkata."Tidak terduga bahwa kau begitu cerdik, dan bahkan tahu cara merekam dengan ponselmu, jika kau tidak melakukannya, aku benar-benar tidak tahu harus berbuat apa. "
Chiquita sepertinya sama sekali tidak keberatan, dia tertawa kemudian menunjukkan layar ponselnya pada Ahyeon.
Ahyeon tercengang, lalu langsung tertawa hingga tubuhnya bergetar."Yaaa! Jadi kau membodohi dia. Itu menunjukkan bahwa dia benar-benar bodoh, dia bahkan tidak memeriksa apakah dia benar-benar di rekam."
"Perilakunya tidak baik, jadi otaknya pasti juga tidak bagus."ucap Chiquita dengan bercanda.
Setelah diskusi selesai, keduanya berdiri di lorong kosong dengan suasana yang canggung. Ahyeon terdiam beberapa saat, lalu menundukkan kepalanya dan berkata."Chiquita, bisakah aku merepotkanmu dengan sesuatu?"
"Bicaralah."Chiquita diam-diam menyilangkan tangannya di dada dan bersandar di dinding.
"Jangan sebarkan apa yang terjadi disini hari ini, anggap saja seolah tidak terjadi apa-apa."
"Sebenarnya kau tidak harus seperti ini, sering di lecehkan bukanlah hal yang baik, kenapa tidak memikirkan cara untuk berurusan dengan Guru Ji."Dalam hatinya Chiquita mempertimbangkan apakah harus memberitahu Istrinya Pharita. Meskipun wanita itu suka bersikap dingin, dia tidak mungkin mengabaikan salah satu murid di sekolahnya bukan?
Ahyeon tersenyum pahit, dia menggelengkan kepalanya."Sejak aku masuk sekolah, aku selalu mendapatkan peringkat terbaik setiap tahun. Kecurigaan dan kecemburuan dari siswa lain, termasuk Putri Guru Ji, Yuna ,adalah sesuatu yang pasti akan ada. Bahkan jika Guru Ji dan Putrinya pergi, akan ada orang lain seperti mereka yang akan datang di suatu hari. Oleh karena itu, kenapa tidak menjaga perbadamaian. Para murid dan beberapa Guru di sekolah percaya padaku, dan itu sudah cukup. Karena bagaimanapun, aku tidak ingin membuat Appaku khawatir..."
"Dengan kecantikanmu, kenapa kau tidak menemukan kekasih?"Chiquita menemukan inti masalahnya.
Kepahitan terlintas di mata Ahyeon, saat dia memikirkan masalalu, dia menggelengkan kepalanya, sambil tersenyum dia berkata."Sebenarnya aku mempunyai kekasih, tapi dia pergi untuk wajib militer. Dan sampai sekarang, aku belum pernah menerima pesan darinya, juga...dia tidak pernah kembali."
"Bukankah Wamil membutuhkan waktu 2 tahun sebelum kembali?"Tanya Chiquita dengan bingung.
"Aku tidak tahu, karena Keluarganya juga pindah..."Ahyeon tersenyum kelelahan."Mungkin seperti gosip yang beredar, saat ini dia telah mengambil posisi penting di kemiliteran."
"Terus berlarut-larut seperti itu bukanlah solusinya. Kau seorang wanita dan harus tahu betapa pentingnya seorang pendamping."Chiquita diam-diam mengutuk pria itu karena membuang wanita seperti Ahyeon.
Ahyeon mengangguk."Aku selalu memikirkannya, dan aku tidak bisa melupakannya, lalu bagaimana bisa aku menerima orang lain?"Berhenti sejenak dia tersenyum dan melanjutkan."Baiklah, jangan membahas hal-hal ini lagi, sebentar lagi jam pelajaran di mulai, mari kita pergi ke kelas masing-masing."
Tentu Chiquita tidak keberatan, karena Ahyeon sudah meminta untuk tidak mempermasalahkan ini, dia hanya bisa mendengarkannya.
****