Ketika cahaya pagi bersinar melalui jendela dan masuk ke kamar Chiquita, Chiquita menggelengkan kepalanya dengan linglung. Dia ingin bangun, tapi tiba-tiba merasakan sesuatu yang lembut melilitnya.
Chiquita yang segera berpikiran jernih buru-buru melihat ke bawah, benar saja, itu adalah gadis mabuk yang dia bawa pulang tadi malam.
Pada saat ini lengan seperti teratai memeluk pinggangnya. Di bawah selimut, sepasang payudara halus terjepit di pahanya, titik kontak yang indah itu terasa sehalus beludru. Sepasang paha putih dan halus melingkar di sekitar tubuh bagian bawahnya, secara samar-samar memperlihatkan garis pantat yang memikat, dengan beberapa jejak kesenangan tadi malam.
Saat Chiquita sedang meratapi karya seni dari sosok gadis yang di kirim dari surga ini, dari sudut matanya, dia tiba-tiba melihat bahwa di ujung belakang tempat tidur, ada noda darah merah kering di seprai!
Hatinya di tarik, Chiquita mengerutkan kening. Darah itu jelas bukan darahnya, dan dia tidak pernah berpikir bahwa kecantikan yang gila ini sebenarnya masih perawan.
Taklama, gadis yang tidur di atasnya akhirnya bangun. Setelah gadis itu membuka matanya dengan bingung, dia dengan ringan mengangkat kepalanya, dan melihat Chiquita yang dengan tenang menatapnya.
Di hidungnya ada bau yang menyengat, melakukan yang terbaik untuk memikirkan apa yang sedang terjadi, segera pemandangan putus-putus tadi malam muncul di benaknya. Setelahnya gadis itu dengan cepat mengerti bagaimana semuanya terjadi.
Pada awalnya Chiquita berpikir bahwa gadis itu akan memarahinya, namun alih-alih melakukan hal tersebut, reaksi gadis itu terlihat misterius dan tenang.
Dia duduk dengan tidak tergesa-gesa, lalu keluar dari selimut memperlihatkan sosok seksi seperti patung giok putih. Serangan visual, membuat nafas Chiquita berubah menjadi dalam dan berat.
Di tubuh gadis itu, bahkan ada jejak gigitan, jejak merah tamparan, dan bahkan beberapa sisa kental dari Chiquita.
Gadis itu turun dari tempat tidur, tanpa sedikitpun rasa canggung, dia memperlihatkan semuanya di hadapan Chiquita.
Menarik nafas dalam-dalam, Chiquita berkata."Maafkan aku."
Pada saat itu, gadis itu berbalik untuk mengenakan celana dalamnya, mendengarkan kata-kata Chiquita, dia tidak bisa menahan diri untuk berhenti sejenak. Setelahnya tanpa berbicara ataupun berbalik, dia kembali mengenakan pakaiannya.
Chiquita tidak mengatakan apa-apa lagi, jujur dia merasa bahwa ada sebuah batu besar yang membebani hatinya, membuatnya kesulitan untuk bernafas.
Dalam waktu kurang dari 5 menit, wanita itu sudah mengenakan pakaiannya dengan benar. Sedikit merapikan penampilannya, dia memastikan tidak ada yang melihat keanehan pada dirinya. Setelah itu, tanpa mengatakan apapun dia berjalan menuju pintu.
Melihat gadis itu pergi tanpa mengatakan sepatah katapun, Chiquita tidak bisa menahan diri untuk tidak bertanya."Apakah kau tahu jalan pulang? Apa kau ingin aku mengantarmu?"
Kali ini gadis itu bahkan tidak berhenti sama sekali, dia keluar dari kamar Chiquita dan dengan santai menutup pintu.
Chiquita menatap kosong pada pintu yang di tutup, dan tidak bisa menahan tawa getir.
Tepat saat Chiquita hendak turun dari tempat tidur, Chiquita yang pendengarannya jauh melampaui kemampuan rata-rata orang, bisa mendengar suara isak tangis datang dari koridor apartemennya....
*****
Setelah merapikan diri, Chiquita baru ingat bahwa dirinya masih harus berangkat ke sekolah. Meskipun dia hanya memiliki Zayyan sebagai temannya, setidaknya dia tetap harus belajar untuk masa depannya kelak.