Dalam waktu kurang dari setengah jam, Chiquita tiba di apartemennya. Saat dirinya baru saja menuruni mobil, Chiquita mengerutkan keningnya saat melihat kehadiran seorang gadis yang di kenalnya, Enami Asa.
Asa mengenakan blus putih bersulam bunga, rok pendek hitam, dengan rambut hitam legamnya dikuncir tinggi, tidak lupa dia menyampirkan tas kecil LV hitamnya, dan beberapa helai rambutnya bergoyang seiring dengan angin yang bertiup, dia tampak anggun dan halus, seperti remaja yang menyegarkan di musim panas.
Melihat Chiquita akhirnya kembali, Asa berusaha menyembunyikan kegembiraannya, namun rona merah di wajahnya benar-benar tidak bisa di tutupi dengan baik.
"Chiquita, ada beberapa hal yang ingin aku katakan padamu."
Sebelum Asa pergi ke Jepang satu bulan yang lalu, gadis itu sering datang kemari, untuk mengiriminya makanan. Akan tetapi, Chiquita selalu menolaknya, dengan alasan dia memang tidak mau terlibat dengan gadis kaya. Yang dimana itu berakhir membuat Asa kecewa.
Chiquita bergerak maju, menggaruk hidungnya sesaat dia berkata."Kau...bisa mengatakannya?"
Asa menyilangkan tangan di dada, lalu dengan acuh tak acuh berkata."Besok, sekolah kita akan mengadakan pemilihan anggota Organisasi baru. Dan aku, sudah mendaftarkan namamu dalam daftar peserta. Jadi, besok pagi kau tidak boleh datang terlambat."
Chiquita linglung, dan mengedipkan matanya beberapa kali."Tapi, Asa Unnie, aku benar-benar tidak tertarik untuk mengikuti hal-hal semacam itu. Juga, kenapa kau mendaftarkan namaku tanpa bertanya terlebih dahulu?"
"Sebenarnya, aku ingin bertanya padamu, tapi karena hari ini kau tidak masuk sekolah, aku memutuskan untuk mengambil keputusan sendiri."diakhir katanya, Asa mengulurkan salah satu tangan halusnya, kemudian mengusap bahu Chiquita."Ingat, untuk tidak terlambat besok."
Setelahnya, tanpa mengatakan apapun lagi Asa bergegas pergi dari sana.
Chiquita menghela nafas dalamnya."Ah...aku tidak tahu apakah aku harus menangis atau tertawa sekarang."
Detik berikutnya, Chiquita mulai memilih-memilah barang-barangnya, memasukkan beberapa pakaian ke dalam tas merah mudanya, lalu melanjutkan ke arah dinding kamar mandi, dengan keras Chiquita memberikan pukulan pada dinding itu, sebelum akhirnya sebuah lubang muncul di dinding.
Chiquita mengambil sebuah kotak kayu bulat seukuran kepalan tangan, dan segera memasukkannya ke dalam tas yang berisi pakaian.
Menit berlalu, Chiquita kembali ke Vila Pharita. Setelah sang supir memarkirkan mobil, Chiquita memasuki vila dari pintu otomatis. Saat dia masuk, dia melihat sosok cantik tengah terbaring di sofa ruang tamu, sementara tayangan drama tengah di putar di TV besar.
Dengan rambutnya diikat menjadi sanggul, memperlihatkan leher putih giok indahnya, orang itu tidak lain adalah Pharita.
Tanpa sadar, Chiquita mengungkapkan senyum yang ceria.
Tidak di sangka, ternyata wanita sedingin es itu justru suka menonton drama romantis.
Chiquita berjalan ke depan, kemudian berdiri tepat di belakang Pharita."Ekhmm!!!"
Di kejutkan oleh suara yang tiba-tiba, Pharita reflek melompat dari sofa, berbalik dia memelototi Chiquita."Kau...tidak bisakah kau memberitahukan kepulanganmu sebelum masuk?!"
Chiquita meringis."Sorry."
Pharita segera meraih remot dan mematikan TV, tanpa sadar wajahnya mulai memerah saat menyadari Chiquita telah mengetahui kesenangannya menonton drama. Selanjutnya, dia menatap Chiquita dengan marah."Aku mendengar dari Eomma bahwa kau pergi untuk mengemasi barang-barang lamamu. Ingat, jangan berani-berani kau membawa barang-barang kotor itu ke rumahku."