Malam.
Sepulang bekerja dari cafe, Chiquita membeli 2 bungkus roti untuk menemaninya dalam perjalanan pulang.
Sambil mengunyah roti miliknya, Chiquita berjalan di tepi sepanjang sungai. Di dalam hatinya, dia memikirkan saat pertamakali dirinya kembali ke Korea Selatan. Dimana di saat itu, dia benar-benar kebingungan untuk pergi ke mana. Beruntungnya, ada seorang Nenek tua yang menawarinya apartemen murah, yang pada kenyataannya telah menjadi tempat tinggalnya sekarang.
Menit berlalu, Chiquita tanpa sadar berjalan ke dermaga sungai, yang di bawah iluminasi lampu jalan, yang tersebar tipis mengungkapkan rasa keindahan yang kabur. Angin musim panas bertiup, membawa kesejukan yang menderu-deru.
Saat ini, SUV besar dan tinggi tampak terparkir di jalan depan. Tanpa sadar Chiquita mempokuskan tatapannya pada mobil sesaat kemudian menoleh ke arah pagar tepi sungai.
Chiquita mengernyit, tepat saat dirinya menemukan seorang gadis tinggi yang mengenakan pakaian casualnya.
Ombak yang melayang bergulung, cahaya lampu jalan menyebarkan garis-garis kemerahan, memunculkan wajah putih yang menawan. Sepasang mata berair menatap kapal yang jauh dan tidak jelas, yang secara tidak langsung mengungkapkan sedikit kesedihan.
Sosok itu, menunjukkan pesona yang dewasa, payudara yang tidak terlalu besar atau kecil, pantat yang bulat, di kemas dalam setelan dengan bawahan rok yang dia kenakan. Di bawahnya, paha ramping putih halusnya terpampang jelas, juga terdapat sepasang sepatu ket berwarna hitam mengkilap, aroma anggun menyebar dari tubunnya.
"Aku tahu aku cantik, namun haruskah ekspresimu berlebihan seperti itu?"Dengan mengejutkan gadis itu tiba-tiba berkata, bahkan di detik berikutnya dia diam-diam berbalik, melipat tangan di dada, dia tersenyum kecil pada Chiquita."Aku Rora, Kakak tingkatmu. Apa kau mengenalku?"
Chiquita mengedipkan matanya beberapa kali dengan linglung. Menelan rotinya, dia berkata."Kau..bukankah kau merupakan salah satu anggota organisasi di sekolah?"
"Hum...syukurlah jika kau tahu."Rora membelai rambutnya yang terangkat oleh angin, ini adalah gerakan sederhana namun memikat dan mempesona."Kemarilah, ada beberapa hal yang ingin aku tanyakan padamu."
Chiquita mengangguk kecil, dengan sedikit ragu dia mulai mendekati Rora dan berdiri di sampingnya."Apa yang ingin kau katakan, Rora Sunbae?"
Dengan sepasang mata yang bersinar, Rora menatap lurus ke arah Chiquita sebelum akhirnya dia tersenyum cemerlang."Ahli waris dari Keluarga mana kau berasal?"
"Ah...tidak ada."Chiquita menggeleng kecil, lalu tersenyum malu."Aku bukan ahli waris, aku bahkan bersekolah karena beasiswa, di sore hari, aku akan pergi bekerja di sebuah cafe untuk membiayai kebutuhan sehari-hari. Aku benar-benar bukan seorang pewaris seperti apa yang kau katakan."
Rora tertawa kecil sejenak."Ck, apakah kau memperlakukanku sebagai orang bodoh, atau sedang membodohi diri sendiri, huh?"
"Aku benar-benar bukan ahli waris, sungguh."Chiquita berkata dengan susah payah.
"Hum..."Rora mengeluarkan suara yang dingin,lalu tiba-tiba mengulurkan tangannya yang sehalus sutra, kemudian dalam satu gerakan dia meraih kancing kemeja berkerah Chiquita. Selanjutnya dengan menawan dia memutar matanya pada Chiquita."Sebuah kemeja berkerah buatan tangan Italia, yang khusus di rancang untuk Keluarga kerajaan tapi tidak memiliki merek dan logo. Namun, kancingnya di buat dengan berlian biru Afrika Selatan, dengan tekhnologi poles tercanggih. Pakaian sederhana ini, harganya setidaknya 10 juta dolar. Apakah menurutmu tidak akan yang mengenali produk semacam ini dan mengira kau mengenakan kemeja merek dengan kancing plastik dan inferior?"