Ini adalah rumah sakit termahal di Seoul, lingkungan yang tenang dan terpencil membuat pasien mereka pulih lebih baik.
Pada saat ini di Departemen Perawatan Intensif rumah sakit, di koridor yang luas dan tenang, Chiquita, Vipande dan Chalita duduk di kursi tunggu di luar ruangan.
Chiquita tetap diam untuk waktu yang lama, menghela nafas, dia berdiri lalu berjalan kesana kemari.
Tepat saat Chiquita hendak pergi, tubuh Pharita tiba-tiba jatuh ke lantai tak sadarkan diri.
Karena serangkaian insiden itu, hati Chiquita kacau balau. Meskipun Pharita sangat dingin padanya, dan tidak pernah menatapnya dengan kebahagiaan atau kebaikan, dia tetap mengkhawatirkan Pharita dari dasar hatinya.
Saat Chiquita dalam kondisi gangguan emosi, Unit Perawatan Intensif di buka, Chalita berdiri untuk bertanya pada Dokter."Dokter bagaimana kondisi Putriku?"
Dokter tersenyum menenangkan."Jangan khawatir Nyonya, waktu krusial telah berlalu, dan demamnya telah turun, hanya istirahat yang baik yang di perlukan selanjutnya."
"Syukurlah."Chalita sangat senang sampai-sampai dia meneteskan airmatanya lagi."Terima kasih Dokter."
Disisilain Vipande yang selama ini diam, diam-diam menghela nafas leganya.
Setelah kepergian Sang Dokter, Chiquita berdiri dan hendak memasuki ruangan, namun, kata-kata Chalita berhasil menghentikan tindakannya.
"Chiquita, sebaiknya kau menunggu di luar saja."
Chiquita terdiam untuk beberapa waktu."Tapi Bibi...."
Belum sempat Chiquita melanjutkan ucapannya, Chalita mengabaikannya dan memasuki ruangan.
Chiquita menghela nafasnya, lalu memutuskan untuk kembali duduk.
Vipande yang duduk di sudut, berdehem ringan, dan dengan nada samar berkata."Apakah...Chalita tidak tahu tentang pernikahan kalian?"
Chiquita menoleh,"Tidak."
"Ah...pantas saja. Tapi...kau tidak perlu khawatir, aku akan berbicara padanya nanti."ucap Vipande sebelum menundukkan kepalanya.
Chiquita tersenyum jijik."Woah, apa yang terjadi padamu? Apakah karena mendapatkan pukulan dariku, kau akhirnya sadar sekarang? Bukankah sebelumnya kau ingin membunuhku, kenapa justru sekarang kau malah melakukan hal yang sebaliknya?"
Vipande mendecakkan lidahnya dan bergumam pelan."Di saat hidup dan mati, meskipun aku sudah melakukan hal yang buruk padanya. Pharita...tetap menginginkan aku hidup, padalah...aku bukanlah Appa yang baik. Namun, dia tetap mengakuiku sebagai Appanya."
Chiquita tersenyum simpul,"Ya, kau memang beruntung memiliki Putri seperti dia."
"Kau benar..."Vipande mengangguk kecil.
Tak!
Tak!
Sebuah langkah kaki yang sedikit terburu tiba-tiba terdengar, secara alami Vipande dan Chiquita menoleh.
"Kau...."Rami pertamakali bertanya dengan takjub, dia melebarkan matanya yang jernih, membuat wajahnya yang cantik dan menawan tampak sangat memikat di bawah cahaya lampu.
"Itu pertanyaanku juga, kenapa kau ada disini?"Chiquita mengerutkan kening. Setelah hubungan antara dia dan Pharita di rahasiakan, jika Rami mengetahuinya, itu mungkin akan membawa banyak masalah yang tidak perlu bagi mereka berdua.
Sementara keduanya masih bingung, pintu ruang rawat terbuka lagi, Chalita keluar, dan segera tersenyum saat melihat Rami."Rami, syukurlah kau akhirnya datang, Nak. Maaf jika Bibi mengganggumu malam-malam, hum."