Waktu berlalu seperti anak panah saat Chiquita kembali ke kelasnya. Para gadi, Rora, Rami, dan Ahyeon, penasaran kenapa Chiquita di panggil ke ruangan Direktur,dan mereka semua membuat spekulasi berlebihan sampai tidak terasa waktu pulang sekolah akhirnya tiba.
Sepanjang sore, Asa yang melakukan perjalanan pulang bersama sang supir, tampak terengah-engah karena dia tidak mengerti kenapa Direktur yang telah dia hormati untuk waktu yang lama, menolak keputusan untuk mengakhiri beasiswa milik Chiquita tepat setelah mengundang anak itu ke ruangannya.
Oleh karena hal itu, Asa sempat berpikir, mungkinkan Chiquita memiliki latar belakang yang khusus? Hingga tiba di rumah, semua pertanyaan itu tetap ada di benak Asa, yang dimana itu akan menyebabkan dia mengalami insomnia.
Selanjutnya, setelah area sekolah cukup sepi, Chiquita diam-diam menyelinap ke tempat parkir khusus Direktur.
Melihat Pharita yang ternyata sudah menunggunya di dalam mobil, tanpa banyak bertanya Chiquita bergegas masuk, sebelum akhirnya keduanya mulai melakukan perjalanan menuju Hotel Blue Sky.
Blue Sky, adalah hotel bintang 5 yang baru selesai di bangun dua tahun yang lalu. Itu terletak di sebelah Timur Seoul, di samping resort liburan yang terletak di tepi sungai. Seluruh bangunan memiliki palet warna yang menyegarkan dan sedikit elegan, desain Scotlandia yang padat dan sentimental membuat banyak pengusaha kelas atas senang datang kesini untuk menegoisasikan kesepakatan.
Begitu Chiquita yang telah berganti pakaian menjadi pakaian santai turun dari mobil, Pharita berjalan ke sisinya, mengaitkan lengannya pada siku Chiquita, lalu dengan bosan berkata."Ayo masuk."
Chiquita tersenyum."Unnie, jika kau ingin orang lain menganggap hubungan kita dekat, setidaknya kau harus tersenyum. Bukannya malah memberikan ekspresi seperti gunung es, yang ada orang akan mengira bahwa kau adalah wanita yang memendam dendam padaku."
"Siapa yang dendam?!"Pharita mengerutkan keningnya dengan susah payah, namun pada akhirnya dia masih tidak bisa tersenyum. Pharita menggelengkan kepalanya dan berkata."Semuanya akan baik-baik saja, selama kita tidak menemukan kekurangan apapun, mau aku tersenyum atau tidak, itu tidak akan menjadi masalah."
Chiquita berpikir dalam hatinya. Pada akhirnya, dia memang tidak pernah mau mengalah.
Di jalan untuk memasuki hotel, kedua sisi memiliki tiang Yunani kuno dan patung dewi. Setelah memasuki hotel, sisinya malah diisi dengan berbagai lukisan cat minyak.
Dekorasinya yang sangat megah, menciptakan perpaduan yang modis dan klasik. Membuat Blue Sky Hotel di penuhi dengan aura kehormatan, bahkan para tamu yang datang dan pergi pun berpakaian rapi, dengan menampakkan ekspresi arogan di wajah mereka.
"Unnie, aku harap mereka menyediakan banyak makanan untukku."gerutu Chiquita sebelum mengusap perutnya.
Sambil memegang tangan Chiquita, Pharita memutar matanya ke arahnya dan berbisik."Ingat, ketika kita masuk nanti, jika aku tidak memberikan isyarat padamu untuk bicara, kau tidak boleh bicara."
"Ne, aku akan menurut, Direktur."Chiquita mengangguk malas.
Di pandu oleh dua wanita berpakaian rapi, mereka berjalan menuju private room yang menghadap ke danau, sambil mengangkat kepalanya, Chiquita memperhatikan bahwa nama private room itu ternyata adalah 'Judas' yang sangat bergaya religius.
Pintu kayu putih susu yang di hias pada saat itu terbuka, kemudian seorang pria dengan setelan hitam Hugo Boss keluar. Pria itu memiliki rambut rapi, wajah bersih dan dia tersenyum sederhana. Setelah memberi isyarat tanda silahkan masuk dengan tangannya, dia berkata."Selamat datang Nona Chaikong, Tuan Muda sudah menunggu anda di dalam."