Saat kembali ke Vila, Chiquita tidak berani berbicara dengan Pharita saat melihat wanita yang mengemudi itu telah kembali ke wajah dingin tak tergoyahkannya. Bahkan bisa di katakan dia mengabaikan Chiquita seolah anak itu tidak ada bersamanya.
Menghadapi dewi salju seperti Pharita, Chiquita tanpa daya menutup matanya, memutuskan untuk beristirahat sebentar.
Ketika akhirnya keduanya tiba di pintu masuk vila, Pharita dengan dingin berkata."Turunlah."
"Unnie, apakah kau tidak akan masuk?"Chiquita dengan penasaran bertanya.
"Aku masih ada pekerjaan, kau masuklah lebih dulu."
"Ah..oke."Chiquita memandang Pharita dengan senyum lebar."Unnie, aku tidak berpikir kau akan membutuhkan kehidupan malam juga."
Pharita mengerutkan alisnya."Aku punya sesuatu yang harus di kerjakan, dan itu tidak seperti apa yang kau pikirkan."
Dengan ekspresi penuh pengertian Chiquita keluar dari mobil, dan melambaikan tangannya pada Pharita."Semoga kau bersenang-senang Unnie."
Terlalu malas untuk berurusan dengan Chiquita, Pharita menekan gas dan dengan cepat meninggalkan Vila.
Menatap lampu belakang mobil Pharita, Chiquita diam-diam menghela nafas dalam.
Sesampai di kamarnya, Chalita dengan penuh perhatian mengantarkan sepiring semangka padanya.
Setelah mandi air dingin, Chiquita berencana untuk tidur, tapi tiba-tiba ponselnya berdering.
Chiquita melirik ID telepon, dan menemukan itu adalah panggilan dari Zayyan sahabatnya.
Mengangkat panggilan itu, Chiquita menjawab."Ye Zayyan..."
"Chiquita...."di seberang telepon suara Zayyan tampak sedikit bergetar, seolah sulit baginya untuk berbicara.
"Aku disini, wae?"Chiquita mengerutkan kening.
"Apakah...aku mengganggumu?"tanya Zayyan cemas.
"Anie, ada apa kau meneleponku selarut ini? Apa ada sesuatu yang mendesak?"
Zayyan terdiam untuk beberapa saat sebelum akhirnya berkata."Chiquita...bi...bisakah kau menolongku?"
"Tentu saja, apa itu?"Chiquita bertanya dengan ragu.
"Jay, orang itu hari ini datang ke rumah ku. Dia mendesakku untuk meninggalkan rumah, dan jika tidak, dia akan mengeluarkanku dari sekolah dengan bantuan Appanya."Zayyan berkata sebelum akhirnya terisak.
Mata Chiquita menyipit, nada suaranya berubah sedikit dalam."Jangan menangis, tenangkan dirimu, percayalah padaku bahwa semuanya pasti akan baik-baik saja."
Karena ucapan Chiquita yang sangat meyakinkan itu, di seberang sana Zayyan diam-diam menghela lega.
Mengakhiri panggilan, Chiquita menghela nafas dalam-dalam. Lalu memutar nomor lain di ponselnya.
Di ujung lain telepon itu ada suara wanita yang malas dan genit."Bos Baby, kenapa kau tiba-tiba ingat untuk meneleponku, hum?"Secara alami orang itu tidak lain adalah Ruka.
Dengan lugas Chiquita berkata."Unnie, aku butuh informasi tentang Park Kyungmin dan alamatnya. Lebih detail, lebih baik."
Ruka terdiam untuk beberapa saat, lalu menjawab."Baiklah, aku akan segera mengirimkannya padamu."
Chiquita terkekeh."Unnie, terima kasih, dan ya, tunggu bocah ini malam ini. Setelah menyelesaikan tugasku, aku akan datang menemuimu."
"Baiklah, karena kau sudah mengatakannya, kau tidak boleh menarik kata-katamu itu."Ruka dengan senang hati tertawa kecil.