33 . BILLIONAIRE

369 82 16
                                    

Ketika Chiquita kembali ke rumah, dia bisa mencium aroma makanan yang melayang keluar dari rumah. Chiquita yang kelaparan sepanjang sore, tidak bisa menunggu lebih lama lagi dan dengan cepat berlari ke rumah. Benar saja, Chalita tengah menyajikan makanan di atas meja, iga babi, kembang kol dengan tenderloin, terong panggang dan beberapa hidangan lainnya yang memancarkan aroma mengepul.

Pharita yang duduk di sofa memperhatikan Chiquita masuk ke dalam rumah. Alih halusnya sedikit berkerut, tapi dia tidak berbicara sepatah katapun. Dia diam-diam berdiri, berjalan menuju meja makan dan duduk, lalu memanggil ke arah dapur."Appa, Eomma, kemari dan makanlah."

Chiquita merasa hangat di dalam hatinya, dia tersenyum."Jadi, kau menungguku untuk makan bersama Unnie?"

"Appa yang menunggumu bukan aku, dan aku sendiri menunggu Appa untuk makan."Setelah Pharita mengatakannya dia mulai makan tanpa peduli pada Chiquita.

Vipande dan Chalita yang keluar dari dapur segera ikut bergabung. Tersenyum, sambil mendudukan diri Vipande berkata."Kau tidak perlu mendengarkan omong kosong Pharita, karena sebenarnya dia memang menunggumu sejak tadi."

Mendengar ini, Pharita merasa sedikit kesal, tapi dia tidak membantah ucapan Ayahnya dan terus makan dengan mulut kecilnya.

Chiquita sudah biasa dengan keheningan dingin diantara mereka, dia tersenyum sesaat pada Vipande, lalu mulai mengambil piring untuk dirinya sendiri.

Suasana di meja menjadi sedikit canggung karena Chalita, terutama Pharita tetap diam, seolah tidak ada.

Chiquita dengan keras menyapu makanan, dan sesaat kemudian dia mengosongkan seluruh mangkuknya lalu mengisinya dengan nasi lagi.

"Jika nasinya tidak cukup, kau bisa meminta maid untuk memasak mie."Saran Vipande.

Chiquita menggelengkan kepalanya."Sudah cukup, aku akan kenyang setelah mangkuk ini."

Pharita tidak senang dan berkata."Appa, sejak kapan kau memperlakukan dia dengan baik? Lagi pula, dia hanya makan, tidak pernah belajar dan bahkan belum bekerja, jadi itu hanya membuang-buang serealia negara."

"Pharita kenapa kau mengatakan hal seperti itu? Dia sedang dalam masa pertumbuhan, jadi nafsu makan yang besar sangat bagus untuknya."Vipande segera berkata.

"Ya, nafsu makannya bagus tapi aku kehilangan nafsu makanku!"

Prak!

Pharita meletakkan sumpit miliknya ke atas meja dengan keras, berdiri dan berjalan menuju tangga.

Dia telah menahan semua amarah di dalam dirinya sejak siang tadi, dan orang itu benar-benar tidak berusaha untuk belajar, selalu bermain game selama jam pelajaran, dan sekarang dia bahkan membolos untuk bermain game juga!

Baik, dia sepertinya tidak berniat menjelaskan masalah yang terjadi antara dia dan Rami padaku, dan bahkan tidak sedikitpun. Tapi, untuk bermain game di luar sampai larut malam, kenapa dia tidak menelepon ke rumah sebelumnya, menyebabkan aku Appa dan Eomma menunggu dia begitu saja. Kemudian ketika dia kembali, dia bahkan tidak menjelaskan alasannya sendiri dan malah mulai menyapu makanan!

Pharita berharap bisa memasukkan mangkuk ke dalam mulut orang itu, dan melihat apakah dia akan tetap makan setelah itu!

Semuanya terjadi terlalu cepat, Chiquita tidak dapat memikirkan apa yang baru saja terjadi saat Pharita naik ke atas dan menutup pintunya dengan bantingan.

Brak!!

"Apa aku melakukan kesalahan?"Chiquita bingung, mungkin Pharita marah karena dia makan banyak?

Chalita hanya mampu menghela nafasnya, dan melanjutkan makannya. Disisilain Vipande tersenyum pahit."Mungkin karena Pharita melihatmu pulang sangat larut, dan kau sendiri tidak meninggalkan pesan untuknya. Sudahlah, jangan terlalu memikirkannya, cepat makan."

BILLIONAIRETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang