MOC 56

461 42 1
                                    

ᅠᅠ

ᅠᅠ

ᅠᅠ

ᅠᅠ

ᅠᅠ


Tak lama kemudian, bel sekolah berbunyi nyaring, menandakan dimulainya jam pelajaran pertama. Suara bel menggema di seluruh kelas, membuat beberapa siswa yang masih mengobrol buru-buru kembali ke kursi masing-masing dan duduk dengan rapi. Meski begitu, Ara tetap tertidur di mejanya, tampak tak terganggu sedikit pun oleh suara bel yang keras.

Siswa-siswa lain mulai menunggu kedatangan guru, sampai Mira, yang duduk di sebelah barisan Ara, memecah keheningan. "Zee, bangunin Ara tuh," bisiknya sambil melirik ke arah Ara yang masih terlelap.

"Males gue, biarin aja udah, biar kenapa hukum," sahut Zee santai, sambil mengangkat bahu.

Tak lama kemudian, pintu kelas terbuka dan masuklah empat orang mahasiswa yang tampak berseragam rapi, siap mengajar. Mereka berdiri di depan kelas, memperkenalkan diri satu per satu.

"Halo semua, nama saya Andra," ucap pria berambut rapi yang terlihat serius namun ramah.

"Aku Helisma, panggil aja Eli," lanjut perempuan berambut pendek dengan senyum ceria.

"Nama saya Ashelina, panggil Ashel aja," tambah wanita lain dengan rambut panjang yang tergerai indah.

Terakhir, sosok yang familiar melangkah ke depan. "Dan aku Yessica Tamara, panggil aja Chika," ucapnya dengan senyum khas, matanya sekilas menyapu ruangan, mencari seseorang.

Sontak para siswa bereaksi dengan antusias:

"Kak Chika cantik banget! 08 berapa?" teriak salah satu siswa laki-laki.

"Kak Chikaaa, mau jadi pacar aku gak!" seru yang lain.

"Kak Eli, malam sibuk nggak?"

"Kak Ashel, cantik banget sih!"

"Bang Andra, nikahin aku dong!" ucap salah satu murid yang paling gitu deh

Dan masih banyak lagi. Keempat mahasiswa itu hanya menanggapinya dengan senyuman, lalu Andra mulai menjelaskan maksud kedatangan mereka ke kelas tersebut. Sementara itu, Chika memperhatikan satu per satu murid di kelas, menyadari beberapa di antaranya adalah teman-teman Ara. Namun, ia tak melihat Ara di antara mereka.

"Kalau ada temen-temennya, seharusnya Ara juga ada dikelas ini," batin Chika, mulai merasa khawatir.

Tak lama, pandangan Chika tertuju ke kursi pojok belakang, tepatnya ke arah siswa yang duduk di samping Zee. Dengan langkah tenang, Chika berjalan menuju kursi itu. Andra yang sedang berbicara pun berhenti sejenak.

"Lanjutin aja," ucap Chika sambil memberi isyarat pada Andra.

Andra mengangguk dan melanjutkan penjelasannya. Chika sampai di kursi pojok belakang, dan Zee yang menyadari kedatangannya segera menoleh.

"Ini Ara?" tanya Chika sambil menunjuk Ara yang sedang tertidur di samping Zee.

"Iya Kak, ini Ara," jawab Zee.

"Boleh pindah sebentar?" tanya Chika dengan lembut.

"Boleh boleh," jawab Zee, segera beranjak ke kursi kosong lain.

Chika duduk di kursi Zee dan mendekatkan dirinya pada Ara. Dengan lembut, ia mengelus rambut Ara, lalu membisikan pelan, "Bangun sayang."

Ara tetap tertidur lelap, membuat Chika tersenyum tipis. Ia mendekatkan wajahnya dan berbisik lagi, "Ara bangun."

Ara bergumam pelan, menunjukkan sedikit tanda-tanda sadar, namun belum juga bangun sepenuhnya.

"Jangan tidur di jam pelajaran sayang," bisik Chika sambil meniup lembut telinga Ara, membuat Ara terganggu dan akhirnya membuka mata.

My Older Cousin √ {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang