MOC 73

508 61 2
                                    

ᅠᅠ




ᅠᅠ




ᅠᅠ




ᅠᅠ




ᅠᅠ


Keesokan harinya, mereka kembali menjalani pelajaran olahraga, empat jam sebelum pulang.

"oke anak-anak, kalian silahkan ganti baju, lalu setelah itu ke lapangan, kalian tunggu bapak disana," ucap guru olahraga, Pak Alex.

"Iya Pak," jawab satu kelas serentak.

Setelah semua mengganti baju olahraga, mereka pun bergegas menuju lapangan. Ara duduk di pinggir lapangan sambil bermain dengan tanah yang ada di sana, jari-jarinya mengacak-acak tanah dengan santai.

"Lama banget sih Pak Alex," keluh Ara pelan, matanya tak lepas dari tanah yang digenggamnya.


Chika, Ashel, dan Eli sedang berjalan melewati lapangan, dan ketika melihat Ara yang sedang sendiri, Chika langsung menghampirinya. Ia jongkok di depan Ara, menyadari tangan Ara yang kotor dengan tanah.

"Jangan main tanah sayang, kotor," ucap Chika lembut, sembari dengan hati-hati membersihkan tangan Ara dari tanah.

Ara hanya diam, matanya tertuju pada Chika, tak mengucapkan sepatah kata pun. Chika tersenyum kecil, lalu melanjutkan, "Nanti cuci tangan ya? Jangan main tanah lagi."

Dengan lembut, Chika mengelap keringat di dahi Ara menggunakan tangannya. Hati Ara berdebar, ada perasaan hangat yang menyelimuti dirinya, tapi ia hanya diam, menatap Chika tanpa bisa mengucapkan apa-apa.

Chika, dengan senyum yang tak bisa disembunyikan, berdiri dan berkata, "Aku pergi dulu ya," sebelum perlahan-lahan mencium kening Ara.

Ara terdiam, matanya mengikuti Chika yang berjalan menjauh.

"Ara! Itu Pak Alex udah dateng!" seru Adel sambil menepuk punggung Ara.

"Hah? Apa?" Ara terkejut dan langsung menoleh.

"Lo kenapa diem aja sih?" tanya Adel dengan tatapan heran.

"Gapapa," jawab Ara singkat, berusaha menghindar.

"Ayok, itu Pak Alex udah nungguin," ajak Adel, tidak sabar.

"Iya," ucap Ara pelan, kemudian berdiri dan mulai berjalan menuju Pak Alex.

Pak Alex yang sudah berdiri di depan lapangan, menatap mereka semua. "Ini sudah kumpul semua kan?" tanyanya.

"Sudah Pak," jawab seluruh kelas serempak.

"Okay, untuk hari ini kalian bebas mau ngapain, tapi jangan ke kantin!. Bapak lagi ada urusan di ruang kepala sekolah, paham?" kata Pak Alex tegas.

"Paham Pak!" jawab mereka semua dengan kompak.

Setelah itu, Pak Alex pun meninggalkan lapangan, meninggalkan mereka dengan kebebasan yang diberikan untuk mengisi waktu di sisa pelajaran.

Setelah Pak Alex pergi, Ara dan kelima temannya duduk di bawah pohon jambu yang tidak jauh dari lapangan. Mereka bersantai sambil menikmati angin yang sejuk, meskipun matahari masih terik.

"Jambunya merah-merah ya," ucap Ara sambil memandang buah jambu yang menggantung di cabang pohon, matanya tertuju pada warna merah cerah yang terlihat menggoda.

"Ambil sana Ra," kata Olla sambil tertawa, memberi semangat.

"Gas atuh," jawab Ara, tak ingin melewatkan kesempatan. Tanpa ragu, dia langsung berdiri, berjalan menuju pohon, dan mulai memanjatnya dengan gesit.

My Older Cousin √ {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang