ᅠᅠ
ᅠᅠ
ᅠᅠ
ᅠᅠ
ᅠᅠ
Ara menelan ludah, perasaan takut perlahan menyelinap. "Lo... Lo mau apa Ka?” tanyanya dengan suara bergetar.
Chika menatapnya, tatapannya dingin dan tak terduga. "Gue cuma mau lo Ara." jawabnya dengan nada rendah tapi tegas, seolah-olah tidak ada pilihan lain.
"Ka... Lo kenapa?" Ara mulai panik, hatinya berdebar-debar, ia merasa suasana berubah semakin menegangkan.
Chika mendekatkan wajahnya ke arah Ara, membuat jarak di antara mereka semakin kecil. "Lo gak perlu takut sama gue Ra. Tapi mulai sekarang, lo harus tahu satu hal: lo cuma milik gue."
Ara merasa jantungnya berdetak kencang, perasaan terjebak semakin kuat. "Maksud lo apa? Geu gak ngerti Ka..."
Chika tersenyum tipis, senyuman yang membuat bulu kuduk Ara berdiri. "Lo akan ngerti nanti. Jangan coba kabur dari gue Ra. Karena gue gak akan pernah lepasin lo."
Ara menatap kosong ke arah Chika yang kini berjongkok di hadapannya. Ia masih terkejut melihat pintu yang terkunci bisa terbuka begitu saja, tapi kini bukan itu yang membuatnya gelisah. Chika, dengan ekspresi datar dan dingin, terus mendekat tanpa melepaskan pandangannya dari Ara.
"Jangan gitu Ka, lo mau apa?" tanya Ara dengan suara gemetar, meskipun sudah tahu jawabannya tidak akan membuatnya lebih tenang.
Chika menarik napas panjang, lalu tersenyum tipis. "Kan gue udah bilang, gue cuma mau lo Ara. Dan lo milik gue"
Kata-kata itu terdengar sederhana, tapi berat di telinga Ara. Ia merasa seolah sedang dipenjara oleh sesuatu yang tak terlihat. "Ka Chika... gue bukan milik lo."
Chika menggeleng pelan, tatapannya semakin intens. "Lo salah Ra. Lo memang milik gue. Seutuhnya. Gue udah bilang berkali-kali, lo gak perlu siapa pun selain gue."
"Lo gak bisa nentuin hidup gue begitu aja!" Ara mulai panik, tubuhnya bergetar saat mencoba melawan perasaan terpojok itu. "Gue gak bisa, Ka... gue gak mau kayak gini!"
Chika mendekat, semakin mengunci posisi Ara di sudut kamar. "Gue udah lama nunggu momen ini Ra. Dan sekarang, gue gak akan biarin siapa pun ngambil lo dari gue. Lo ngerti?"
"Ka, lo gak ngerti. Ini gak normal, lo gak bisa maksain!" Ara ingin sekali menjauhkan diri, tapi dinding di belakangnya terlalu dingin dan keras, membuatnya tak punya ruang untuk mundur.
Chika mengulurkan tangannya, menyentuh pipi Ara dengan lembut, meskipun sentuhan itu membuat Ara semakin takut. "Gue gak akan pernah lepasin lo. Lo cuma buat gue. Cuma gue yang bisa jaga lo, yang ngerti lo. Dan lo akan bahagia kalau lo tetap sama gue."
Ara terdiam, mencoba meraih kembali kendali atas dirinya. Tapi setiap kata yang keluar dari mulut Chika seperti rantai yang semakin mengikatnya. "Gue gak bisa Ka. Lo gak bisa maksa gue buat terus-terusan ada di bawah bayangan lo."
Chika menunduk sedikit, mendekatkan wajahnya ke wajah Ara. "Lo gak punya pilihan Ra. Lo milik gue, dari dulu sampai sekarang, dan gue gak akan pernah ngelepasin lo. Gak peduli gimana pun caranya, lo tetap harus sama gue."
Ara merasakan jantungnya berdegup kencang, perasaan takut dan terjebak semakin menyesakkan. "Ka... gue cuma pengen hidup gue sendiri."
Chika tersenyum tipis lagi, tapi kali ini ada kekerasan dalam tatapannya. "Lo udah punya hidup lo Ra. Dan hidup lo itu ada di tangan gue."
Ara tak mampu berkata-kata lagi. Di depannya, Chika bukan lagi sepupu yang ia kenal. Chika kini menjadi sosok yang tak akan pernah melepaskan kendali atas dirinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Older Cousin √ {END}
Roman pour AdolescentsCerita yang mengisahkan hubungan kompleks antara dua sepupu, Ara dan Chika. Dimulai dengan ikatan keluarga yang erat, hubungan mereka perlahan berkembang menjadi sesuatu yang lebih dalam dan rumit. Cerita ini mengeksplorasi emosi yang penuh intensit...