ᅠᅠ
ᅠᅠ
ᅠᅠ
ᅠᅠ
ᅠᅠ
Keesokan harinya, saat Ara membuka matanya, ia hanya melihat Mamanya yang berada di sampingnya, tersenyum lembut.
"Ma..." panggil Ara pelan.
"Eh, udah bangun? Yuk makan dulu," ucap Shani sambil merapikan rambut Ara yang sedikit berantakan.
"Iya Ma." Ara mengangguk, lalu duduk perlahan di ranjang.
Shani mengambil mangkuk bubur dan mulai menyuapi Ara dengan penuh kasih.
"Papa mana Ma?" tanya Ara, matanya mencari-cari sosok lain di ruangan itu.
"Papa kerja Sayang," jawab Shani lembut.
"Oh," Ara hanya mengangguk pelan.
"Ma, Ara kapan bisa pulang?" tanyanya lagi, suaranya penuh harap.
"Antara hari ini atau besok ya, karena kondisi Ara udah membaik" ucap Shani sambil tersenyum, mencoba memberi semangat.
"Oh, oke," balas Ara sambil tersenyum tipis.
"Nanti, kalau udah di rumah, harus jaga pola makan ya. Jangan telat makan lagi, ingat?" Shani menegaskan sambil mengusap pipi Ara dengan sayang.
"Iya Ma. Ara janji," jawab Ara lembut, merasa hangat dengan perhatian Mamanya.
Setelah beberapa saat, Ara selesai makan.
"Ma, Ara bosen," keluh Ara sambil memainkan selimutnya.
"Sebentar lagi Angkasa mau ke sini loh," ucap Shani sambil tersenyum.
"Mama tau dari mana?" tanya Ara heran.
"Tadi dia nge-chat Mama," jawab Shani santai.
"Lho, Mama punya nomor Angkasa?" tanya Ara lagi, matanya sedikit membulat.
"Iya, Mama minta ke dia waktu itu," Shani tertawa kecil melihat ekspresi Ara.
"Oh, gitu..." Ara hanya mengangguk pelan.
"Ngomong-ngomong, sekarang jam berapa Ma?" tanya Ara, penasaran kapan Angkasa datang.
"Jam sepuluh Sayang," jawab Shani.
"Tapi kan jam segini mereka belum pulang sekolah," Ara menanggapi bingung.
"Katanya, guru di sana lagi ada rapat, jadi mereka pulang lebih cepat," jelas Shani.
"Oh, oke," Ara mengangguk mengerti.
Tak lama kemudian, terdengar suara langkah kaki. Angkasa masuk ke ruangan diikuti oleh teman-teman Ara.
"Wess, sakit apa Bro?" tanya Adel sambil tersenyum lebar.
"Gerd gue kambuh," jawab Ara sambil menghela napas.
"Ohhh," balas Adel sambil mengangguk.
"Eh Ra, gue ada cerita seru nih," ucap Olla sambil mendekat ke ranjang Ara, tampak bersemangat.
"Cerita apa?" tanya Ara penasaran.
Olla mendekat, berbicara setengah berbisik, "Si Kak Chika, sepupu lo, berantem sama Aldo loh!"
Ara terdiam sejenak, merasa penasaran sekaligus agak khawatir.
"Lo serius La?" tanya Ara, tak percaya.
"Iya, gue serius! Mereka juga liat kok, termasuk Angkasa," jawab Olla sambil mengangguk mantap.
"Berantem gara-gara apa?" tanya Ara penasaran.
"Gara-gara kejadian lo sama Aldo kemarin, yang lo sama dia jatuh terus tindihan itu loh," jelas Olla sambil nyengir.
"Yahh, sayang banget gue nggak sekolah. Padahal gue mau liat, pasti seru banget tuh," keluh Ara sambil tertawa kecil.
"Ra, itu sepupu kamu loh," tegur Angkasa, suaranya sedikit serius.
"bercanda," Ara nyengir sambil mengangkat bahu.
"Anjayyy, sekarang udah pake ‘aku-kamu’, nih. Tinggal nunggu jadian aja, ya nggak?" ledek Zee sambil tertawa ngakak, diikuti yang lain.
Ara cuma bisa geleng-geleng sambil tertawa, wajahnya merona.
"Ka Chika sama Aldo berantemnya gimana?" tanya Ara berusaha mengalihkan topik, penasaran.
"Mereka berantem cuma adu bacot doang, kagak pake kekerasan," jawab Mira dengan santai.
"Terus siapa yang menang?" tanya Ara lagi, ingin tahu lebih.
"Kak Chika lah," ucap Mira sambil tersenyum lebar.
"Dia kan udah cinta mati banget sama lo," bisik Mira, matanya berbinar penuh semangat.
"Gue bunuh lo Mir!" ucap Ara, suaranya setengah serius setengah bercanda, merasa malu.
"Fakta Boss!" balas Mira, tertawa ngakak melihat reaksi Ara yang blushing.
ᅠᅠ
ᅠᅠ
ᅠᅠ
ᅠᅠ
ᅠᅠ
ᅠᅠ
ᅠᅠ
ᅠᅠ
ᅠᅠ
ᅠᅠᅠᅠ
ᅠᅠ
ᅠᅠ
ᅠᅠ
ᅠᅠ
ᅠᅠ
pen buat saluran wa biar bisa kasih informasi tentang cerita ini atau cerita yang lainn

KAMU SEDANG MEMBACA
My Older Cousin √ {END}
Teen FictionCerita yang mengisahkan hubungan kompleks antara dua sepupu, Ara dan Chika. Dimulai dengan ikatan keluarga yang erat, hubungan mereka perlahan berkembang menjadi sesuatu yang lebih dalam dan rumit. Cerita ini mengeksplorasi emosi yang penuh intensit...