MOC 59

514 47 3
                                    

ᅠᅠ

ᅠᅠ

ᅠᅠ

ᅠᅠ

ᅠᅠ

Setelah menyuapi Ara, Angkasa berbincang sebentar dengannya sebelum pamit pulang.

"Ra, aku pulang dulu ya, udah malem," ucap Angkasa.

"Iya, hati-hati ya," balas Ara.

"Iya, kamu cepet sembuh ya," Angkasa tersenyum, lalu berjalan menghampiri Shani dan Cio.

"Om, Tante, saya pulang dulu ya, udah malam, besok harus sekolah," pamit Angkasa.

"Iya-iya makasih ya, hati-hati di jalan," sahut Shani dengan ramah.

"Iya Tante," jawab Angkasa sebelum ia keluar dari ruang rumah sakit.

Tak lama kemudian, Shani mendekati Ara. "Mama tadi udah telpon Chika, mungkin sebentar lagi dia datang. Tadi dia panik banget loh."

Ara hanya mengangguk. "Iya Ma."

Dalam hati, Ara mulai gelisah. "Duh, kok gue deg-degan ya. Takut ketemu Ka Chika."

Tak lama, Chika tiba dengan wajah panik, langsung menghampiri Ara.

"Ara, kamu gapapa kan? Ada yang sakit nggak? Kok bisa kambuh lagi? Kamu pasti nggak jaga pola makan ya?" tanya Chika bertubi-tubi.

"Kalau mau nanya satu-satu dong!" keluh Ara, agak jengkel.

"Kamu kok bisa masuk rumah sakit sih? Kan aku udah bilang, jangan telat makan."

"Udah deh, nggak usah pake ‘aku-kamu,’ jijik gue dengernya," balas Ara.

"Ara, nggak boleh gitu. Chika lebih tua dari kamu loh. Harus sopan sama yang lebih tua," tegur Cio dari sofa.

Ara hanya bisa menghela napas. "Iya Pa."

"Tuh, dengerin, harus sopan!" Chika tersenyum puas.

Ara hanya mendelik dan berbisik pelan, "Bacot lu, kontol."

Chika langsung mendekatkan wajahnya ke wajah Ara, lalu dengan pelan berkata, "Mulutnya kasar banget ya. Minta dicium nih."

Ara menepis tangan Chika yang menyentuh bibirnya. "Nggak usah pegang-pegang! Tangan lo bau terasi!"

"Tangan gue wangi ya!" bantah Chika, merapatkan diri sambil tersenyum jahil.

Chika tiba-tiba tersadar kalau di ruangan itu bukan hanya mereka berdua.

"Mampus! Gue harus gimana ini," batin Chika, panik. Tanpa berpikir panjang, ia mencium pipi Ara lalu memeluknya erat, berharap itu terlihat normal di mata Shani dan Cio.

"Ihh! Lepas Ka!" Ara berusaha melepaskan pelukan Chika.

"Gapapa dong Ra, itu tandanya Chika sayang sama kamu," sahut Shani dari sofa yang jaraknya cukup jauh.

Ara hanya bisa menghela napas, pasrah.

Chika mendekatkan wajahnya ke telinga Ara dan berbisik, "Gue lupa kalau di sini ada Om sama Tante. Hampir aja tadi gue mau cium bibir lo. Gue malu Ra!"

Ara menahan tawa kecil dan berbisik balik, "Makanya, jangan asal bertindak. Sekarang malu kan?"

"Tapi gue kangen bibir lo Ra," bisik Chika dengan nada menggoda.

"Lo mau gue hajar?" balas Ara kesal.

"Hajar aku dong sayang. Paling nanti malah kamu yang tepar" jawab Chika pelan, pikirannya melenceng ke arah yang lain.

My Older Cousin √ {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang