MOC 89

351 63 2
                                    

ᅠᅠ





ᅠᅠ





ᅠᅠ





ᅠᅠ





ᅠᅠ





Keesokan Harinya

Suasana kosan Mira sudah riuh sejak pagi.

"Ra! Bangun! Udah pagi!" seru Mira sambil menarik selimut Ara dengan paksa.

"Ini masih jam setengah tujuh kurang, Mir. Berisik banget lo," gumam Ara malas, berusaha meraih kembali selimutnya.

"Ya iyalah! Gue piket hari ini!" sahut Mira panik sambil mondar-mandir mencari sesuatu di meja.

Ara hanya mendengus, menutup wajahnya dengan bantal. "Yaudah, lo duluan aja. Ntar gue nyusul naik motor," ucapnya setengah sadar.

Mira mendesah panjang, lalu meraih tasnya. "Jangan lupa pintunya dikunci!" katanya lagi sebelum akhirnya keluar dari kamar.

Ara hanya menggumam tak jelas.

~~~

Di Sekolah

Begitu sampai di sekolah, Mira langsung melangkah cepat ke kelasnya. Namun, langkahnya terhenti ketika melihat sekelompok siswa berkumpul di lorong, berbisik-bisik sambil menunjuk sesuatu di dinding.

"Apa sih rame-rame?" gumamnya, penasaran.

Mira mendekat dan melihat apa yang jadi pusat perhatian mereka. Detik itu juga, tubuhnya menegang.

Di dinding, tertempel poster besar—foto seorang perempuan yang sangat mirip dengan Ara, sedang berpose mesra dengan seorang pria yang jauh lebih tua.

Matanya membelalak. "Astaga... apa-apaan ini?"

Tanpa pikir panjang, Mira langsung merobek poster itu dengan kasar. Suara sobekan kertas bergema di lorong, membuat beberapa siswa mundur kaget. Namun, Mira tak peduli. Tangannya gemetar saat ia menggulung poster yang sudah robek itu.

"Siapa yang nyebar ini?" bisiknya, rahangnya mengatup keras menahan marah.

Tanpa buang waktu, ia berlari ke kelasnya.

~~~

Di Kelas

Mira melempar tasnya ke kursi dengan kasar. Wajahnya merah padam.

"Lo kenapa, Mir?" tanya Zee, yang sudah duduk santai di meja sambil memainkan pulpennya.

Mira tanpa berkata apa-apa langsung menunjukkan poster yang sudah ia robek tadi.

Zee mengambilnya dan membaca cepat. Matanya membelalak. "Gila... Ini kan Ara?!"

"Makanya! Kita harus cepet-cepet musnahin semua ini sebelum Ara dateng!" ucap Mira, napasnya masih terengah.

Zee langsung berdiri. "Gue panggil yang lain!"

Dalam waktu singkat, Mira, Zee, Adel, Olla, dan Oniel menyebar ke seluruh sudut sekolah. Mereka merobek setiap poster yang mereka temukan—di dinding lorong, papan pengumuman, bahkan di belakang pintu toilet.

Saat merobek salah satu poster terakhir, Zee menggerutu, "Ini udah keterlaluan banget. Siapa yang tega nyebar beginian?"

Mira datang dengan beberapa poster yang sudah ia sobek. Napasnya berat. "Kumpulin semuanya. Kita bakar aja nanti," ucapnya tegas.

Adel menghela napas, menatap tumpukan kertas yang sudah hancur di tangannya. "Semoga Ara gak liat ini…"

Olla menggigit bibirnya, wajahnya dipenuhi kecemasan. "Dia udah cukup menderita. Jangan sampe dia makin down gara-gara ini."

My Older Cousin √ {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang