7. Gelap

7.6K 445 19
                                    

Ayu tersintak bangun tengah malam. Begitu mata nya terbuka hanya kegelapan yang di dapat nya.

Nafas Ayu menjadi berat. Ia takut. Ia tidak bisa melihat apa-apa.

Kepala nya mendadak pusing sangat cepat.

"Gelap. Gelap."

"Tolong hidupkan lampu."

Ayu menjerit. Ayu tidak bisa melakukan apa apa dalam keadaan duduk di atas ranjang. Keringat mulai membanjiri tubuh nya.

"Tolong hidupkan lampu!" Ayu sekali lagi berteriak sehingga membangunkan Raka yang berada di luar.

Raka pun oleng karena tidak ada cahaya.

"Abang. Abang." Jerit Ayu.

"Iya. Tunggu sebentar." Raka menyahut. Ia segera berdiri dan meraba mengambil senter. Raka segera menghidupkan senter dan masuk ke dalam kamar Ayu.

"Ada apa?"

Ayu baru bernafas lega duduk di atas kasur. Wajah nya berkeringat.

"Gelap." Ayu terengah. Terlihat nafas nya yang naik turun.

"Nafasku hampir habis rasanya." suara Ayu terdengar berkejaran dengan dada yang terlihat naik turun.

Raka memandangi Ayu. "Kamu takut gelap?"

"Seumur umur aku nggak pernah berada dalam kegelapan seperti ini. Sangat menyeramkan sekali rasanya."

Raka meringis. Ia kembali ingat dari mana asal perempuan yang sudah sah menjadi istri nya ini. Jelas orang kaya tidak akan pernah merasakan gelap karena listrik padam.

Cahaya hanya berasal dari senter. Raka mengusap wajah nya.

"Saya ambil lilin dulu."

"Ikut!" ujar Ayu cepat dan panik. Ia segera melompat turun dari tempat tidur nya.

Ayu langsung berdiri di hadapan Raka. Ia memegang ujung kaos yang Raka gunakan dan mengekor bagai anak ayam.

Mereka keluar dari kamar. Ayu mengikuti Raka. Ia tidak melepas pegangan nya pada ujung kaos yang di gunakan raka.

Raka mengambil lilin. Tidak lama cahaya pun temaram. Tidak gelap lagi. Ayu sedikit bernafas lega.

"Kenapa bisa mati lampu?"

"Harusnya pertanyaan seperti itu kamu tanyakan ke PLN."

Ayu memutar bola mata nya malas.

"Sering mati lampu begini?"
Lagi lagi Ayu melemparkan pertanyaan. Lilin sudah di letakkan di atas meja. Raka sudah kembali duduk di sofa.

"Lumayan. Saya harap kamu terbiasa."

"Nggak bisa. Aku nggak bisa berada dalam gelap gelap seperti tadi. Sesak nafasku."

Raka terdiam mendengar jawaban Ayu. Raka pun menatap Ayu yang berdiri sembari mengipas wajah nya.

"Lebih baik kamu kembali tidur. Pagi masih lama."

"Mana bisa tidur dalam keadaan kayak gini." Ayu pun akhirnya duduk di sofa butut milik Raka.

"Mana panas lagi." Ayu terus bicara. Raka memijit kepala nya. Ia pun menyandarkan punggung pada sandaran kursi dan memejamkan mata.

"Abang tidur?"

"Hm. Saya mengantuk." jawab Raka pelan.

Ayu mencebik. "Aku nggak mau terbangun sendirian."

Raka membuka mata nya. Ia kembali menatap Ayu.

"Lebih baik kamu tidur. Bawa lilin ini!"

"Takut."

JEJAK RASA |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang