Bab 14

7.2K 412 24
                                    

Ayu sudah bergabung dengan Para Ibuk-ibuk di luar mengupas kulit bawang.

"Aduh Uni Ayu. Mending nggak usah ikut. Lihatin kami aja. Kasihan tangan Uni. Nanti kotor."

Entah tulus atau menyindir. Ayu tidak bisa mengartikan yang mana. Namun ia berusaha untuk terlihat santai.

"Nggak masalah Buk. Semenjak tinggal di sini tangan saya harus ikut menyesuaikan diri," sahut Ayu membuat mereka tertawa. Entah bagian mana yang lucu. Ayu pun tidak tahu.

"Dulu pekerjaan Uni Ayu apa di kota?"

"Saya kerja di perusahaan."

"Pasti nggak pernah pegang bawang merah ini kan?" Celetuk Ibuk Han.

Ayu jujur saja dengan menggeleng.

"Uni anak orang kaya ya?" Apa Ibuk ibuk di kampung ini suka sekali menanyakan hal semacam ini. Frontal kali mereka, pikir Ayu.

"Berkecukupan lah Buk." Ayu mengupas kulit bawang dengan hati-hati. Salah salah teknik bisa pedih mata nya. Atau jarinya bakal tergores.

"Kami boleh tahu nggak kok bisa Uni sama Bang Raka menikah? Yang satu di kota yang satu di kampung. Kapan ketemu nya?"

Benar sekali. Mereka ini sangat kepo dan ingin tahu sekali.

"Ibuk ini penasaran ya? Gimana ya saya cerita nggak ya?" Ayu tertawa. Padahal dalam hati ia kurang nyaman. Beruntung Raka segera memanggil nya.

"Ah Bang Raka ini. Kami lagi asyik mengobrol juga. Biarkanlah istri nya sama kami dulu."

Raka hanya tersenyum tipis.

"Saya perlu sebentar, Buk," sahut Raka. Ayu segera bangkit dari duduk nya menghampiri Raka.

"Lama juga nggak papa sih sebenarnya. Maklum hitungan nya masih pengantin baru ya. Mau nya dekat dekatan terus euy."

Yang lain tertawa mendengar godaan tersebut.

"Sebentar ya Buk ibuk," pamit Ayu masuk ke dalam rumah.

Ia menatap Raka yang sedang berdiri.

"Ada apa?" Ayu bertanya pelan.

Raka menggaruk tengkuk nya. Ia bingung untuk apa memanggil Ayu. Ia tadi mendengar pembicaraan mereka di luar. Ia rasa Ayu seperti tidak nyaman dengan bahan obrolan. Spontan saja Raka memanggil ke dalam.

Kemudian Raka teringat sesuatu.

"Kamu tidak masak?"

"Hah? Masak lagi?"

"Buat makan siang," jawab Raka.

Ayu meringis. Sambal yang di buat nya tadi pagi pasti sudah habis dan sekarang ia harus masak lagi.

"Mau masak apa?" tanya Ayu.

"Apa yang ada saja." Raka berjalan ke dapur. Ayu menyusul. Raka membuka kulkas.

"Ada beberapa bahan masakan lagi."

"Ya mau di bikin apa? Aku belum pintar masak. Bisa nya yang mudah mudah saja."

"Saya kepengen makan semur Tahu."

"Semur tahu? Aku nggak bisa."

"Kamu nggak download?"

Ayu terdiam. Mencoba mengingat apa saja yang di download nya.

"Kayaknya nggak deh. Yang ada semur Ayam."

"Yasudah Ayam nya di ganti sama tahu. Bumbunya ambil itu saja."

Ayu cemberut. Dalam hati pastilah ribet masak semur. Bumbunya itu loh.

JEJAK RASA |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang