27

563 145 22
                                    

Selama dalam perjalanan pulang Ayu memilih diam. Raka pun juga tidak berinisiatif untuk membuka obrolan.

Sesampai di rumah Ayu langsung turun dari mobil dan menutup pintu dengan kencang.

Ayu menyentak tangan nya saat di tahan Raka

"Lepas!" desis Ayu menahan marah dan kekesalan nya.

"Kamu kenapa tiba tiba marah? Saya ada salah?"

Ayu tersenyum sinis. "Menurut kamu?"

Raka mengerutkan kening nya bingung. Ia tidak tahu kenapa Ayu tiba tiba marah. Ia tidak tahu dimana letak kesalahan nya.

"Kalau saya tahu saya tidak akan bertanya." Raka menatap tajam Ayu.

"Minggir!"

Raka tidak bergerak. Ayu memandang Raka dengan kesal.

"Katakan dulu kamu kenapa?" ujar Raka.

"Kamu tidak ada salah. Sekarang minggir saya mau lewat!"

Ayu mencengkram tas tangan nya. Dada nya bergemuruh hebat

"Saya tidak percaya. Sekarang kamu katakan dengan jelas ada apa dengan kamu?" Raka membentak.

Ayu menatap nyalang Raka. "Kamu tidak ada salah. Aku yang salah. Harus nya aku tidak menaruh harapan pada pernikahan ini. Harus nya aku sadar kalau pernikahan kita ini hanya permintaan kakek. Harus nya aku sadar kalau kamu tidak pernah menganggap pernikahan kita. Aku yang salah. Harus nya aku bersikap seperti di awal awal mengenal kamu. Harus nya aku tidak begini. Harus nya aku tidak menggantung harapan sama kamu."

Ayu menghapus buliran air mata yang mengalir di pipi nya.

Raka terdiam mendengar perkataan Ayu. Ia juga terkejut melihat Ayu tiba tiba menangis.

Ayu segera masuk kamar menyusul Ayu yang sedang membuka pakaian nya.

"Apa maksud perkataan kamu barusan kamu---?" Raka tidak bisa meneruskan kalimat nya.

Ayu diam. Ia berhasil membuka kebaya dan rok nya di depan Raka dengan santai.

"Jawab Ayu! Saya sedang bertanya?" Ayu menyentak tangan Ayu.

"Kenapa? Benar kan ucapanku? Buktinya kamu tidak pernah memakai cincin pernikahan kita.  Itu tanda nya kamu memang nggak pernah menginginkan pernikahan ini. Atau jangan jangan kamu punya perempuan yang kamu tunggu di luar sana iya? Kalau begitu mending kita cer---"

Raka membungkam bibir Ayu dengan keras. Ayu memberontak dan memukul Raka berusaha lepas.

Tenaga Raka sangat kuat. Ayu melemah. Ciuman Raka berubah lembut. Air mata Ayu lolos. Raka sampai tertegun.

Raka melepas pagutan mereka. Raka menatap wajah Ayu. Ia menghapus air mata yang membasahi pipi istri nya.

"Jangan pernah ucapkan kata kata itu lagi. Saya tidak suka," bisik Raka pelan.

Ayu memalingkan muka nya namun Raka menahan dagu Ayu.

"Katakan kalau kamu tidak akan mengucapkan kata kata itu lagi dengan bibir ini!" Raka mengusap bibir Ayu yang belepotan lipstik.

Ayu menantang mata Raka. "Lebih baik kita memang ce--- hhmmp."

Raka kembali melumat bibir Ayu. Ia tidak memberikan Ayu sedikit pun ruang untuk bernafas.

"Kamu mau membuatku mati hah?" Ayu membentak dengan nafas tak beraturan.

Raka tersenyum miring.

"Sudah saya peringatkan untuk tidak mengucapkan kata itu."

JEJAK RASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang