2

534 112 16
                                    

Kepala Ayu terantuk ke jendela saat merasakan tubuh nya bergoyang.

Ayu segera membuka mata. Ternyata ia ketiduran. Ayu mengucek mata dan menyesuaikan pandangan nya. Ternyata dirinya masih di dalam mobil. Mereka belum juga sampai.

Di luar cahaya sangat panas dan terik sekali. Ayu menyugar rambut nya. Ia kemudian menoleh ke samping menatap Raka yang masih sibuk menyetir.

"Belum sampai juga?"

"Belum."

"Berapa lama lagi?"

"Setengah jam lagi. Kita sudah masuk ke jalan kampung."

Ayu spontan menatap ke depan. Banyak pohon pohon tinggi di kanan kiri jalan.

"Aw," Ayu terpekik dan oleng. Ia melihat jalan yang mereka lalui bebatuan tidak lagi aspal.

"Jalan nya memang begini?"

"Hm. Pegangan kalau tidak mau jatuh." ujar Raka tenang.

Ayu menurut. Ia kembali memperhatikan jalan yang mereka lalui. Rumah di sini tidak seramai di jalan raya.

Jarak satu rumah dengan rumah lainnya cukup berjarak. Setelah hanya melihat pohon di sisi jalan sekarang Ayu bisa melihat pemandangan sawah dan kebun.

Jalan nya rusak parah berlubang. Bisa di pastikan kalau hujan turun pasti jalan bakal becek sekali dan tergenang.

"Ini jalan nya kenapa bisa begini? Nggak ada bantuan dari pemerintah?"

Raka menoleh menatap Ayu. "Belum ada."

"Harus nya pemerintah setempat memperhatikan kondisi jalan di kampung ini. Kalau jalan nya rusak parah begini harus nya udah di perbaiki. Setidak nya di cor atau di aspal. Biar masyarakat juga bisa menikmati uang pemerintah. Masyarakat bayar pajak kan. Heran deh sama pemerintah sekarang. Kerjaan banyak duduk di belakang meja. Korupsi sana sini. Ada pun bantuan pasti juga di korupsi." Ayu sibuk mengomel sendiri. Tidak terasa mobil sudah berhenti di sebuah rumah yang tampak sederhana.

"Sudah sampai?" tanya Ayu.

"Sudah."

Raka turun dari mobil. Ayu pun segera turun. Di lihat sekeliling nya tidak banyak rumah. Tetangga Raka hanya ada dua buah rumah itupun saling berjarak walaupun masih dalam jangkauan mata.

Raka membuka pintu rumah nya. Ayu mengikuti Raka dari belakang.

Ia melongokkan kepala ke dalam. Tampak seperti ruang lepas. Ada sofa tempat duduk yang tampak usang. Ada lemari kayu yang cat nya sudah pudar dan tampak kusam. Ada meja beserta tv juga.

Netra Ayu menatap dinding rumah yang cat nya juga udah patut di ganti.

Ayu menatap ke bawah tepat nya lantai yang belum di keramik masih pakai semen namun tampak mengkilat dan tidak mengabut.

Raka masuk membawa koper Ayu ke dalam rumah. Raka kemudian membuka pintu kamar. Btw, di rumah ini hanya terdapat dua kamar saja.

"Kamu bisa tidur di kamar ini."

Raka masuk ke dalam kamar di ikuti Ayu. Keadaan kamar gelap berubah terang setelah jendela di buka Raka.

Ayu menatap kamar yang ukuran nya sangat kecil. Bisa di bilang seukuran kamar mandi Ayu di kediaman nya.

Namun terdapat tempat tidur dan lemari pakaian. Tidak ada kamar mandi di dalam kamar.

Ayu melihat kasur yang berantakan tidak di bersihkan.

"Kamu tidur di sini?"

"Saya bisa tidur dimana saja."

Raka menatap wajah Ayu. Ia tidak tahu apa yang di pikirkan Ayu saat menginjakkan kaki di rumah nya yang sederhana ini. Bahkan tidak ada apa-apa nya di banding kediaman Ayu di jakarta.

JEJAK RASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang