4-5

8K 495 24
                                    

Doubleee updateeee.

Ayu mencari keberadaan Raka. Di depan tidak ada. Ayu mencari ke belakang. Ternyata Raka tampak sedang membersihkan halaman belakang yang tumbuh dengan semak belukar.

Ayu menghampiri Raka yang hanya bertelanjang dada dengan keringat yang mengalir di badan nya.

Raka menyadari kehadiran Ayu. Ia berhenti sejenak menatap Ayu.

"Ada apa?"

Ayu menyugar rambut nya kebelakang.

"Aku mau bicara!"

"Bicara saja!" sahut Raka tanpa beban dan hendak kembali membersihkan semak.

"Ini penting. Berhenti sebentar."

Raka menghela nafas. Ia kemudian duduk di tempat berteduh beralaskan batu. Ternyata ada gelas dan teko berisi air putih di sana.

"Mau bicara apa?"

Ayu duduk di hadapan Raka.

"Anterin ke pasar!"

Raka menukikkan alis nya.

"Ngapain?"

"Ya belanja lah." Sahut Ayu cepat. Raka mengangguk.

"Mau beli apa ke pasar?" Tanya Raka lagi setelah menandaskan air putih segelas.

"Banyak. Aku mau beli cat. Rumah ini perlu di cat ulang. Apalagi kamar yang aku tempatin belum di cat sama sekali. Aku juga mau beli seprai baru. Terus juga mau beli wallpaper buat dapur. Beli bahan makanan buat isi kulkas. Beli sapu juga. Aku lihat sapu nya udah buluk sekali. Beli rak piring yang baru juga. Rak piring sekarang udah banyak yang patah dan berkarat. Inti nya aku mau rumah ini bersih." sahut Ayu panjang lebar. Sebenarnya masih banyak lagi yang mau di beli nya.

"Berhubung aku bakal tinggal di sini. Jadi, aku punya andil buat rumah ini agar nyaman di tinggali." tambah Ayu memberanikan diri nya menatap mata Raka.

Raka tidak langsung menjawab. Ia tampak berpikir.

"Siap-siap lah. Kita berangkat sekarang!"

Ayu melebarkan mata dengan senyum tertahan. Ia mengangguk senang.

"Oke."

Ayu langsung bangkit dan masuk kembali ke dalam rumah mengganti pakaian nya.

Raka menatap punggung Ayu yang sudah menghilang. Ia kembali menatap sekeliling rumah nya. Ia memikirkan ucapan Ayu barusan.

Memang selama ini ia tidak begitu peduli terhadap rumah dan isi nya ini. Ia sibuk bekerja. Pergi pagi pulang sore.

Sejak kematian kedua orang tua nya. Raka memang memilih untuk menyibukkan diri nya di luar atau di kebun dari pada di rumah. Bagi Raka rumah peninggalan kedua orang tua nya ini hanya untuk tidur bagi nya.

Sekarang sudah ada Ayu sebagai istri nya di rumah ini. Dan barusan istrinya ingin memperbagus rumah ini.

Sejam kemudian kedua nya sudah siap.

"Jendela kamar sudah di tutup?" Raka menatap Ayu yang berdiri di sebelah nya dengan pakaian tertutup. Baju lengan panjang dan celana panjang. Rambut nya di gerai dengan tas kecil yang di sandang nya yang Raka perkirakan bisa membeli satu buah rumah di kampung ini.

Raka membiarkan. Tidak akan ada juga yang tahu istrinya memakai tas jutaan itu.

"Sudah."

Raka mengangguk. Ia segera mengunci pintu rumah.

"Simpan dalam tas. Jangan sampai hilang!" Raka menyerahkan kunci rumah. Ayu langsung memasukkan ke dalam  tas nya yang beresleting.

Raka mengeluarkan motor. Ayu menatap motor raka. Motor sejuta umat kalau kata Ayu.

JEJAK RASA |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang