BAB 17-18

541 140 31
                                    

Double update lagiii nihhh. Kali ini harus vote dan komen setiap yang bacaa yaa..

Raka akhirnya sampai di rumah dengan motor yang sering di pakai ke ladang. Raka menenteng beberapa kantong belanja.

"Buk ini ada makanan. Silahkan di nikmati bareng bareng. Ada es teler juga Buk."

Ibuk ibuk itu tampak senang dan bahagia sekali melihat ada makanan.

"Wah terima kasih banyak Bang Raka. Enak nih cuaca panas begini minum es teler."

Raka mengangguk. Ia kemudian masuk ke dalan rumah.

"Oh iya itu, Uni Ayu barusan jari nya ke iris pisau Bang." Raka mengangguk kemudian mencari Ayu. Ia langsung membuka tirai kamar. Tidak ada Ayu di dalam. Ia langsung ke belakang. Ternyata ayu sedang berada di kamar mandi.

"Kamu ngapain?"

"Eh udah pulang?" Ayu segera berdiri. Raka melihat nya sedang mencuci tangan. Raka segera menarik tangan Ayu dan ternyata jari malang nya mengeluarkan darah segar.

Ayu meringis. "Kenapa bisa berdarah?"

"Nggak sengaja ke iris sama pisau," sahut Ayu pelan.

Raka menarik kursi lalu menyuruh Ayu duduk. Ia ke depan mengambil obat merah. Ayu kembali menatap Raka yang mengolesi tangannya dengan obat merah.

"Aww perih." Ayu meringis. Walaupun luka nya tidak dalam. Tetap saja rasanya perih dan sakit.

"Tidak usah ikut mengupas kulit bawang lagi."

"Bosan kalau nggak ada kerjaan. Lagian seru juga ikut sama ibuk ibuk itu."

"Saya tidak mengizinkan kamu ikut."

Ayu cemberut. Ia kemudian menatap tangan nya yang sudah di balut sama hansaplast.

"Saya sudah beli sarapan. Ada lontong pecel."

"Eh itu di atas kursi ada kantong belanja. Isinya aku lihat ada makanan. Yaudah tadi langsung aku makan aja. Terus juga aku bagikan sama Ibuk ibuk di luar sedikit. Nggak papa kan?"

Raka mengangguk.

"Ambil piring!"

Ayu mengangguk. Ia mengambil piring dan sendok. Raka menuangkan lontong pecel ke dalam piring.

"Pakai kerupuk enak nih."

"Coba lihat dalam kantong kresek hitam itu. Ada di kasihh kerupuk tadi sama penjual nya."

"Oh iya ada." Ayu tersenyum senang. Mereka langsung makan. Tidak ada pembicaraan. Mereka asyik dengan makanan masing masing.

Selesai makan Raka kembali keluar. Ia melihat halaman rumah nya sudah kering. Tidak ada lagi jejak basah karena hujan semalam. Raka menghamparkan tikar besar untuk menjemur bawang. Ayu menghampiri para pekerja.

"Eh Uni Ayu nggak boleh ikut mengupas bawang. begitu pesan Bang Raka."

Ayu langsung menatap Raka yang terlihat sibuk.

"Saya bosan kalau tidak ngapa ngapain, buk."

"Yaudah duduk di sini saja Uni. Lihatin kami saja," ujar Mai.

"Jangan panggil Uni. Saya ini yang paling kecil di sini umurnya. Panggil Ayu saja, Buk."

"Duh segan kami. Uni Ayu ini kan ibarat nya juragan kami."

Ayu mengibaskan tangan nya. "Panggil Ayu, Buk. Saya nggak nyaman di panggil uni sama orang yang lebih tua."

Akhirnya Ibuk ibuk tersebut mengangguk. Raka datang mengambil bawang yang sudah selesai di kupas. Ia memanggul karung bawang tersebut dan mengeluarkan isinya untuk di jemur.

JEJAK RASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang