1

234 30 15
                                    

Butiran air yang terjun dari langit dengan tingkat curah tinggi tak menghentikan dua pemuda yang sedari tadi masih berdiri di tempatnya.

Tubuh yang sudah sepenuhnya basah terkena air hujan bahkan tak membuat keduanya merasa risih ataupun kedinginan.

Tatapan mata yang berbeda beradu satu sama lain, menempatkan keadaan yang tak nyaman jika dilihat dari dekat. Namun suara hujan yang deras mengaburkan percakapan diantara keduanya.

Warna rambut berbeda yang digunakan orang lain untuk membedakan keduanya. Karena nyatanya, dua pemuda tersebut merupakan saudara kembar identik yang begitu mirip satu sama lain dan akan susah dikenali jika warna rambut mereka sama.

Namun semirip apapun saudara kembar, tetap ada perbedaan di antara keduanya.

" Aku mohon Eul.. Kembalikan Phi Boss kepadaku," pinta pemuda dengan rambut panjang di atas bahunya berwarna hitam kecokelatan


Tangan pemuda bersurai cokelat itu meraih tangan saudara kembarnya dan sedikit mengguncangnya, meminta jawaban dari saudara yang hanya berselisih lima belas menit darinya.

" Aku mencintainya Eul, Aku mohon kembalikan dia kepadaku.." suara lirih putus asa yang beriringan dengan rintikan hujan terdengar memilukan seperti suara alunan musik biola


Namun tak ada satu katapun keluar dari bibir saudara kembarnya yang kini berubah menjadi pucat kebiruan akibat hawa dingin sekitar. Hanya matanya yang menyiratkan luka juga kecewa yang dia tujukan pada saudara kembarnya.

Disini keduanya terluka juga putus asa.

Peri cinta datang membawa kabar baik pada keduanya dengan orang yang sama, membuat mereka tak tahu harus berbuat seperti apa agar tak saling melukai satu sama lain.



" Aku juga mencintainya Rain, Aku juga.." kalimat yang akhirnya keluar bersamaan dengan hembusan angin kencang, menjadi penanda sebuah dinding mulai terbangun diantara keduanya dan akan menjadi pemisah dari dua tubuh yang saling tertaut satu sama lain selama ini






•••••••••••








Suasana sebuah rumah selalu terdengar suara teriakan dari seorang pria yang memanggil nama kedua putra kembarnya dari lantai bawah. Sudah menjadi kegiatan rutin yang dia lakukan setiap pagi guna membangunkan kedua putranya agar tak terlambat datang ke sekolah mereka.

" Rain!! Eul!! Ayo cepat bangun!!"

" Ya Pa!!"

Sahutan kompak yang diterima sang papa sudah cukup menjadi pembuka hari yang sibuk ini.

" Selamat Pagi sayang.." sapa seorang pria yang merupakan kepala rumah tangga dengan pakaian kantornya

" Pagi sayang.." balas pria yang mendapatkan kecupan singkat di pagi hari sembari menata sarapan di meja makan

" Mana anak-anak?"

" Sebentar lagi mereka turun,"

Tak butuh waktu lama, terdengar langkah kaki yang berjalan menuruni anak tangga bergantian. Kedua putra dengan wajah bak pinang dibelah dua, menghampiri kedua orang tuanya dan memberikan kecupan singkat yang sudah menjadi rutinitas keluarga mereka.

" Hari ini bisa antar aku lebih dulu, Dad?" Pinta pemuda dengan warna rambut hitamnya

" Enak saja, Kalau ke tempatmu lebih dulu bisa-bisa aku yang terlambat." Tolak kembarannya

" Memang ada apa, hmm?"

" Ada kelas pagi dan itu dimulai satu jam lagi," jawab pemuda yang nampak tergesa memakan sarapan di piringnya

MIRORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang