Noeul dan Rain kembali dari tepi pantai, berjalan beriringan sembari bergandengan tangan. Wajah yang bak pinang terbelah dua itu saling bercerita tentang kegiatan yang akan dilakukan keduanya esok hari. Hingga keduanya sampai di depan pintu kamar yang memisahkan mereka sejenak.
Rain enggan melepas genggaman tangan Noeul dan membiarkan saudara kembarnya itu masuk ke dalam ruangan yang sama dengan pria bernama Phayu tersebut.
Bagaimana jika pria itu akan membuat saudaranya untuk menjadi miliknya malam ini. Apa yang akan terjadi selanjutnya. Akankah Rain bisa melepaskan Noeul jika semua sudah berjalan terlalu jauh. Dan akankah pria itu mau melepas Noeul jika dia sudah memilikinya. Kepalanya berdenyut pusing hanya dengan memikirkannya.
" Masuklah," Noeul tersenyum seolah mengatakan semua akan baik-baik saja dan kau tak perlu khawatir padaku
Noeul lebih dulu masuk ke dalam kamarnya, tempat dirinya menginap. Hal pertama yang dia lihat, siluet seseorang yang tengah duduk sembari menikmati secangkir kopi panas dengan uap panas yang masih mengepul di atasnya.
Pria itu menoleh sekilas lalu menyandarkan tubuhnya ke kursi santai yang sedang dia duduki. Tangannya bergerak memberi isyarat pada Noeul agar mendekat.
" Ada apa?" Tanya Noeul namun tetap menjaga jarak aman
" Lebih dekat." Noeul melangkah kecil sekali lagi
" Lagi." Dan Noeul semakin dekat
" Kubilang lagi." Noeul berpikir ini sudah sangat dekat, bahkan mereka hanya berjarak dua meter saja
Karena tak sabar, Phayu bangkit sedikit dan menarik tangan tunangannya. Noeul yang tak siap jatuh dalam pangkuan Phayu. Tangannya bertumpu di dada pria tersebut, mata keduanya saling bertemu. Bahkan hembusan nafas terasa di setiap kulit mereka.
Phayu menatap dengan seksama wajah cantik dalam dekapannya, meraih dagu si pemilik surai pirang agar semakin mendekat padanya. Mengikis jarak, menyentuh benda tipis juga lembut yang terasa pas dalam decapannya.
Tangannya tak tinggal diam, mulai mengusap menelusuri punggung sang tunangan di balik bajunya. Menekan tengkuk Noeul agar memperdalam ciuman mereka. Menyadari salah satunya yang hampir kehabisan nafas, Phayu memundurkan sejenak kepalanya. Memberi Noeul waktu untuk meraup nafas. Namun itu tentu tak berlangsung lama, pria itu yang melihat celah bibir terbuka segera menariknya kembali, mengaitkan lidahnya satu sama lain juga mengobrak-abrik isi bibir sang tunangan.
Noeul meremas pakaian yang dipakai Phayu, otaknya terasa tak mampu berpikir ketika pria itu tak mengijinkannya barang sedetik melepaskan ciuman diantara mereka. Ketika Noeul hampir kembali kehabisan nafas maka Phayu akan memberikan tunangannya itu jeda sejenak dan kembali meraup bibir kemerahan yang membuatnya tak ingin berhenti merasakannya.
" Wanna play?" Tanya Phayu disaat kembali memberi Noeul waktu untuk mengambil nafas panjang terengah
Kepala Noeul menggeleng, kesadarannya ternyata masih tersisa.
" Aku tak menerima penolakan Love," Phayu mengangkat tubuh Noeul ke dalam gendongannya
Tangan pria itu kini sudah menyusup di dalam baju yang dikenakan Noeul. Mencari sesuatu yang bisa membuat pemuda itu terangsang akan sentuhannya dan tak akan mungkin menolaknya. Jangan lupakan bibirnya yang kembali menyantap bibir lain untuk dia lahap hingga habis. Phayu sudah tak mau menunggu lagi, dirinya hanya menginginkan tunangannya menerima dirinya.
Noeul berbeda dengan orang lain yang memuja ketampanan juga kekayaannya. Pemuda bersurai pirang ini bahkan selalu enggan berada di dekatnya, tak mau menarik perhatiannya. Juga tak goyah akan kehadirannya. Membuat Phayu ingin menaklukan makhluk cantik yang seharusnya memang menjadi miliknya.
" Eenghhmm,"
Satu lenguhan berhasil keluar dari bibir Noeul disela kegiatan Phayu yang masih gencar memberi rangsangan pada tubuh pemuda itu. Seringai puas tercetak di wajah tampan yang sudah mengungkung tubuh ramping di bawahnya. Menarik ujung baju Noeul terangkat ke atas, namun dengan cepat tangan tunangannya mencegahnya.
" Mandi. Aku belum mandi." Pinta Noeul memikirkan cara agar terlepas
" Nanti saja. Lagipula kita juga akan melakukannya lagi nanti." Tolak Phayu mencondongkan tubuhnya mengecup sekitar wajah Noeul
Bibir pria itu mengabsen seluruh bagian wajah Noeul tanpa ada yang terlewat, lalu turun ke bawah hingga leher putih jenjang yang juga turut menjadi sasarannya sekarang ini. Kali ini tak hanya kecupan ringan, namun hisapan yang kuat diterima Noeul. Memberikan rasa sakit juga gelenyar yang aneh di tubuhnya. Tangan pria itu bahkan juga menyentuh sesuatu di dadanya, mengusap, menekan kemudian menariknya perlahan. Noeul tak tahu lagi alasan apa yang perlu dirinya buat untuk pergi, karena tubuhnya bahkan tak ingin mendengarkannya.
Tok tok tok tok tok tok tok
Hingga suara ketukan di pintu kamarnya yang seperti menggila mengganggu kegiatan Phayu. Pria itu mengumpat kesal beranjak dari atas tubuh tunangannya. Berjalan cepat membuka pintu dan menatap tajam sosok pengganggunya tengah tersenyum manis seolah menampilkan wajah malaikat tanpa dosanya.
" Ada apa?" Tanya Phayu ketus pada Rain
" Oh.. aku hanya ingin mengajak Eul bermain. Ini masih belum terlalu malam untuk pergi tidur," Rain mendongakkan kepalanya mencari dimana keberadaan saudaranya
" Ada apa Rain?" Noeul datang setelah merapikan penampilannya
" Ayo main. Kita harus main dulu sebelum tidur." Jawab Rain ulang
Kumohon katakan ya! Katakan ya!
" Tidak bisa. Aku dan Eul akan pergi tidur lebih awal." Tolak Phayu, akan tetapi Rain tak boleh menyerah
" Ayolah Eul, Kita main dulu. Hanya satu permainan saja," mohon Rain menggoyang-goyangkan tangan saudara kembarnya
" Baiklah, tapi aku akan mandi lebih dulu." Rain menjulurkan lidahnya melihat tanduk di kepala Phayu mulai tumbuh
.....
Aku mempertaruhkan segalanya padamu..
Begitulah arti tatapan Rain pada Boss. Keduanya telah mencapai kesepakatan untuk memisahkan Phayu juga Noeul malam ini.
Rain bersemangat seperti biasa ketika keempatnya memulai permainan mereka, dimana jika bibir botol mengarah ke arahmu maka orang yang berada di depan arah botol itu harus meminum minuman yang sudah tersedia. Noeul awalnya menolak karena takut dirinya akan bertingkah aneh jika kehilangan kesadaran. Namun Rain meyakinkan saudaranya itu kalau minuman tersebut hanyalah segelas jus jeruk.
Permainan awal terasa biasa saja dengan sesekali diselingi pertanyaan yang harus dijawab jujur, namun di tengah putaran kedua, Noeul merasa ada sesuatu yang aneh dia rasakan. Dirinya menatap saudara kembarnya yang juga berkeringat sama sepertinya, sedang keadaan dua pria di sekitar mereka bisa dikatakan lebih buruk dari mereka.
Ini memang hanya perasaannya saja atau suhu tubuh di udara terasa semakin hangat.
" Ugh.. Aku sudah tak sanggup lagi," Noeul berlari masuk ke dalam kamar mandi milik kamar Rain
Tubuhnya terasa berbeda dan juga panas.
Rain yang melihat kepergian saudaranya segera berdiri lalu menarik tubuh Phayu dibantu oleh Boss. Pria itu tak menolak ketika digiring kembali masuk ke kamarnya dan Noeul, namun kali ini yang menemaninya bukanlah Noeul melainkan Rain.
" Kau harus melakukan tugasmu dengan benar Phi. Dan juga, kenapa kau memberiku serta Eul obat itu, hah?!!" Teriak Rain kesal, dirinya sekarang tahu kenapa rasa tak nyaman di tubuhnya disebabkan. Dan itu semua ulah Boss
Pria itu bukannya merasa bersalah justru tersenyum saja.
Dia sudah tak waras.
Tbc
Fix, ngetik ini aku jd berasa pgn oleh ⛵ ⛵ ⛵👻👻
Udah double up ssuai janji ma readers kemaren yaa😉😉
KAMU SEDANG MEMBACA
MIROR
Fiksi PenggemarKisah dua pemuda kembar identik yang harus terjebak dalam suatu kerumitan dimana cinta yang datang kepada keduanya berasal dari seorang pria. Akankah persaudaraan yang selama ini dibagi bersama bisa membuat keduanya mengalah satu sama lain, atau jus...