15

77 20 12
                                    

Peat menatap tak suka pada seorang tamu yang sama sekali tak dia undang untuk datang dan masuk ke dalam apartemen miliknya. Pria tak tahu malu itu menerobos masuk begitu saja sebelum Peat mengeluarkan kata penolakan. Sungguh attitude yang buruk dan tak layak untuk dicontoh. Tak hanya itu, pria yang kini membuat semuanya menjadi semakin rumit kembali semakin tak tahu malu karena mendekat dan menempel pada tubuh sahabatnya.

Pemuda bersurai pirang itu heran, kenapa sahabatnya itu mau saja ditempeli oleh seseorang yang melekat seperti lintah padanya.



" Apa kau tak berencana untuk pulang? Kau sudah disini selama dua jam," muak Peat melihat orang itu yang memeluk erat tubuh Noeul, niatnya ingin menikmati acara di televisi pun terganggu karena interaksi kedua anak manusia yang membuatnya jengah. Tidak, lebih tepatnya muak kepada salah satunya karena terus mengendus leher sahabatnya atau mengusapkan wajah tak tahu malu pada tubuh sahabatnya



Boss melirik sahabat kekasihnya yang masih saja tak suka kepadanya. Bahkan secara terang-terangan mengusirnya setiap kali dirinya menempel pada sang kekasih. Kalau tak mengingat persahabatan diantara pemuda itu dan kekasihnya, Boss akan membuang manusia yang mencolok itu ke kutub selatan sana agar jauh darinya dan sang kekasih.

Salahkan saja pemuda pirang itu yang selalu membuatnya geram dan menahan diri untuk tak berkata kasar padanya di depan kekasihnya.

Namun Boss tak mungkin melakukan itu mengingat kekasihnya pasti akan sedih kehilangan sahabat satu-satunya dengan penampilan menyakitkan mata.


" Aku kesini untuk bertemu kekasihku. Kalau kau tak suka, kau saja yang pergi." Ucap Boss dengan mudahnya yang menyulut api di dalam diri Peat

" Kalau kau lupa ini tempatku. Kenapa harus aku yang pergi, kau yang seharusnya pergi dari tempatku. Sana! Kau menempel padanya terus, membuat mataku sepat melihatnya." Peat mencoba menarik tubuh Noeul agar lepas dari jerat lintah menyebalkan itu

" Kalau begitu, bagaimana kalau kau menginap di rumahku saja baby? Papa pasti akan senang," Boss menepis tangan lain yang menyentuh tubuh Noeul lalu merapatkan kekasihnya ke tubuhnya

" Cih, yang ada Eul tak akan istirahat disana. Kau tak lihat wajahnya kelelahan? Seenaknya saja membuat orang lain bekerja keras." Gerutu Peat sinis menyahuti ucapan Boss

" Apa kau masih lelah baby? Mau kupijat?" Wajah Boss yang terlihat khawatir membuat Peat mual


Pria itu memang sangat pandai berakting. Kalau tak ingat disini ada Noeul, Peat bisa pastikan akan menyiram lintah menyebalkan itu dengan air seember agar hanyut terbawa arus dan menghilang selamanya.


" Tidak perlu. Aku hanya butuh tidur saja." Tolak halus Noeul



Dirinya hanya butuh tidur lebih lama saja untuk saat ini. Dan hal itu tak akan terjadi jika dirinya ikut pergi bersama dengan Boss. Yang ada dirinya akan menjadi santapan pria itu sepanjang malam. Yang membuat kelelahannya semakin bertambah tentunya. Jadi lebih baik dirinya tinggal bersama Peat.


" Kalau begitu aku akan menemanimu tidur disini." Putus Boss dengan opsi terbaiknya

" Hei!! Aku tak mengijinkanmu ikut tinggal disini." Interupsi Peat setengah kesal


Boss acuh dengan protesan Peat padanya. Pria itu memasang wajah meminta persetujuan dari Noeul. Berharap kekasihnya itu akan mendukungnya dan membuatnya bisa tetap berada di sebelah sang kekasih malam ini.

Noeul menggelengkan kepalanya membuat Boss pias kecewa.


" Aku butuh tidur. Kau pasti tak akan membiarkanku tidur begitu saja."

" Aku janji hanya akan tidur dan memelukmu saja," tawar Boss

" Tidak. Bisakah kita bertemu lagi lusa? beri aku waktu istirahat penuh, aku sangat lelah. Sekujur tubuhku masih sakit, jejakmu saja masih terasa nyeri." Boss tak menyukai berpisah jauh dari Noeul, tapi kali ini dirinya akan mengalah

" Baiklah. Tapi lusa kau harus bersamaku seharian penuh."


Peat ingin melempar pria yang masih sempat-sempatnya membuat penawaran tak menguntungkan bagi sahabatnya. Pemuda bersurai pirang itu tahu sejauh mana pemikiran pria yang sepertinya sudah berpindah tempat tersebut.


" Huh! Semua pria memang sama!" Decak Peat sebal berlalu pergi masuk ke dalam kamarnya


Dirinya tak tahan terus menerus melihat Boss. Yang ada tekanan darahnya bisa meluncur tanpa batas dan melampaui hingga terus bergerak naik tanpa kepastian untuk turun. Bahkan kepalanya tengah ribut dengan berbagai ide untuk membuang jauh pria lintah tersebut dari hidup sahabatnya.

Noeul menggeleng dan menghela nafas melihat sahabatnya dan pria yang entah sudah menjadi kekasihnya atau belum ini selalu saja beradu argumen juga permusuhan mereka yang begitu sengit setiap kali bertemu.


" Abaikan saja dia. Aku akan pulang sebentar lagi, beri aku pelukan baby.." Boss merapatkan lagi pelukannya, meminta atensi Noeul dan melupakan pemuda yang tengah berjuang mati-matian agar tak berteriak keras di malam hari







.....








Suara dering ponsel yang terus berdering di pagi buta membuat seseorang yang terlelap dalam mimpi indahnya harus segera kembali ke dunia nyata dan mematikan nada menyebalkan yang tak kunjung berhenti tersebut.

Tangannya meraba dimana tempat suara berasal, dan menekan asal agar panggilan yang entah darimana datangnya itu segera berhenti. Meletakkan ponsel pintarnya ke dekat telinga hingga suara yang sangat dia kenal betul pemiliknya menyapa dari balik seberang.







📱📱


" Eul!!"

" Rain?"

" Yaa ampun, iya ini aku. Memang siapa lagi? Kau dimana?"

" Hng??"

" Jangan bilang kau tak membaca pesanku kemarin?! Aku pulang Eul, aku sudah menunggumu di bandara selama setengah jam dan ternyata kau masih tidur???"

" Ah! Benarkah? Maafkan aku.. Aku akan segera kesana, kau tunggu aku. Jangan kemana-mana!"

" Ya. Cepatlah!"





Mata yang tadi masih setengah mengantuk pun seketika menjadi segar. Noeul mengecek ulang ponselnya dan benar saja ada puluhan pesan dari saudara kembarnya yang mengatakan akan pulang dan memintanya untuk menjemput di bandara. Dirinya menyesal tak mengetahui kalau saudaranya itu menghubungi dirinya karena memang semalam Boss tak mengijinkan dirinya memegang ponsel barang sedetikpun. Jadilah hingga waktu tidurpun, Noeul juga tak menyentuh ponselnya sama sekali.

Noeul tergesa memakai bajunya, membuat Peat heran karena sahabatnya itu sudah berpakaian seperti hendak pergi keluar. Mungkinkah lintah menyebalkan itu sudah memanggil sahabatnya di pagi buta ini hanya demi bisa melepas rindu. Peat sungguh muak, jika memang benar seperti apa yang dipikirkannya. Padahal baru beberapa jam mereka berpisah dan alasan rindu itu membuat mereka kembali bertemu.



" Orang gila macam apa yang membuatmu keluar sepagi ini?" Tanya Peat sinis, dirinya terbangun karena rasa haus dan menemukan sahabatnya yang sudah bersiap di depan pintu

" Oh, Rain sudah pulang. Aku tak tahu dia menghubungiku. Ini sudah terlambat setengah jam ai Peat. Bisa tidak ngomelnya ditunda dulu?" Pinta Noeul yang tengah sibuk memakai sepatunya




Oh.. jadi bukan si lintah,




Dan sekarang Peat tak tahu harus merasa lega atau tidak. Dirinya sedikit senang mendengar bukan lintah menyebalkan itu yang mengganggu waktu pagi sahabatnya melainkan orang lain yang juga tak disukai Peat.




" Aku akan mengantarmu." Putus Peat tak ingin melihat Noeul yang harus kesulitan mencari taksi demi saudara kembarnya tersebut di pagi buta seperti ini




Lebih baik dirinya pergi mengantarkan Noeul dan memastikan dengan kedua matanya sendiri bagaimana raut bahagia seseorang yang sudah kembali dari mencuri mimpi orang lain.














Tbc

MIRORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang