8

70 14 14
                                    

" Aku yakin kau melupakan kalau saudara tersayangmu itu memiliki seorang kekasih," cibir Peat yang tengah mengemudikan mobilnya


Pertempuran tadi dimenangkan oleh Peat. Karena Noeul yang berperan sebagai Rain mengatakan kalau dirinya sementara ini tak bisa pergi keluar seenaknya mengingat saudaranya baru saja berangkat ke luar negeri. Boss awalnya tak suka dengan alasan kekasihnya tersebut, namun dengan sedikit rengekan yang dia rindukan dari Rain, pria tersebut luluh dan menerima penolakan kekasihnya lagi kali ini.

Noeul menghela nafas berat dan menyandarkan tubuhnya pada kursi mobil milik Peat.

" Benar. Aku lupa. Baru sehari dan rasanya aku sudah tak sanggup," Noeul memejamkan matanya merasa lelah berpura-pura menjadi orang lain

" Huh, Kau sendiri yang menyetujuinya." Sinis Peat tak memberi penghiburan sama sekali

" Aoo Peat, Selamatkan aku.." rengek Noeul yang mencoba bersikap seperti Rain

" Ih, Kau membuatku banyak terkejut hari ini. Melihatmu merengek membuatku merasa berada di dunia lain," jawaban yang dilontarkan Peat mengundang tawa dari Noeul

" Bukankah cocok?? Aku manis dan menggemaskan bukan??" Noeul menopang wajahnya dan berkedip-kedip lucu

" Uhh Eul, Kau menakutiku. Pergilah wahai hantu yang merasuk ke dalam tubuh sahabatku!" Peat menjauhkan wajah Noeul darinya, mendorongnya pelan seolah dirinya tak ingin ikut terkena hal menakutkan tersebut

Segala kebingungan dan kegelisahan tergantikan dengan tawa dari dua sahabat dalam perjalanan pulang mereka.





.....





Berbeda dengan hari kemarin maka hari ini Noeul harus bekerja ekstra menghindar dari kekasih saudara kembarnya. Dirinya merasa tak nyaman karena pria itu selalu menempelkan dirinya di antara leher dan mengendusnya berulang. Membuat Noeul terus menerus menegang karena kontak fisik yang dilakukan pria tersebut.

Namun keberuntungannya kali ini sama sekali tak terjadi, semakin Noeul berusaha menghindar, maka akan semakin gencar Boss menemukan kekasihnya.

Pria itu menyadari kalau kekasihnya mulai menampilkan gelagat yang aneh dan itu sungguh mengganggunya. Apalagi mengingat ada orang lain yang kini ikut menempel di sekitar kekasihnya membuatnya semakin tak suka.

Peat. Entah itu sahabat saudara Rain atau bukan, yang jelas Boss tak suka pada pemuda itu. Pemuda bersurai pirang itu selalu memiliki cara memisahkan dirinya dengan Rain menggunakan dalih permintaan saudaranya.

Boss ingin berteriak siapa yang peduli dengan saudara siapa sebenarnya, disini dirinya hanya ingin memiliki waktu bersama sang kekasih sebelum masuk ke dunia kerja. Lalu kenapa hal itu begitu sulit dan selalu ada saja rintangannya.



" Kau mau menghindariku lagi?" Suara Boss mengejutkan Noeul yang saat ini tengah mencuci wajahnya di toilet

" Tidak Phi," kilah Noeul menggeleng pelan

" Sepertinya tak begitu, aku yakin kau tengah berusaha menghindariku menggunakan pria asing berambut mencolok itu." Protes Boss yang mengundang tawa dalam hati Noeul


Berambut mencolok??
Hahahaha... Kalau Peat mendengarnya pasti anak itu akan mengamuk,


Boss berjalan semakin mendekat ke arah kekasihnya yang justru terlihat melamunkan sesuatu sembari tersenyum. Merapatkan pinggang Rain padanya dan kembali menghirup aroma tubuh sang kekasih.

" Aku sangat merindukanmu, kau tak memberiku pilihan selain menculikmu sekarang."


Tubuh Noeul menegang yang disadari dengan jelas oleh Boss. Mengabaikan kemungkinan yang aneh di pikirannya karena pria itu sekarang ingin membawa kekasihnya pergi menjauh dan hanya menghabiskan waktu berdua dengannya saja tanpa ada pengganggu lainnya.

Noeul hanya bisa pasrah mengikuti langkah kaki Boss yang terus membawanya menuju tempat parkir. Sepertinya kali ini dirinya memang tak bisa lolos dari Boss. Dengan berat hati Noeul mengirimkan pesan singkat pada Peat kalau dirinya akan pulang bersama Boss dan meminta pemuda tersebut untuk tak mengkhawatirkannya.




Kedua pasangan kekasih itu tiba di tempat yang sudah sejak lama menjadi tujuan salah satunya. Yaitu mengenalkan kekasihnya pada keluarganya.

" Jangan bilang ini rumahmu?" Noeul menggigit bibirnya gelisah hingga lupa memainkan peran sebagai Rain

Boss mengernyit mendapati pertanyaan yang terdengar asing di telinganya. Juga seolah berbeda dari Rain yang dia kenal.


" Hm, Kau selalu tak mau. Jadi aku tak memiliki pilihan selain membawamu kesini dengan cara ini. Ayo!!" Boss menggenggam lembut tangan halus kekasihnya memasuki rumah miliknya


Noeul semakin gugup. Ini semua terasa tak benar namun juga tak ada pilihan baginya. Harusnya pertemuan pertama ini milik saudara kembarnya bukan dirinya. Kelak apa yang akan dikatakan oleh Rain jika kemungkinan yang buruk, yaitu Boss mengetahui kalau dirinya bukanlah Rain dan juga menganggap dirinya bersama saudara kembarnya itu sebagai penipu yang suka mempermainkan perasaan orang lain, terutama dirinya. Atau sesuatu dari yang terburuk yaitu Boss meminta berpisah dari Rain.

Noeul merasakan kepalanya berdenyut pusing. Otaknya tak mampu bekerja untuk memproduksi segala macam alasan agar bisa melarikan diri dari situasi yang tak dia sukai.


" Hei tenanglah, orang tuaku tak menggigit." Boss mencoba menghibur kekasihnya yang terlihat gugup


Pria itu yakin kalau kekasihnya pasti sedikit takut karena akan dikenalkan dengan keluarganya. Tapi Boss sudah bertekad untuk menjadikan Rain sebagai tambatan hatinya yang terakhir. Pria itu tak ingin lagi bermain-main mencari siapa yang cocok dengannya, karena semenjak bertemu dengan sosok manis yang digenggamnya saat ini, Boss yakin kalau orang ini ialah jawabnya.

Noeul memasang raut wajah memelas pada Boss, berharap pria itu masih mengasihaninya dan melepaskannya kali ini. Namun yang terjadi justru diluar harapannya.


" Kalau kau memasang wajah seperti itu, aku jadi ingin menikahimu secepatnya."



Heiii!!!!



Boss mencubit gemas pipi kekasihnya dan dirinya baru sadar kalau wajah kekasihnya sedikit tirus dari yang lalu.

Noeul dibuat tak berkutik ketika beberapa pasang mata menatapnya intens. Dirinya seolah berada di sebuah kursi penghakiman yang bersiap akan dibacakan putusan dakwaan atas kejahatannya. Apa dirinya akan mengakui semua kejahatannya secepat ini.


" Jadi.. Ini yang namanya Rain?" Tanya pria yang masih terlihat manis di usia yang tak lagi muda pada Noeul

" Ya Tuan." Cicit Noeul lirih




Oh.. bawa aku keluar dari sini,



" Sudah berapa lama kalian menjalin hubungan?" Tanya pria lain dengan penuh wibawa yang berganti menatap Noeul penuh selidik




Berapa? Aku tak ingat pastinya.
Hei! Itu bukan sesuatu yang harus kuingat sekarang,



Noeul bingung menjawabnya, dirinya tak ingat secara pasti sudah berapa lama hubungan saudara kembarnya itu bersama pria ini. Apakah lima bulan atau enam bulan, Noeul tak tahu secara akurat.

Tangannya mencengkeram erat celana yang dikenakannya, ini pertama kalinya dirinya merasa begitu risau dan sedikit takut.


" Daddy menakutinya. Jangan melihatnya seperti itu, dia akan lari kalau Daddy menggodanya lagi." Boss segera menyahut menyadari kekasihnya takut akan tatapan sang ayah

" Oh, Maafkan Daddy. Daddy hanya ingin tahu saja, lagipula Daddy harus tahu semua tentang calon menantu Daddy." Ucap pria yang tadi terlihat menakutkan di mata Noeul dan kini sedikit mulai terasa berbeda

" Maaf ya sayang, Pria tua ini memang seperti itu. Wajar kalau kau takut, kalau kau tak takut itu justru tak wajar." Pria manis lainnya menenangkan Noeul, suasana berubah dari menegangkan menjadi hangat


Obrolan perlahan tercipta diantara mereka, mengalir begitu saja dan hal itu membuat Noeul sedikitnya merasa nyaman.










Tbc

MIRORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang