31

137 25 15
                                    

Dua orang pria dengan kadar ketampanan yang bisa dikatakan hampir mendekati kesamaan, nampak menghabiskan waktu mereka dalam suasana sedikit mencekam.

Beberapa pelayan juga bawahan keduanya, hanya bisa melihat dari jauh dua kepala dari masing-masing perusahaan besar. Yang selama ini keduanya sering terlibat perebutan kerjasama dalam bidang pekerjaan, dan kini dua manusia itu bisa duduk berseberangan dalam diam sembari menikmati secangkir kopi. Seolah tak pernah terjadi persaingan sengit diantara dua pria tampan tersebut.

Hingga salah satunya meletakkan lebih dulu cangkir kopinya dan mulai membuka pembicaraan.



" Bukankah itu tidak sopan, Tuan Boss Sermsongwittaya." Yang diseberang pun mengikuti hal yang sama, meletakkan kembali cangkir kopinya setelah menyeruputnya sedikit

" Ini yang dinamakan perjuangan, Tuan Phayu." Pria yang notabene lebih muda beberapa bulan nampak tak gentar, meskipun dirinya belum lama menapaki tangga dunia bisnis, tetapi ini merupakan langkah awalnya

" Pria yang ambisius," puji Phayu

" Tapi.. Anda melupakan fakta bahwa kami berdua akan melangkah ke jenjang pernikahan. Lagipula bukankah kekasih anda merupakan kembarannya, dan seingat saya bukan tunangan saya." Phayu menyatukan tangannya dan menatap lurus pria yang sudah berani memberinya penawaran cukup menantang



Boss tahu dengan pasti apa yang diucapkan Phayu kepadanya. Bahwa seseorang yang dia yakini sebagai kekasih juga pelabuhan terakhirnya merupakan tunangan pria di hadapannya saat ini. Juga rencana pernikahan keduanya mungkin sudah mulai dibicarakan oleh dua keluarga. Pria itu semakin terdesak dengan kenyataan tersebut.



" Karena itulah aku disini, Aku ingin mengambil kembali milikku." Pernyataan Boss mendapat tawa ringan dari Phayu



Pria dengan surai selalu dikuncir ke belakang itu tertawa mendengar pria lain di depannya ini begitu percaya diri dan menyatakan hak milik pada apa yang sudah dia genggam.



" Aku tak pernah berbagi kepemilikan Tuan Boss. Dan aku tak suka milikku menjadi milik orang lain." Tegas Phayu menegakkan duduknya



Suasana mulai memanas dan Boss menggertakkan giginya karena pria di depannya seolah tak mau menyambut penawaran menguntungkan darinya.



" Kupikir Tuan Phayu menerima tawaran yang sudah kuajukan, dan karena itulah kita bertemu disini. Bukankah anda sudah terburu-buru karena tak bisa mendapatkan kerjasama dengan SG Corp? Disini saya sudah berbaik hati mengalihkan kerjasama yang saya dapatkan pada anda." Ada jeda sebentar dengan menyesap kembali kopi miliknya sebelum melanjutkan kalimatnya

" Masih banyak jalan mendapatkan milikku kembali Tuan Phayu, Kalaupun anda menolak tawaran saya." Boss menekankan kalimat terakhirnya disertai nada angkuh



Dirinya begitu kesal karena Phayu tak menangkap penawaran darinya agar melepas Noeul padanya. Padahal dirinya sudah berkorban  dengan melepas kerjasama yang bernilai milyaran itu hanya demi mendapatkan kembali miliknya. Namun sekarang dirinya harus memutar otaknya lebih keras agar Noeul jatuh dalam genggamannya dan terlepas dari Phayu.

Boss bangkit berdiri lebih dulu, dirinya perlu mengatur ulang semua.




" Anda terlalu cepat terbakar Tuan Boss," langkah Boss terhenti, berbalik dan melihat pria bernama Phayu itu tengah memainkan pinggiran cangkir kopinya dengan jari telunjuk yang mengitarinya

" Saya akan memberi anda satu kesempatan, rebut dia kembali dari tanganku sebelum aku memilikinya." Phayu menampilkan seringai nya

" Kalau anda datang terlambat, jangan mengusik milik saya lagi." Tatapan mata tajam saling beradu, tak ada yang mau mengalah dan mengakhirinya lebih dulu









.....








Kamar yang tadinya rapi, kini nampak berantakan. Semua benda dengan bahan utama kain, berserakan tak beraturan di atas lantai. Tak hanya itu, bahkan bantal juga guling teronggok mengenaskan yang seharusnya berada di atas ranjang. Dua tubuh yang saling menempel itu, sepertinya tak membutuhkan tambahan atribut lain kecuali sebuah ranjang juga selimut. Karena kepala si pemuda tengah nyaman berada dalam lengan pria yang memeluknya erat dari belakang.

Matahari sudah berada diatas kepala, namun keduanya belum juga membuka mata mereka. Tenaga mereka seolah habis terkuras oleh pertempuran semalam. Dan enggan untuk beranjak meninggalkan tempat berbagi kehangatan.

Hingga gerakan si pemuda mulai terasa samar. Bibirnya melenguh, membuka kelopak matanya perlahan. Berkedip sementara tubuhnya masih diam, kepalanya beralih ke bawah tepat di bagian perutnya, sebuah lengan melingkari perutnya dengan cukup erat. Gerakan kecil yang dilakukannya untuk lepas dari lengan itu justru semakin membuat pelukan itu menjadi lebih erat.



" Tidur saja lagi baby," bisik parau suara di belakangnya

" Aku harus melihat Rain." Ucap Noeul sembari kembali menyingkirkan lengan milik Boss, namun pria itu masih tak menyerah. Tangannya yang sempat terlepas kembali menarik tubuh kekasihnya mendekat, hingga Noeul menyadari sesuatu yang keras menyentuh bagian belakang punggung bawahnya


Noeul diam, mengerjapkan matanya beberapa kali  berusaha tetap menjaga ketenangannya agar tak membuat sesuatu yang sudah mengeras itu akan kembali kehilangan kendali. Boss yang menyadari tubuh terkejut dalam rengkuhannya mulai menampilkan senyum liciknya.


" Lihat, kau membangunkannya lagi. Sepertinya kau masih belum puas," Boss sengaja menggosok bagian tubuhnya menggoda Noeul

" Minggir!" Noeul berbalik dan mendorong keras Boss agar melepaskannya



Duk



" Aakkhh!!" Jerit Noeul ketika pantatnya mendarat dengan menyakitkan di atas lantai setelah berhasil lepas dari jerat Boss


Wajahnya mengernyit juga sedikit memerah karena rasa sakit. Boss yang tak tega melihat raut kesakitan kekasihnya, menyingkap selimut yang menutupinya lalu membantu kekasihnya dengan mengangkatnya ke dalam gendongan pria tersebut.



" Hanya mandi. Aku janji." Noeul menunduk dalam diam



Dirinya sudah terlalu malu sekarang. Juga tubuhnya sakit disana sini.

Boss menepati ucapannya, memandikan Noeul, bahkan pria itu juga dengan hati-hati memakaikan Noeul pakaian miliknya.



" Jangan memakai milik Rain. Aku tak suka. Pakai milikku saja dulu." Begitulah ucapan Boss ketika Noeul menolak memakai pakaian pria itu yang sedikit kebesaran di tubuhnya



Noeul nampak menggemaskan dengan pakaian longgar di tubuhnya. Boss tak berhenti tersenyum karena pria itu membayangkan bagaimana jika Noeul mengenakan kemejanya tanpa celana. Pasti Noeul sudah menjadi santapannya setiap hari.



" Ayo! Katanya kau ingin melihat Rain," Boss mengulurkan tangannya mengajak Noeul bersama ke kamar sebelah, melihat bagaimana kondisi Rain









.....






Rain terbangun ketika sebuah cahaya masuk ke dalam kamar dan mengusik tidurnya. Matanya segera terbuka dan membulat mengingat kejadian yang kemarin dirinya alami bersama tunangan saudaranya.

Rasa bersalah dan kenangan di masa lalu membuat pemuda bersurai hitam kecokelatan itu menangis.



Maafkan aku Eul,
Maafkan aku Pa,
Maafkan aku Dad,



Dirinya berulang meminta maaf karena sudah menjadi anak yang nakal kembali. Bahkan kali ini kesalahannya terasa lebih besar dan mungkin tak akan bisa dimaafkan begitu saja. Bagaimana bisa dirinya berakhir berhubungan dengan tunangan saudara kembarnya sendiri. Hukuman apa yang akan dirinya terima dari sang ayah jika ayahnya itu mengetahui semua ini. Kemungkinan terburuk Rain akan diasingkan ke negara yang sangat jauh hingga beberapa tahun ke depan. Membayangkannya saja sudah membuat Rain tak sanggup.



" Kenapa menangis?" Sebuah pertanyaan datang, membuat Rain menoleh dan melihat pria yang kemarin sudah melecehkannya nampak menikmati waktu santainya dengan secangkir kopi panas










Tbc

Double up,see you👏🏻👏🏻

MIRORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang