21

103 28 43
                                    

" Bagaimana kencanmu?" Pintu terbuka dan sebuah pertanyaan meluncur sebagai sambutan

" Hng, entahlah.."

" Kenapa jawabmu begitu?" Peat semakin penasaran

" Dia lebih cocok untukmu daripada aku, kalau kau mau aku jujur." Noeul duduk di sofa dengan Peat yang ikut di sampingnya


Rasa penasaran tingkat tinggi menggerogoti keingintahuannya akan jalan cerita kencan buta sahabatnya yang sudah dia persiapkan malam ini.


" Hei, dia itu untukmu. Lagipula kau tahu bukan, aku baru saja patah hati. Tak baik kalau aku cepat-cepat mencari pasangan lagi." Kilah Peat yang lebih tepatnya belum bisa move on dari sang mantan

" Justru itu bagus. Kapan kau bisa move on kalau sibuk menatap foto mantanmu saja," cibir Noeul karena tahu kalau selama ini Peat masih belum bisa melupakan sang mantan, terbukti dari setiap hari dihabiskan pemuda itu untuk sibuk mengenang kenangan indah yang tersimpan di dalam ponsel sahabatnya tersebut

" Kau ini!" Decak Peat pura-pura kesal karena Noeul mengatakan kebenaran tentangnya

" Jadi kau juga tak mau yang ini?" Tanya Peat sekali lagi dan dibalas gelengan kepala dari Noeul



Dengan cepat jari jemari Peat meraih ponselnya dan menggulir layar secara teliti.



" Kalau begitu, bagaimana dengan yang ini? Dia tinggi, tampan, putra pengusaha, ya.. walaupun sedikit pemain kurasa." Peat menyodorkan ponselnya yang terpampang sebuah foto pria dengan pakaian kasual yang terlihat pas di badan

" Kau ingin memberikanku pada buaya?" Sinis Noeul menolak kandidat Peat yang baru

" Eung... Kalau begitu yang ini. Dia tampan, maskulin, uhh... Kau bisa lihat roti sobeknya setiap hari kalau kau jadi kekasihnya." Foto kedua juga tak kalah menarik mata, dimana seorang pria yang memiliki tubuh seperti atlet nampak tengah berpose dengan kedua dada bidangnya yang dipamerkan

" Maaf saja, aku tak memiliki kecenderungan seperti itu." Tolak Noeul lagi

" Bagaimana dengan yang ini? Dia tampan, sedikit tinggi darimu, rambut panjangnya yang di kuncir di belakang menambah pesonanya bukan?, juga dia seorang pemilik bengkel ternama di kota." Noeul melihat seksama untuk foto ketiga ini


Wajah pria yang ketiga ini memang juga tampan, apalagi sesuai ucapan Peat dengan pesona rambut panjangnya yang menambah kesan sexy, namun Noeul menggeleng pelan, menolak lagi kandidat yang ditawarkan Peat. Kalau dipikir-pikir sekarang, Peat tak ada bedanya dengan seorang mak comblang bagi Noeul. Juga bagaimana pemuda itu bisa menyimpan beberapa foto pria muda dan mengetahui betul sedikit latar belakang mereka.

Noeul memicingkan matanya dan Peat yang mengerti akan arti tatapan sahabatnya pun menjawab pertanyaan di kepala cantik sahabatnya tersebut.


" Oii.. Itu semua putra rekan daddyku, jangan berpikir aneh-aneh."

" Ohhh..."

" Jadi yang mana?"

" Tak ada."

" Oi Eul! Ayo pilih dulu!"

" Tak mau. Untukmu saja sana!"

" Eul!!"

" Aku tak mendengar, aku tak mendengar suaramu.. uuuuuu...." Noeul berlari masuk ke kamarnya sembari menutup rapat kedua telinganya, membuat kesal Peat yang terus menerus memanggilnya dan mengejarnya persis seperti anak kecil







....







Noeul melakukan gerakan latihan pernafasan seolah dirinya akan menyelam ke dasar lautan, sudah dua minggu lamanya dirinya melarikan diri ke tempat Peat hanya untuk menghindar dari Rain. Hatinya masih tidak siap jika membenci saudara yang sangat dia sayangi. Karena itu bersembunyi ke tempat dimana saudara kembarnya itu tak ada, membuatnya bisa bernafas lega. Dan kini saatnya dia harus menghadapi realita kehidupan yang sebenarnya.

Tak mungkin dirinya terus menerus berada di tempat Peat. Lagipula sebentar lagi merupakan hari kelahiran dirinya juga Rain yang berarti akan ada sedikit perayaan kecil di rumahnya seperti tahun-tahun yang lalu.

Langkahnya ragu-ragu sejenak sebelum membuka pintu rumahnya sendiri, padahal ini rumah yang sudah dia tinggali hingga berumur hampir sembilan belas tahun.


" Aku pulang.." teriak Noeul memberitahu penghuni rumah kalau dirinya sudah kembali

" Kau sudah kembali sayang, apa kau lebih suka tinggal dengan Peat daripada di rumah bersama Papa juga Daddy?" Noeul merasa bersalah pada papanya karena egonya yang ingin menghindar sejenak dari saudara kembarnya, justru melukai papanya

" Tak Pa, tetap rumah Papa yang terbaik di seluruh dunia." Bujuk Noeul berharap Papanya berhenti merajuk

" Mmm... Papa merindukanmu,"

" Eul juga merindukan papa,"

" Daddy juga merindukanmu lho, jangan lupakan Daddy kalau kalian ingin berpelukan." Tn. Nuttarat datang dan melihat dua kesayangannya tengah berpelukan di ruang tengah, dirinya pun ikut masuk ke dalam pelukan keluarganya

" Aku juga! Aku juga!" Teriak Rain turun dari lantai atas dengan sedikit berlari

" Hati-hati Rain!" Teriak Tn. Nuttarat, Ny. Nuttarat juga Noeul bersamaan

" Hehehehe.. Aku juga mau ikut," Rain tertawa dan  memeluk keluarganya


Hal yang dia rindukan setelah melakukan sebuah kesalahan. Andai waktu bisa diputar ulang mungkin Rain tak akan menyalahkan saudara kembarnya karena keegoisannya, namun dirinya hanya seorang pemuda biasa yang terkadang merasa kekanakan juga egois akibat selalu dimanjakan oleh keluarganya. Ini saatnya Rain berubah, dirinya sudah berjanji pada Papanya juga Sky bahwa dengan tekadnya akan menyatukan dua hati yang harus terpisah karenanya.

Akan tetapi..




" Cukup Rain. Aku tak mau membahasnya lagi, aku sudah menutup pintu hatiku untuk siapapun." Rain tak tahu harus merespon seperti apa kali ini


Saudaranya itu sudah membuatnya sadar dan sekarang Noeul justru berulah.


" Tapi Eul, Phi Boss mencintaimu. Aku sudah tak lagi mencintainya, kami juga sepakat untuk berpisah." Coba Rain membujuk saudaranya



Noeul memandang saudara kembarnya yang sejak tadi terus saja merecokinya tentang seseorang yang ingin dia lupakan.


" Ada apa denganmu? Kau ingin kita bertengkar lagi," Noeul bersedekap memicingkan mata mencari apa yang tengah dilakukan saudaranya tersebut

" Tentu saja tidak. Aku hanya ingin kau mendapatkan kebahagiaanmu, aku tak ingin kau mengalah padaku seperti yang biasa kau lakukan." Noeul masih diam menanti hingga Rain selesai dengan semua yang ingin dia katakan

" Aku mengakui kesalahanku. Papa benar, aku mengambil mimpimu dan untuk Phi Boss yang pada akhirnya mencintaimu, itu semua tak berarti sebagai ganti rugi atas mimpi yang kuambil, itu semua murni karena Phi Boss yang lebih nyaman saat bersamamu dan.."

" Tunggu, kau bilang Papa? Apa Papa tahu?" Tanya Noeul karena baru mendengar hal ini

" Ya. Papa yang menyadarkanku, kalau aku tak boleh lagi bersikap egois. Aku tahu kau menyayangiku juga memanjakanku sampai aku terkadang menjadi pribadi yang semauku sendiri, tapi aku juga sangat menyayangimu Eul. Aku tak mau kau menghindariku. Aku tak mau kau marah padaku. Meskipun terkadang kita saling menggoda, tapi kita tak pernah benar-benar berselisih." Rain mengingat masa lalu, hanya ada tawa diantara mereka

" Maafkan aku.. Aku sudah keterlaluan padamu, Aku berjanji akan menjadi saudara yang baik untukmu. Aku tak akan lagi bersikap egois, dan sekarang aku berharap kau mau mengejar kebahagiaanmu." Rain menggenggam tangan saudara kembarnya, dirinya tulus mendoakan kebahagiaan Noeul



Noeul melihat ketulusan dan kejujuran di mata saudara kembarnya. Rain nya sudah berubah dan Noeul menyukainya. Keduanya berpelukan melepas beban yang sempat menjerat keduanya, membuat keretakan sementara pada hubungan kokoh juga sulit dipisahkan.



" Aku memaafkanmu Rain, tapi aku tak bisa. Mengertilah.."











Tbc

MIRORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang