6

132 23 4
                                    

Peat menghembuskan nafasnya berulang kali, mencoba mengaturnya agar bisa kembali normal. Namun rasa kesal yang mengganggu di dada membuat pemuda bersurai pirang itu tak bisa melakukannya saat ini. Rasanya dirinya butuh pelampiasan agar beban amarah di tubuhnya bisa tersalurkan dengan benar.

Bahkan sosok di sebelahnya seolah tak terganggu dengan hembusan nafas kasar yang dia lakukan berulang. Padahal penyebab utama ialah sosok tersebut.

Wajah di sampingnya datar tak menunjukkan ekspresi apapun. Dan Peat tak menyukainya.

Bertahun-tahun menjadi sahabat pemuda di sampingnya, membuat Peat kenal betul bagaimana perangai Noeul ketika pemuda tersebut tengah merasa kecewa juga marah. Dan kini hal itu terjadi kembali.

Sekali lagi Peat mengambil nafas panjang dan menghembuskannya. Dia yang bukan korban saja merasakan perasaan marah yang teramat besar, apalagi jika hal itu terjadi padanya sendiri seperti yang dialami sahabatnya.

" Lalu apa rencanamu sekarang?" Tanya Peat tak ingin lagi meneriaki sahabatnya dengan kata-kata kasar berharap Noeul bisa sedikit mengambil tindakan

Peat tahu hal itu tak akan mungkin terjadi. Peat lebih mengenal Noeul sendiri daripada pemuda itu.

" Aku akan berpura-pura menjadi Rain selama dia berada di sana." Peat terkejut

" Apa? Kalian berada di jurusan yang berbeda, bagaimana bisa kau menjadi dirinya?!" Sungut Peat kembali karena pernyataan dari Noeul memancing kekesalan pemuda bersurai pirang tersebut

Noeul memejamkan matanya. Dirinya tahu hal itu dengan benar. Sejak awal Rain tak memiliki niat untuk mengambil alih bisnis keluarganya, jadi anak itu mengambil jurusan arsitek daripada manajemen bisnis yang seperti dilakukan Noeul.

Meskipun mimpi Noeul menjadi seorang trainee, namun dirinya masih sadar akan tanggung jawabnya. Jadilah Noeul memilih mengambil jurusan yang kelak akan menjadi santapan sehari-harinya menggantikan sang ayah.

Dan kini dirinya harus dihadapkan pada sebuah kenyataan untuk berpikir sejenak seperti saudara kembarnya.

" Sudahlah Peat. Daripada kau terus menerus mengomel, lebih baik kau membantuku mulai sekarang." Pinta Noeul agar Peat tak lagi mengumpat atau berkata kasar tentang saudara kembarnya

Peat menajamkan tatapannya pada sang sahabat. Tapi hal itu tak digubris oleh Noeul sama sekali. Ingin marah namun marah pun tak akan menyelesaikan masalah.

" Haaahh... Memang siapa lagi yang akan membantumu kalau bukan aku." Meskipun mengeluh, Peat tak ada pilihan selain mengikuti sahabatnya








.....







Proses keberangkatan Rain dipercepat, membuat Noeul juga ikut merasa kuwalahan karena dirinya harus belajar dua kali lipat. Noeul berpikir untuk mengambil cuti sejenak dari kampusnya karena dirinya tentu saja akan berperan menjadi Rain di kampus saudara kembarnya tersebut.

Pertukaran peran saudara kembar itu tak diketahui oleh orang lain kecuali Peat, selaku sahabat Noeul. Bahkan sahabat Rain pun, Sky, tak mengetahui hal tersebut karena anak itu sudah disibukkan dengan berbagai hal yang memang harus dia lakukan sebelum berangkat ke luar negeri. Dan Noeul sendirilah yang bergerak sebagai tutor bagi Rain selama beberapa waktu ini.

Noeul juga yang mengatakan pada orang tuanya kalau dirinya akan mengambil mimpinya sebagai trainee sekali dalam seumur hidup agar tak menyesal pada mimpinya. Untungnya sang ayah mengijinkan hal tersebut karena mengetahui kalau putranya itu meskipun memiliki mimpi lain namun tetap berpegang teguh pada tanggung jawabnya.

" Pastikan kau tak membuat kekacauan di negeri orang Rain, karena aku tak ada di sampingmu saat itu." Noeul membantu Rain mengemas perlengkapan saudaranya

" Hng." Gumam Rain

" Terima kasih Eul, Kau memang saudara terbaik yang ku punya. Maafkan aku karena egois. Aku janji tak akan menyusahkan mu lagi setelah ini." Rain memeluk saudara kembarnya dari belakang

Malam ini menjadi saksi bisu kalau keduanya akan mulai bertukar peran. Berharap orang tuanya tak akan mengetahui hal buruk yang mereka lakukan dengan menipu orang tua mereka sendiri.

" Jaga diri baik-baik na Eul," Ny. Nuttarat memeluk tubuh putranya sebelum berangkat

" Ya Pa."

" Kau harus mengabari Daddy begitu sampai disana." Tambah Tuan Nuttarat

" Eul.. Jangan lupa jaga kesehatan." Pelukan hangat kedua saudara kembar itu terjadi selama beberapa waktu

" Ya. Aku pergi Rain." Pemuda bersurai silver itu melambaikan tangannya dan menghilang di balik kerumunan

Hanya satu orang yang masih menatap kepergian saudaranya dengan pandangan yang sulit diartikan.

" Sudah sayang, Noeul pasti baik-baik saja disana nanti." Ny. Nuttarat menghibur putranya, ini pertama kalinya kedua saudara kembar itu terpisahkan jarak yang sedikit lama

" Ya Pa." Sahut Noeul asli yang sudah menjadi Rain

" Ayo kita pulang. Kau sepertinya kembali kurang sehat." Ucap Ny. Nuttarat yang merasa putranya hari ini sedikit aneh, mungkinkah semua ini karena kepergian Noeul yang membuat suasana hati Rain menjadi sendu

Pemuda itu mengikuti ucapan kedua orang tuanya berjalan kembali pulang dengan lesu. Dalam hatinya, berdoa untuk saudara kembarnya. Noeul begitu menyayangi Rain dan berharap pemuda manis itu tak membuat masalah karena tak akan ada dirinya yang menyelesaikan kekacauan yang dibuat sang saudara kembar.







.....







" Lhoh sayang, kau akan pergi seperti itu?" Tanya Ny. Nuttarat melihat penampilan Rain yang masih tak seperti biasanya


Noeul memperhatikan penampilannya sendiri, dan merasa tak ada yang aneh dengan pakaian yang dia kenakan.


" Bukannya itu pakaian milik Eul?"



Ah, bodoh! Aku lupa!




" Eung, Aku sudah bilang pada Eul, Pa. Aku akan meminjam pakaiannya sampai dia kembali, karena dengan begini aku merasa dia ada disini bersamaku." Noeul mencoba yang terbaik dalam berperan sebagai Rain

Sedikit susah berperilaku seperti Rain yang sedikit manja dan selalu ceria. Namun Noeul tetap mencoba yang terbaik yang dia bisa. Hanya saja kebiasaan itu sulit juga untuk dirubah.

" Apa kau yakin kau sehat Rain? Kenapa makanmu jadi sedikit?" Ny. Nuttarat semakin cemas, Rain sudah bertindak di luar kebiasaannya terlalu jauh

Rain yang biasa akan memakan semua makanan manis yang diberikan papanya bahkan meminta lebih, karena memang anak itu menyukai sesuatu yang manis. Sedangkan Noeul cenderung memakan dalam porsi yang sedikit dan tak begitu menyukai makanan manis dalam porsi seperti Rain.

" Tak pa, Aku hanya teringat Eul. Apa disana dia makan dengan baik ya.." kilah Noeul yang memang benar tengah memikirkan Rain, apa saudaranya itu makan dengan benar, apa Rain makan makanan manis yang selalu dia suka

" Oh sayang.." Ny. Nuttarat tak tahu harus menghibur putranya seperti apalagi sekarang, karena perpisahan si kembar membuat salah satunya menjadi tak bersemangat


Ny. Nuttarat hanya berharap Rain cepat menyesuaikan diri dengan kepergian Noeul, karena putranya itu akan pulang beberapa bulan lagi. Dan tak mungkin Rain harus terus bersedih selama saudara kembarnya itu tak kunjung kembali.






Tbc

Khusus hri ini udah double up,
Happy reading🤗🤗😉

Nb: jangan minta triple okay😏

MIRORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang