" Hngh..." Rintihan halus membuat Boss menoleh pada tubuh yang baru saja mencoba membuka kelopak matanya
Pria tampan itu tak menyangka akibat ulahnya yang mengambil keuntungan dari tubuh saudara Rain atau mantan kekasihnya, ya, Boss sudah menganggap bahwa hubungannya dengan Rain hanya sebatas masa lalu. Karena pemilik hatinya sekarang ialah pemuda cantik yang masih mengerjapkan matanya berulang kali karena demamnya baru saja turun. Membuat Noeul harus menderita demam hingga satu hari penuh.
" Apa masih ada yang tak nyaman?" Suara Boss berubah lembut dan penuh perhatian seperti yang selama ini Noeul ketahui
Tanpa menoleh pun Noeul tentu tahu siapa pemilik suara tersebut. Matanya kembali terpejam dan air mata merembes keluar dari kelopak mata yang tertutup itu.
" Sstttss... Jangan menangis lagi, aku disini baby.." Boss tak tega melihat sosok yang kini mengisi seluruh pikirannya menangis kembali
Pria tampan itu tahu kalau dirinya sudah keterlaluan karena membuat pemuda cantik itu mau tak mau menerima dirinya dengan cara seperti ini. Namun lagi-lagi hanya ini cara satu-satunya agar pemuda cantik ini akan berada di sisinya. Memilih dirinya daripada pergi mengorbankan keinginannya demi saudara kembarnya.
Kalimat dari Boss serta sentuhan berulang yang lembut, bagaikan mantra yang secara bertahap membuat tubuh Noeul merasa tenang. Air matanya terhenti, kepalanya yang masih terasa pusing dengan badan yang begitu lemas juga berangsur lebih baik. Jauh di dalam lubuk hati Noeul, dirinya mulai menerima semua keadaan ini karena memang dialah yang menjadi penyebab awal kejadian ini terjadi. Hanya masalah waktu dan semuanya akan terbongkar.
Noeul memandang Boss, wajah yang beberapa bulan ini terus menempel padanya bagaikan terkena lem super, memancing getaran aneh yang mengikis pertahanannya sendiri.
Tangannya terulur perlahan menyentuh wajah yang kini akan selalu dia lihat, kumis tipis yang masih terasa menusuk permukaan kulit terasa menyenangkan untuk disentuh. Rasa hangat di tubuhnya menimbulkan sensasi sejuk ketika menyentuh tubuh Boss yang dia yakini baru saja selesai mandi tersebut, terbukti dari surai pria itu yang masih sedikit air menetes.
Boss memejamkan matanya menikmati sentuhan hangat kekasihnya pada wajahnya, ini merupakan langkah yang bagus karena mungkin saja Noeul sudah menerima dirinya.
" Aku akan mengatakannya pada Rain kalau hubungan di masa lalu itu sudah berakhir." Tangan Noeul terhenti dan Boss mengambilnya, mendekatkannya ke dada pria tersebut
" Kau cukup percaya padaku. Apapun yang terjadi aku tak akan melepasmu. Kau tak diijinkan untuk lepas dariku, kau mengerti?" Suara Boss beralih menjadi tegas dengan mata yang ikut memicing mengancam
Noeul tersenyum tipis, dirinya baru saja menertawakan kalau pria di depannya ini meminta dirinya dengan cara yang sedikit ekstrem, berbeda dengan perlakuannya yang biasa terlihat begitu perhatian juga lembut.
" Apa yang kau tertawakan?" Tanya Boss karena kekasihnya kini sudah bisa menyunggingkan senyum untuknya
Noeul menggeleng lemah, dirinya tak sanggup mengeluarkan kata-katanya. Entah karena sudah merasa lega dan sedikit lebih baik, pemuda cantik itu kembali memejamkan mata dan larut dalam mimpinya.
......
" Lebih baik kau tinggal bersamaku baby, aku tak begitu suka dengan si rambut mencolok itu." Keluh Boss yang kini sudah berada tepat di bawah gedung apartemen milik sahabat Noeul
" Peat. Namanya Peat, dia akan khawatir kalau aku juga tak kembali hari ini. Kau sudah menculikku selama tiga hari, pasti sekarang Peat sudah bersiap membuat laporan orang hilang." Boss mendesah mendengar kekasihnya mengucapkan kalimat yang begitu panjang namun sama sekali tak ada dirinya dalam kalimat tersebut
" Kalau begitu tetap bersamanya. Aku akan menjemputmu nanti malam." Boss mengecup singkat kening Noeul
" Hng, hati-hati." Noeul mengangguk menyembunyikan semburat merah yang terhias di wajah cantiknya karena perilaku Boss
Peat membuka pintu apartemennya dengan malas dan terkejut mendapati sahabatnya sudah berdiri tepat di depannya.
" Kau baik-baik saja? Dia tak melakukan hal-hal aneh padamu kan?" Tanya Peat melihat sahabatnya datang dengan wajah yang sedikit pucat
" Aku baik. Dia juga melakukan hal aneh padaku." Jawab Noeul ringan, pemuda cantik itu merebahkan tubuhnya ke sofa milik sahabatnya
Akhirnya ada waktu untuk mengistirahatkan tubuhnya. Meskipun memang ketika bersama Boss dirinya juga lebih banyak terbaring di ranjang, namun pria itu dengan tak tahu malunya langsung menerjang dirinya ketika merasa Noeul sudah lebih sehat. Bahkan sebelum mengantar Noeul ke tempat Peat, pria itu masih sempatnya membuat Noeul harus melebarkan kedua kakinya hanya untuk bisa kembali pulang.
Peat menatap ngeri sahabatnya yang justru bersikap terlalu tenang setelah mengatakan dirinya baik. Matanya menangkap jejak di sekitar leher Noeul, dan tanpa harus bertanya pemuda itu sudah mengerti apa yang terjadi pada sahabatnya bersama kekasih Rain.
" Kau tahu ini salah bukan?" Noeul tak jadi mengistirahatkan pikirannya sejenak mendengar kalimat pertanyaan dari Peat
" Aku tahu." Peat ingin kembali meluncurkan berjuta pertanyaan pada Noeul, namun semua pertanyaannya tertelan begitu wajah yang sudah dia kenal sejak kecil itu terhias oleh tangis
Noeul yang dia kenal sangat amat jarang untuk menangis. Pemuda itu selalu terlihat tegar juga kuat, karena dirinya berperan sebagai seorang kakak yang melindungi adiknya. Membuat Noeul tak mudah meneteskan air matanya. Tak menampilkan sisi lemah juga memalukannya.
Dan kali ini sahabatnya itu lebih dulu menunjukkan kalau dirinya juga bisa merasakan perasaan lain yang sama dengan saudara kembarnya. Andai Peat bisa, mungkin dirinya sudah menampar wajah saudara sahabatnya itu agar tersadar. Karena tindakan egoisnya sudah berhasil membuat saudara yang selalu mencintai dan mendukungnya menjadi korban atas segala keegoisannya.
Dalam diam, Peat meraih tubuh sahabatnya dan memberikan pelukan agar Noeul merasa lebih baik. Keduanya tak saling berucap, namun perasaan kedua sahabat itu tersalurkan. Saling menguatkan juga menenangkan.
Peat tak ingin menghakimi Noeul karena dirinya tahu seberapa besar pemuda itu terluka.
" Aku tak tahu Peat.. Bagaimana reaksi Rain nanti ketika tahu, kalau pria yang dia cintai sudah direbut saudaranya sendiri."
Boss berulang kali mengatakan agar Noeul tak perlu memikirkan masalah yang berkaitan dengan Rain, karena pria itu yang akan mengambil alih semuanya dengan dalih tanggung jawab penuh. Namun, tetap saja, Noeul lah yang dihantui rasa bersalah.
Apa Rain akan menerima semua penjelasan Boss tanpa terluka?
Atau Rain akan berbalik menyalahkan dirinya karena dengan mudahnya tergoda oleh kekasihnya?
Atau keduanya akan terlibat dalam situasi yang lebih rumit nantinya.Noeul tak tahu. Dirinya lelah hanya demi memikirkan segala kemungkinan.
Ditengah Noeul yang meratapi kegelisahan hatinya, seseorang sudah bersiap untuk pulang. Kembali ke tempat dimana dirinya berangkat. Dengan perasaan rindu juga gembira, tangannya menarik dua buah koper berukuran besar yang berisi pakaian juga setumpuk buah tangan.
Tak sabar menjalani kehidupannya seperti semula. Meskipun sangat menyenangkan menjadi orang lain, namun dirinya lebih merindukan menjadi dirinya sendiri. Kini dirinya tak akan lagi mengkhayalkan untuk menjadi seperti saudaranya, karena dengan bantuan saudaranya itulah semua hal yang baru saja dia lewati bisa dia coba.
" Aku merindukanmu Phi.."
Tbc
Udah hafal kan ya😉😉😁😁
KAMU SEDANG MEMBACA
MIROR
FanfictionKisah dua pemuda kembar identik yang harus terjebak dalam suatu kerumitan dimana cinta yang datang kepada keduanya berasal dari seorang pria. Akankah persaudaraan yang selama ini dibagi bersama bisa membuat keduanya mengalah satu sama lain, atau jus...